25 Tahun Aku Jadi Gila Karena Cinta

Family / 9 February 2012

Kalangan Sendiri

25 Tahun Aku Jadi Gila Karena Cinta

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
17692

Dari luar kehidupan Mesdy Sara terlihat indah, dia mempunyai pekerjaan yang baik dan lingkungan kerja yang menyenangkan. Namun ternyata, wanita ini memendam sebuah kekecewaan yang membuatnya sangat depresi.

Mesdy mencoba tidak lagi memikirkan kegalauan hatinya dengan menyibukan diri dengan pekerjaan, sampai suatu ketika dinding yang dibangunnya itu runtuh. Beberapa teman kerjanya melihat Mesdy sedang melamun dan mengurung diri di ruang kerjanya, khawatir dengan keadaan Mesdy, mereka pun mendobrak pintu.

Mesdy segera dilarikan ke rumah sakit, dokter yang menanganinya mengatakan bahwa Mesdy mengalami depresi yang sangat berat, sehingga mengakibatkan kerusakan pada saraf otaknya. Karena keadaannya itu, Mesdy dirawat selama enam bulan di rumah sakit.

Hari-harinya di rumah sakit dihabiskan dengan mengkonsumsi obat penenang, jika tidak dia akan terus mengitari kamar dan melakukan hal-hal yang tidak jelas. Tingkah Mesdy makin seperti anak kecil, dia bahkan berlari-lari saat disuapi untuk makan.

“Waktu pertama kali saya bertemu dengan ibu Mesdy, bicaranya tidak nyambung, hiperaktif, selalu merasa curiga dan berhalusinasi seperti mendengar suara-suara,” ungkap Dr. Rachmat Purwata, dokter spesialis jiwa yang merawat Mesdy.

Keadaan Mesdy ini ternyata bermula dari kisah cintanya saat SMA. Perkenalannya dengan seorang pria atas bantuan temannya, telah menumbuhkan benih-benih cinta diantara mereka. “Saya suka dia karena dia ramah,” Mesdy mengenang.

Hari-hari di kota Medan dilalui mereka dengan sangat ceria dan penuh romansa. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Mesdy mendapat tawaran untuk kuliah di Bandung dari kakaknya, tawaran ini disambut bahagia olehnya, namun Simbolon, kekasihnya itu tidak setuju dengan alasan tidak sanggup menjalin hubungan jarak jauh.

Mesdy tetap mantap pada pilihannya, walaupun berat meninggalkan pria yang sangat dicintainya itu, dia memutuskan pindah ke Bandung. Saat sedang menunggu bus di terminal, Simbolon datang dan kembali membujuk Mesdy, namun Mesdy tidak bergeming namun berjanji akan kembali setelah menyelesaikan kuliahnya. Perjumpaan itu pun berakhir dengan derai air mata, peristiwa yang tidak pernah disangka Mesdy adalah perjumpaan terakhirnya dengan pria yang sangat dicintainya.

Selama masa studinya itu, Mesdy mendapat dukungan penuh dari kakak perempuannya. Namun tanpa disangka, Tuhan begitu cepat memanggil kakak tercintanya itu. Tidak hanya kehilangan kakaknya saja, Mesdy pun mulai kehilangan harapan, namun dia tetap berkomitmen untuk menyelesaikan pendidikannya.

Gelar sarjana telah diraih, Mesdy memutuskan untuk segera kembali ke kampung halamannya. Tujuannya tidak lain adalah untuk bertemu dengan sang pujaan hati. Namun dalam perjalanan, dia bertemu dengan seorang kerabat yang menceritakan bahwa kekasihnya telah menikah setahun yang lalu.

Kenyataan itu begitu menampar Mesdy, hatinya hancur karena cintanya telah pergi. Tidak ada lagi orang yang bisa memberi arti dalam hidupnya, Mesdy pun mencoba menutup luka hatinya dengan prestasi dan mengabaikan emosinya. Namun ternyata, upayanya itu justru membuat ketidakseimbangan dalam mentalnya sehingga dia mengidap scizoperenia, salah satu penyakit kejiwaan.

Selama 25 tahun penyakit itu terus membayangi hidupnya, bagi dokter adalah hal yang mustahil untuk menyembuhkan Mesdy. “Ini sudah masuk ke scizoperenia yang kronis,” ungkap dokter Rachmat.

Pada 2005, Mesdy dikirim ke Bandung untuk masuk ke sebuah universitas yang juga panti rehabilitasi. Di sana, Mesdy dirawat dan didoakan oleh beberapa dosen dan mahasiswa. Empat tahun kemudian, Mesdy dinyatakan sembuh dan berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan baik.

Dokter pun terkagum dengan keadaan Mesdy saat ini, karena ini dianggap sudah diluar jangkauan medis. Kesembuhan Mesdy membuat seluruh keluarga besar bersukacita. Mereka merasakan kuasa Tuhan yang luar biasa telah terjadi dalam kehidupan Mesdy. Mesdy pun tak henti-henti mengucap syukur atas mujizat yang telah terjadi dalam hidupnya ini.

“Saya bersyukur kepada Tuhan karena jiwa saya telah dipulihkan, jadi benar-benar Yesus itu adalah Juruselamat jiwa. Yesus itu benar-benar dokter, diatas segala dokter,” ungkap Mesdy mengakhiri kesaksiannya.

Sumber Kesaksian : Mesdy Sara Samosir

Sumber : V120119155858
Halaman :
1

Ikuti Kami