Dokter Vonis Putriku Mati Atau Jadi Keterbelakangan

Family / 22 March 2012

Kalangan Sendiri

Dokter Vonis Putriku Mati Atau Jadi Keterbelakangan

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
7823

“Mami kok nggak kaya mami temen-temen adek yang lain? Nggak nganterin adek sekolah, nggak jemput adek sekolah, mami tuh sibuk kerja terus!” ucap Kezia kesal.

“Mau adek apa sih, mami kerja kan untuk cari uang buat adek!” jawab Hanny terbawa emosi.

Percekcokan itu terbayang terus di benak Hanny Hutagalung, kini putri kecilnya itu terbaring lemah di tempat tidur dan tak sadarkan diri. Dokter memvonis bahwa Kezia tidak akan sembuh dan tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya.

“Tuhan, kalau Tuhan ambil Keiza, saya nggak akan percaya sama Tuhan lagi,” Henny mengungkapkan ketakutannya.

Awalnya Kezia hanya demam biasa, namun karena sampai sebelas hari tidak menunjukan perubahan, Kezia dimasukan rumah sakit. Saat dicek tensi darahnya, keadaan Kezia memburuk. Tensi darahnya bahkan sudah tidak bisa dilihat lagi, hingga akhirnya dia dimasukan ke ruang ICU.

Dokter berupaya agar Kezia bisa terus bertahan, mereka bahkan belum bisa memastikan jenis penyakit yang diderit bocah ini. Ketakutan makin menguasai keluarga, setiap detik seakan begitu menegangkan karena setiap saat nyawa Kezia bisa saja melayang.

Sebagai ibu, Henny terus mempertanyakan kepada Tuhan, mengapa hal ini harus menimpa buah hatinya itu. Air matanya tak henti membasahi wajahnya, ingin rasanya dia bertukar tempat dengan putrinya itu.

Masa kritis Keiza terlewati sudah, hari ke enam Keiza sudah dipindahkan ke kamar biasa untuk observasi. Setiap saat, Henny terus mendampingi Keiza yang masih belum sadarkan diri, dia bahkan mengabaikan pekerjaannya. “Apapun yang ada di dunia ini, tidak dapat menggantikan kehadiran seorang anak,” ungkap Henny.

Dokter akhirnya memberitahu hasil diagnosa, Keiza terserang virus Encephalitis, sebuah virus yang menyerang otak. Hanya ada dua pilihan, kematian atau kalaupun sadar maka akan menderita keterbelakangan.

Diagnosa itu menghancurkan hati keluarga, namun Henny bertahan dalam imannya, ia meminta Tuhan untuk menyembuhkan Keiza. Henny juga berdoa mohon pengampunan atas dosa-dosa masa lalunya. “Saya janji kalau Keiza sudah sembuh, saya akan lebih dekat dengan dia,” ungkap Henny.

Atas pertimbangan keluarga, Keiza dipindahkan ke rumah sakit lain. Segala upaya mereka lakukan agar Keiza bisa mendapat perawatan dan dokter yang lebih baik.

“Saya dapat rujukan saja, saya lihat bahwa Keiza memang tidak sadar, terpasang selang di hidung dan diinfus serta sama sekali tidak bisa komunikasi,” ungkap Dr. Dwi Putro Widodo, dokter yang merawat Keiza.

Keadaan Keiza tidak jauh berbeda, namun menurut dokter kata-kata motivasi akan sangat membantu Keiza untuk melawan virus yang menyerang tubuhnya. Itulah yang dilakukan keluarga, mereka terus memberikan support lewat kata-kata positif.

Suatu hari, ada dua orang pemuda yang mengunjungi Keiza dan minta izin untuk mendoakannya. Awalnya Henny tidak begitu merespon, namun akhirnya dia mendukukung juga. “Ibu tolong pegang kepalanya Keiza,” Henny menirukan perintah salah satu pemuda itu.

Pada saat berdoa, Henny merasa ada aliran darah yang sangat kencang mengalir. Dia percaya, ini adalah pertanda baik bagi kesembuhan Keiza. “Oh, Tuhan kasih jawaban melalui mereka-mereka ini,” ungkap Henny.

Sejak saat itu, keyakinan dan harapan akan kesembuhan Keiza semakin kuat, mereka pun semakin semangat dalam berdoa. Sebuah lagu yang berjudul “Bagi Tuhan Tiada yang Mustahil” menjadi pengiring doa-doa mereka. “Tuhan aku tahu, mujizatmu sudah disediakan bagi Keiza,” ungkap kakak Keiza.

Kesatuan iman mereka akhirnya sanggup merubah keadaan. Perlahan tapi pasti, tanda-tanda kesembuhan mulai diberikan oleh Keiza. “Setiap hari ada perubahan yang sangat kecil, tapi sangat berarti. Gerakan tangan, gerakan kaki, dia menangis, dia mengangguk,” Henny menjelaskan perkembangan Keiza.

Semakin hari, perkembangan Keiza semakin baik bahkan lebih cepat dari perkiraan dokter. Menurut dokter, Keiza membutuhkan satu tahun untuk bisa duduk normal, berdiri dan berjalan namun mujizat Tuhan sungguh nyata. Dalam dua minggu, Keiza sudah pulih bahkan bisa berjalan.

Kesembuhan Keiza menginpirasi para suster yang merawatnya. “Bu, 16 tahun saya bekerja disini, baru saya lihat apa yang namanya mujizat,” Henny mengutip pengakuan seorang perawat. Bahkan setelah akhirnya Keiza boleh keluar dari rumah sakit, suster menyapanya dengan sebutan “Anak Mujizat”.

“Kini keadaan Keiza sudah sama dengan anak normal lainnya, kemampuan berpikirnya, kemampuan berdiskusinya dan aktifitas fisiknya sudah sama dengan anak lainnya,” ungkap Dr. Dwi Putro.

Pengalaman ini menjadi lompatan iman bagi Keiza dan keluarga. “Kasih-Nya tidak pernah berhenti menyertai keluarga kami dan Tuhan telah memberikan mujizat yang nyata bagi keluarga kami. Bagi Tuhan, tiada yang mustahil!” Henny mengakhiri kesaksiannya.

 

Sumber Kesaksian :

Hanny Hutagalung

 

Sumber : V120215132140
Halaman :
1

Ikuti Kami