Obat-obatan Bukanlah Resep Bahagia Devi Mulani
Sumber: https://unsplash.com/@lunarts

Family / 7 March 2012

Kalangan Sendiri

Obat-obatan Bukanlah Resep Bahagia Devi Mulani

Contasia Christie Official Writer
226

Saat kematian suaminya, Devi Mulani tidak mau makan ataupun mandi. Yang dia pikirkan hanyalah dia mau mati saja. “Kenapa Tuhan ambil semuanya?” tanyanya di dalam hati. Bukan hanya suaminya, dia pun kehilangan anak laki-lakinya. Yang dia lakukan hanyalah tidur-tiduran saja di kamar. Ujung-ujungnya, Devi diajak ke psikiater.

Saat diajak ke psikiater, Devi tidak mau ngomong apa-apa. Masalah itu hanya dipendamnya sendiri di dalam hati. Hal ini tentunya tidak membantu dokter dalam mengobatinya. “Di dada saya, kayak ada 10 kg, 20 kg barang.” perumpamaan Devi mengenai bagaimana sesak dadanya. Dia akhirnya diberi obat penenang oleh dokter.

Dampak baik yang dirasakan olehnya saat meminum obat itu memang terasa. Tidurnya lebih tenang, beban pikiran yang berpuluh kilo itupun rasanya hilang. Namun, ketergantungan pada obat itu membuatnya sakit perut yang luar biasa jika tidak diminum. Devi merasa harus meminum obat tersebut, kalau tidak dia akan merasa ketagihan.

Pernah dia mencoba untuk tidak menyentuh obat itu lagi, karena dampak buruk yang dirasakannya, namun dia tidak tenang. Dia mondar-mandir tak tentu arah, melakukan hal-hal yang tidak menentu dan tidak merasa tenang. Merasa tidak tahan, Devi memukul ke sembarang arah, memarahi pembantunya, membanting gelas dan barang-barang di sekitarnya. Hal ini tentu membuat kuatir anak-anaknya.

Pinky, salah satu anak Devi, menceritakan bagaimana Devi marah-marah kepada mereka untuk alasan yang tak menentu. “Bisa ga mam, ga nyusahin anak-anak mami sekali aja?” begitu kata-kata yang terlontar dari mulut Pinky ketika dia pulang kerja capek dan mamanya marah-marah sehingga emosinya terpancing.

Sebenarnya apa yang terjadi pada kehidupan Devi? Kenapa dia bisa sampai kehilangan orang-orang yang disayanginya? Devi sudah kehilangan suaminya sebelum akhirnya dia pun harus kehilangan anak laki-lakinya. Devi mempunyai tiga orang anak, anak pertama dan kedua merupakan perempuan, anak ketiganya adalah anak laki-laki. Anak itu hanya bisa duduk di kursi roda selama hidupnya. Menurut dokter, anak ini menderita stroke viamassal. Gejala dari penyakit ini adalah otot-otot melemah dan tubuh makin membesar.

Devi pernah mengeluh kepada anak laki-lakinya ini, “Jacky, kamu kok hanya nyusahin…” katanya waktu itu, kata-kata yang membuatnya menyesal di kemudian hari. Saat ulang tahun anaknya yang kedua, Parveen, tubuh Jacky melemah. Hal ini membuat mereka buru-buru pulang ke rumah. Di rumah, keadaannya bertambah parah. Saat mau buang air kecil, tiba-tiba Jacky tak sadarkan diri. Itulah yang akhirnya membuat Jacky ‘tidur’ selamanya. Hanya ada rasa penyesalan di dalam diri Devi. “Anak sudah meninggal, suami diambil. Apa-apaan ini,” kata Devi ketika itu.

Suatu hari, Devi diajak ke India oleh temannya. Hal ini dipandang baik oleh anaknya, Pinky. Menurutnya, hal ini dapat mengubah situasi yang ada, apalagi Devi memang senang jalan-jalan. Pergilah Devi ke India, ke rumah saudaranya. Di sana, keponakannya mengajaknya ke sebuah pertemuan yang ternyata persekutuan untuk saling sharing dan berdoa.

Saat datang ke sana, perasaan Devi pun mulai tenang. Namun, dia susah mengampuni. Baginya, kematian kedua orang yang disayanginya ini adalah kesalahan Tuhan. Malam itu, Devi pun mulai ngomong sama Tuhan. “Tuhan, kalau you baek, you akan sembuhin saya sekarang. Saya tidak mau minum obat ini lagi. Saya mau kerja buat Tuhan. Saya buang obat ini sekarang juga. Pasti Tuhan dengar doa saya.” doanya saat itu.

Seminggu berada di sana, Devi mulai merasakan bahwa pusingnya telah berkurang. Dia mulai merasakan betapa banyak teman-teman yang baik kepadanya dan bagaimana mereka semua bersukacita. Perasaannya pun jadi enteng. Perlahan-lahan, Devi dapat bangkit dari keterpurukannya. Dia pun kembali lagi ke Indonesia.

Ketika ditanya anaknya tentang obat yang biasanya dia minum apakah sudah habis, Devi menjawab, “Hati yang gembira adalah obat yang mujarab.”

Devi kembali pulih. Jikalau dia dulu menyesal atas apa yang terjadi pada masa lalunya, kini yang dia mau adalah menatap ke depan, ke masa yang akan datang. “Saya mau hidup yang baru” katanya. Obat dokter tidak menyelesaikan masalah batin yang dihadapi Devi, tapi Tuhan Yesuslah yang berkarya di dalam hidupnya. Itulah resep yang dia bagikan kepada semua orang sekarang, jika dia ditanya apa rahasianya dia dapat selalu tersenyum. Kiranya resep inipun Anda gunakan.

Sumber Kesaksian :

Devi Mulani

Sumber : V111209143140
Halaman :
1

Ikuti Kami