Inilah Penyebab Dan Gejala Hiperseks

Marriage / 29 March 2012

Kalangan Sendiri

Inilah Penyebab Dan Gejala Hiperseks

Lestari99 Official Writer
68490

Intensitas tinggi dalam frekuensi bercinta pasangan suami istri tak selalu dapat dikategorikan hiperseks. Misalnya saja bagi pengantin baru dan pasutri yang terpisah jauh dalam waktu lama, biasanya aktivitas hubungan seksual menjadi tinggi. Tingginya frekuensi tersebut lebih diwarnai oleh tingginya dorongan atau kebutuhan seksual semata, bukan oleh sebab-sebab tertentu yang menjadi ciri utama perilaku hiperseks.

Kelainan atau gangguan seksual yang dinamakan hiperseks dapat diderita baik oleh pria maupun wanita. Berikut adalah penyebab dan gejala hiperseks pada pria maupun wanita:

Hiperseks Pada Pria. Hiperseks pada pria disebut dengan satyriasis, yaitu kelainan yang disebabkan oleh faktor fisik maupun psikis. Dari aspek fisik, salah satunya adalah akibat peradangan di saluran kemih yang merangsang kerja saluran tersebut sedemikian rupa sehingga individu bersangkutan terkesan ‘haus’ untuk melakukan hubungan sex. Penyebab peradangan ini harus segera ditemukan agar dapat dilakukan upaya pengobatan. Karena bila tak segera diobati, dikuatirkan peradangan tersebut akan meluas menjadi peradangan di buah zakar. Tentu saja peradangan pada buah zakar yang juga tempat produksi  sperma ini akan berpengaruh pada hubungan seksual, di antaranya mengganggu produksi hormon testosteron.

Sementara aspek psikis berupa ketidaknyamanan dalam diri yang membuat kebutuhan akan kedekatan dengan pasangan meningkat tajam. Bisa saja penderita memiliki konsep diri yang sangat rendah sehingga selalu kuatir tidak mendapatkan perhatian dari pasangan. Untuk menutupi perasaan tidak amannya, ia lantas berusaha keras untuk menunjukkan keperkasaan di ranjang sebagai satu-satunya kelebihan yang ia miliki. Atau justru sebaliknya, membangun ‘pertahanan’ berupa kecurigaan yang berlebih, seperti mencurigai pasangan ada main dengan orang lain, tapi ia tetap menuntut aktivitas hubungan seksual lebih sering dari biasanya.

Penyebab lain, aktivitas hubungan seksual dijadikan satu-satunya cara untuk berkomunikasi karena merasa tidak mampu membuka diri atau menjalin komunikasi dengan baik. Atau bisa juga karena penderita telah terbiasa memanfaatkan aktivitas seksual sebagai sarana pelepas ketegangan seperti yang seringkali terjadi pada para pekerja yang melakukan pekerjaan dengan tingkat stres amat tinggi. Atau bisa juga karena tidak terpenuhinya keinginan atau harapan seksual dari yang bersangkutan.

Jika ia merasa tidak puas atau bahkan sulit untuk melaukan hubungan seksual dengan pasangannya, biasanya akan menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti gelisah terus-menerus, susah tidur, dan cenderung marah-marah tanpa sebab. Ketidakjelasan kondisi psikis ini akan menyeretnya untuk terus mencari kepuasan seks.

Hal yang patut disayangkan adalah upaya pencarian akan pemenuhan kebutuhan seksual tersebut seringkali ditempuh dengan berbagai cara yag tidak mengikuti akidah agama dan sosial, seperti ‘jajan’ atau malah berselingkuh. Hingga kemudian kondisi ini memunculkan ciri hiperseks selanjutnya, yaitu promisculty atau kecenderungan untuk berganti-ganti pasangan. Penderita menempuh cara tersebut karena menganggap pasangannya tak lagi bisa melayani dirinya atau malah ‘kasihan’ kepada pasangannya.

Hiperseks Pada Wanita. Kelainan hiperseks pada wanita disebut nymphomania, yang sepenuhnya disebabkan oleh faktor psikis. Salah satunya berakar pada terjadinya penyimpangan selama masa pertumbuhan dari usia balita sampai remaja, misalnya saja menyaksikan bagaimana ibunya kerap dipukuli atau disiksa ayahnya. Berbekal pengalaman buruk inilah, ketika dewasa, ia merasa membutuhkan pendamping yang berbeda atau lebih baik dari ayahnya. Namun dalam pencarian itu, sulit baginya untuk menemukan nilai kebaikan dalam diri seseorang sehingga akhirnya masuk ke dalam pergaulan dengan banyak orang untuk mencari dan terus mencari orang yang dirasa pas.

Menemukan pria idaman bukanlah suatu hal yang mudah. Bisa saja pria tersebut memenuhi kriteria secara fisik namun kepribadiannya meragukan. Atau secara kepribadian cocok tapi aspek lain tidak cocok, Ketidakpuasan ini akan menimbulkan sederet ketidakpuasan yang mendorongnya untuk mencari dan terus mencari hingga membentuk semacam kebiasaan pada tubuh.

Jika sang wanita sudah terpengaruh atau minimal mengenal hubungan seks, kebiasaan untuk berganti pasangan justru akan membuatnya kecanduan seks. Sama halnya dengan kebiasaan merokok yang dapat menyebabkan ketagihan. Bukan karena nikotin semata, melainkan kebiasaan yang sudah terpola itulah yang sulit untuk dilepaskan. Bisa juga karena hubungan seks ini dipakai sebagai senjata untuk ‘memancing’ pria yang semula dianggapnya sebagai pria idaman. Hingga bisa dikatakan, dorongan seks yang berlebihan sebetulnya merupakan pemuasan kejiwaan belaka.

Kasus serupa bisa pula dialami pria. Misalnya jika ia melihat bapaknya sering dilecehkan hingga akhirnya ia pun berusaha membalas dendam pada wanita dengan menyetubuhi siapa saja hanya untuk dicampakkan begitu saja. Hingga gonta-ganti pasangan dijadikan sarana untuk mencari kenikmatan psikis yang bisa memuaskan nafsu balas dendamnya.

Bagi pasangan yang sama-sama memiliki hasrat seksual tinggi, tentu saja frekuensi hubungan seksual yang tinggi tidak menjadi masalah. Namun bila kelainan ini diderita oleh salah satu pasangan, penderitaan pun akan dirasakan oleh pasangannya. Karena melakukan hubungan seksual dengan salah satu pasangannya menderita hiperseks tak akan mendatangkan kebaikan sebagus yang dilakukan atas dasar suka sama suka. Bila hal ini sungguh-sungguh terjadi, bantuan ahli sangat diperlukan.

Sebaiknya pengobatan tidak hanya dilakukan oleh si penderita namun juga oleh pasangannya mengingat dampak dari kelainan ini dirasakan oleh kedua belah pihak. Pengertian dari pasangan jelas sangat dibutuhkan. Biasanya penderita juga merasa sedih dan tersiksa karena ia harus berusaha keras menahan dorongan seksual yang berlebihan namun tak kuasa menahannya.

Sumber : kompas.com
Halaman :
1

Ikuti Kami