Dimulai Anarkis Berujung Ricuh, Inikah Budaya Demo Indonesia?

Nasional / 19 March 2012

Kalangan Sendiri

Dimulai Anarkis Berujung Ricuh, Inikah Budaya Demo Indonesia?

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
3990

Protes terhadap rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) terus mengalir deras. Setelah aksi perusakan foto presiden di gedung DPR yang dilakukan oleh enam pemuda Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada Rabu (14/3), para mahasiswa Yogyakarta pun melakukan aksi serupa.

Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) melakukan aksi demo di pertigaan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Senin (19/3). Saat hendak membakar foto SBY, polisi mencegah aksi itu dengan menyemprotkan air melalui water cannon. Perlawanan mahasiswa membuat aksi tersebut berujung ricuh.

Sedangkan di Kediri, Jawa Timur, Aktivis Rakyat dan Mahasiswa Cinta Indonesia (Branimati) Kediri Jawa Timur, mengancam menjahit mulut mereka jika pemerintahan SBY tetap nekat menaikkan harga BBM awal April mendatang.

Menurut Jusuf Kalla, reaksi penolakan atas rencana kenaikan BBM ini adalah hal yang wajar dan diperbolehkan, mengingat Indonesia merupakan negara yang terbuka dan demokratis. Namun Kalla memberi syarat, bahwa cara penyampaiannya tidak boleh anarkis.

"Artinya, apabila ada yang tidak setuju atau tidak setuju sesuatu hal tentu boleh. Salah satunya, aksi demo diperbolehkan dengan catatan tidak boleh anarkis," kata Jusuf Kalla seperti dikutip dari kompas, pada Senin (19/3).

Indonesia memberi kebebasan bagi rakyatnya untuk bersuara, hal ini adalah hak yang harus dilakukan secara bertanggung jawab. Sebagai negara dengan budaya timur, etika atau kesopanan dalam mengeluarkan pendapat haruslah diperhatikan.

Walaupun mempunyai tujuan yang baik, aksi anarkisme saat melakukan demonstrasi hanya meresahkan masyarakat lainnya, serta membuat para demonstran memiliki citra yang buruk.

Sumber : berbagaisumber
Halaman :
1

Ikuti Kami