Artemis Korbankan Rambut Demi Anak Penderita Kanker

Nasional / 2 April 2012

Kalangan Sendiri

Artemis Korbankan Rambut Demi Anak Penderita Kanker

Lestari99 Official Writer
4681

Artemis Paterson, seorang gadis beruisia 11 tahun, seumur hidupnya tidak pernah sekalipun memotong rambutnya. Rambut ikal pirangnya dibiarkan panjang sampai hampir sama dengan tinggi badannya sendiri. Namun demi aksi sosial, ia berani memutuskan untuk memotong rambutnya untuk kemudian disumbangkan menjadi wig atau ranbut palsu bagi anak-anak penderita kanker.

Artemis memotong rambutnya di atas panggung sekolah disaksikan oleh guru, teman-teman dan anggota keluarganya. Artemis ingin agar wig tersebut digunakan oleh anak-anak yang harus kehilangan rambut mereka akibat menderita kanker maupun alopesia.

Murid kelas 6 Sekolah Dasar di Milton Cambridge, Inggris, ini memutuskan untuk menyumbangkan rambutnya yang panjang ke badan amal bernama Trust Little Princess. Ia terdorong melakukan hal itu setelah membaca buku mengenai anak-anak yang menderita kerontokan rambut akibat berbagai penyakit.

“Awalnya saya terkejut ketika tahu bahwa hal itu harus dilakukan di panggung sekolah disaksikan oleh guru dan teman-teman saya. Tapi saya pikir hal itu merupakan cara yang baik untuk memotong rambut saya. Saya tidak ingin membuang rambut itu ke tempat sampah. Jadi saya pikir akan menyenangkan jika digunakan oleh anak-anak yang tidak memiliki rambut akibat kanker atau alopecia. Saya sangat senang karena dapat melakukan hal ini demi sebuah tujuan yang baik,” ungkap Artemis sebagaimana dikutip dari Dailymail.

Ibu Artemis sangat bangga dengan keputusan putrinya tersebut.

“Semua itu adalah keputusannya sendiri. Saya bangga dengannya dan dia membuat saya benar-benar bahagia,” ungkap Svetlana Paterson.

The Little Princess Trust didirikan tahun 2005 oleh teman-teman, orangtua dan sekolah dari seorang anak bernama Hannah Tarplee. Hannah meninggal tahun 2005 setelah didiagnosa menderita kanker ginjal. The Little Princess Trust sendiri baru-baru ini menjadi berita utama setelah menyumbangkan 1.000 wig, yang mana sumbangan ini terinspirasi dari keputusan Artemis Paterson untuk memotong rambutnya.

Ayah dari Hannah Tarplee mengatakan, sewaktu masih hidup putrinya merasa sangat sedih karena kehilangan rambutnya. Namun kini dia bersyukur karena badan amal ini dapat meringankan kesedihan yang dirasakan oleh anak-anak penderita kanker lainnya, sama seperti yang dialami purinya dahulu.

Dari Artemis setiap kita belajar bahwa sejatinya pengorbanan tidak akan terasa berat ketika dilakukan atas dasar kasih dan demi kebaikan orang lain. Justru ketika kita berani berkorban demi menghadirkan senyum dalam kehidupan oarng lain yang menderita, maka pengorbanan itu menjadi sangat berati dan bernilai dalam membangun dan mendewasakan diri kita sendiri.

Sumber : dailymail
Halaman :
1

Ikuti Kami