Teman dan Kekasihku Pergi Setelah Ku Lumpuh

Family / 2 February 2012

Kalangan Sendiri

Teman dan Kekasihku Pergi Setelah Ku Lumpuh

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
10524

Dinginnya sikap ayah Airin,  membuat Airin kehilangan figur ayah idaman. Kekecewaan itu bertambah ketika Airin tahu bahwa ayahnya mempunya Wanita Idaman Lain (WIL). Airin yang tidak mendapatkan kasih sayang di dalam keluarga akhirnya mencari kasih sayang di luar bersama teman-temannya

Pelarian Airin mempertemukannya pada kehidupan yang liar, rokok dan minuman keras menjadi makanan sehari-hari untuknya. Sampai suatu ketika dia bertemu dengan seorang pria yang meluluhkan hatinya.

“Dia orang yang luar biasa punya perhatian buat saya. Ngobrol, curhat dan akhirnya jatuh di dalam dosa (perzinahan, pen),” kisah Airin.

Suatu malam, dalam perjalanan pulang dari berlibur dengan kekasihnya, mobil yang ditumpangi Airin dengan kekasihnya mengalami kecelakaan. Kecelakaan tersebut tidak terlalu menyederai kekasih Airin, namun kondisi Airin berbeda. Dia terluka parah dan tidak sadarkan diri, kekasihnya pun segera membawa Airin ke rumah sakit, di sana diketahui bahwa tulang leher dan tulang sumsumnya remuk.

Ibunya begitu hancur hati melihat Airin tak sadarkan diri.  Setelah berbulan-bulan berada di rumah sakit, keadaan Airin pun membaik hingga akhirnya dia kembali ke rumah. Akan tetapi kenyataan pahit harus dihadapinya, dia lumpuh total.

Kenyataan pahit itu membuat Airin ingin mati. Karena tidak bisa menggerakkan tangannya, Airin mencoba menggigit kuat-kuat lidahnya sendiri, berharap maut akan menjemputnya, namun usaha itu gagal. Airin tidak menyerah, dia mencoba membenturkan kepalanya ke tembok, namun ibunya datang dan menghentikan perbuatan Airin.

“Tuhan itu nggak adil!”, ungkapan itu terlontar dari bibir Airin karena kondisinya yang memprihatinkan. Airin seperti mayat hidup walaupun beberapa temannya datang untuk memberinya semangat namun atmosfer itu justru menambah perih luka di hatinya.

Tahun berganti tahun, teman-teman yang sering mengunjunginya mulai berkurang. “Kenapa yaa saya tidak menemukan teman sejati?”, tanya Airin dalam hati.

Belum habis rasa sakit hatinya karena ditinggal teman-temannya, Airin kembali mendapat kenyataan pahit. Kekasihnya datang dan memperkenalkan seorang wanita lain sebagai calon istrinya.

Kondisi Airin yang begitu memprihatinkan, membuat ibunya memutuskan untuk berhenti bekerja di toko keluarga dan mengabdikan dirinya untuk merawat Airin. Suatu ketika sebuah kecelakaan terjadi, ketika menggendong Airin, tangan ibunya cedera dan harus digips. Dengan satu tangan, ibu Airin tidak menyerah untuk merawat Airin. Hati Airin makin hancur namun dia tidak bisa berbuat apapun.

Sampai seorang wanita tuna netra datang menjenguk Airin.

“Dia dateng itu saya suka cuekin jadi nggak banyak ngomong, karena saya pikir ‘Ah kamu nggak tahu apa yang saya alamin!’”, Airin mengenang.

Dari teman-temannya Airin mendengar perjuangan wanita yang dipanggilnya kak Ye itu melawan keterbatasannya. Bagaimana kak Ye bisa bermain gitar maupun berbahasa Inggris. Airin bahkan termotivasi adalah karena wanita tuna netra itu memiliki pemahaman yang baik tentang Alkitab.

Secercah harapan bahagia  muncul ketika Airin memutuskan untuk mulai membaca Alkitab. Setelah setahun tidak mau keluar rumah untuk menghindari gunjingan orang, Airin tersentuh ketika mendengar lagu rohani yang diputar tetangganya.

Saat hatinya masih tersentuh, Airin seolah melihat sebuah layar yang menunjukan penderitaan Kristus di kayu salib. Air mata Airin meleleh, dia merasakan kasih Tuhan mengisi hatinya yang kosong. Itu menjadi titik balik dari kehidupan Airin.

Kehidupan Airin perlahan berubah, teman-teman baru membantunya menimbulkan keceriaan dalam hidupnya. Dia bahkan bisa mengambil hikmah, bahwa Tuhan mempunyai rencana indah dalam hidupnya. Airin pun bisa mengampuni sikap ayahnya dan kembali mengasihi ayahnya itu. Dia bisa melihat harapan di balik sebuah keterbatasan bahkan dia menjadi motivator untuk anak-anak yang mengalami keterbatasan.

 

Sumber : V120110133100
Halaman :
1

Ikuti Kami