Pelecehan Demi Pelecehan Kulalui Tanpa Dapat Kulawan

Family / 18 May 2011

Kalangan Sendiri

Pelecehan Demi Pelecehan Kulalui Tanpa Dapat Kulawan

Lestari99 Official Writer
75957

“Saya waktu itu lagi capek dan saya tidur tanpa tahu apa yang terjadi. Saat saya tidur, saudara saya datang dan memeluk saya dari belakang. Ia kemudian memanggil-manggil nama saya. Saya begitu kaget dan langsung lompat lari bersembunyi ke pojok. Ia kemudian meminta saya untuk tidur lagi tapi saya tidak mau, hanya meringkuk di pojok sambil menangis sampai pagi dan tak bisa tertidur lagi,” ungkap Debby memulai kesaksiannya.

Sedari usia dini, Debby sudah seringkali mengalami perlakukan yang tidak wajar dari orang-orang dekatnya. Pelecehan-pelecehan seringkali ia alami.

“Malam hari karena terang bulan bersama anak-anak yang lain saya bermain petak umpet. Tetangga saya ternyata ada di belakang saya dan saat itulah ia meraba saya dan memegang alat kemaluan saya,” ungkap Debby.

“Beberapa hari kemudian saya bermain di rumah tetangga yang lain. Kita sudah seperti keluarga karena rumah yang berdekatan. Saat itu saya sedang makan, dan kakek datang sambil meremas-remas. Saya yang merasa kesakitan langsung berontak dan lari tanpa menyelesaikan makan saya,” ujar Debby lagi mengungkap pelecehan demi pelecehan yang ia alami.

Dalam ketakutannya, Debby hanya bisa bungkam. Ia merasa tak seorangpun dapat menolongnya. Bahkan orangtuanya sendiri tak bisa memberikan rasa aman baginya. Sepulangnya dari rumah tetangga yang baru melecehkannya, ia harus menyaksikan kondisi papa mamanya yang begitu menyedihkan.

“Kaca di dalam rumah pecah karena mama ada di dalam dan tidak mau keluar, sedangkan papa akhirnya menerobos masuk dengan memecahkan kaca. Saya pun melihat bagaimana mama diseret keluar. Saat itu saya hanya bisa diam seribu bahasa. Bagaimana saya mau cerita, sedangkan saya tidak mendapatkan perlindungan sama sekali. Saya hanya bisa memendam semuanya sendirian,” ujar Debby.

Perlakuan keras sang ayah tak hanya terjadi pada ibunya, bahkan Debby tak jarang mendapat perlakuan yang sama. Debby masih dapat mengingat dengan jelas saat sang ayah mengajarinya matematika. Debby yang selalu salah menjawab pertanyaan yang diajukan ayahnya harus menahan sakit saat sang ayah mendaratkan sandal ke mulutnya. Debby hanya dapat menahan sakit dengan diam dan merasa sangat ketakutan.

Debby juga harus menerima kenyataan pahit. Ibu yang diharapkannya menjadi tempat ia berlindung, memperlakukan dirinya dengan kejam. Satu waktu saat ibunya meminta Debby untuk melakukan sesuatu, sedangkan Debby sudah terlambat untuk pergi ke sekolah. Debby yang menolak untuk melakukan apa yang diminta oleh ibunya membuat sang ibu marah dan kemudian melemparkan gayung kecil runcing dan mengenai pipinya sampai robek dan menyebabkan darah mengucur dengan derasnya. Sampai-sampai baju pramuka yang dikenakannya pun penuh dengan darah.

“Kenapa mama bisa memperlakukan saya seperti ini? Yang bisa saya lakukan hanyalah menangis dan menangis dan saya pendam semuanya di dalam hati. Kenapa papa mama saya tidak pernah rukun dan mereka hanya bisa menyiksa saya? Itu yang saya rasakan sampai menumbuhkan rasa dendam di dalam hati saya. Saya hanya bisa melampiaskannya dengan mengikuti kegiatan bela diri. Saya akan memukuli kantong pasir, push up, hanya dengan satu tujuan agar satu saat nanti saya bisa membunuh mereka,” ungkap Debby dengan pedih.

Yang Debby tidak sadari, dendam pribadinya membentuk Debby menjadi pribadi yang lain. Debby bahkan menyanggupi duel dengan anak laki-laki sepulang dari sekolah. Saat itulah ia melampiaskan segala kemarahannya dengan memukuli anak tersebut sampai babak belur.

Sebelum Debby beranjak dewasa dan mampu melampiaskan dendamnya, kembali ia harus menerima kenyataan yang lebih pahit. Ayahnya memutuskan pergi meninggalkan ia dengan ibunya karena perceraian. Ekonomi keluarga yang semakin terpuruk sepeninggal ayahnya, membuat Debby harus bekerja keras agar ia dapat melanjutkan sekolah. Berbagai pekerjaan harus ia lakukan meski harus mengorbankan masa remajanya.

“Kelas 3 SMP saya harus mencari rumput untuk makanan kambing. Sebagai seorang remaja, saya benar-benar merasa sedih. Bahkan saya merasa malu dan minder karena teman-teman saya bisa bersenang-senang dengan orang-orang yang disukai, sementara saya pulang sekolah masih harus mencari rumput. Saya benar-benar merasa sedih karena dari kecil saya tidak pernah merasa bahagia. Pada saat itu perasaan saya benar-benar hancur,” ujar Debby.

Debby pun merantau ke kota untuk merubah nasib hidupnya dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Namun saudaranya yang tinggal di kota tidak setuju jika ia bekerja sebagai pembantu. Mereka meminta agar Debby pindah dan tinggal bersama mereka. Namun Debby tak pernah menyangka akan apa yang akan ia hadapi. Saat ia sedang tidur, saudaranya malah melakukan pelecehan terhadap dirinya. Dua minggu kemudian Debby mencari tempat tinggal lain dan pindah dari sana. Ia tak mau tinggal lagi di situ.

Langkah kaki yang berat itupun akhirnya berhenti. Dalam kebimbangan dan kepedihan, Debby kemudian bertemu dengan seorang wanita yang akan mengubah seluruh jalan hidupnya. Debby menceritakan segala kepedihan hidupnya kepada Ibu Ita Hutomo yang pada akhirnya menjadi pembimbing rohaninya.

“Waktu didoakan, Debby bermanifestasi dengan luar biasa. Seluruh ilmu bela dirinya keluar sampai kita harus memanggil beberapa orang untuk memegangi dia. Karena Debby bisa karate orang, bisa tinju orang, bahasanya juga aneh,” ujar Ita.

“Pada waktu mengalami pelepasan, yang saya rasakan adalah rasa panas di dalam diri saya. Saya benar-benar merasa terbakar. Saya melihat ada pribadi lain yang marah karena saya benar-benar mau melepaskan itu semua. Ada makhluk yang jelek sekali bentuknya, matanya merah dan ia benar-benar marah. Jadi saat itu yang terjadi benar-benar tarik-menarik antara makhluk itu dengan jiwa saya,” ungkap Debby.

“Namun kami terus mendoakan Debby sampai akhirnya ia dilepaskan. Waktu saya peluk Debby dan mengatakan betapa Tuhan Yesus mengasihi dirinya, Debby langsung menangis dan berteriak seperti ada pelepasan yang luar biasa,” ujar Ita.

“Saya hanya bisa menangis dan tak dapat menahannya. Waktu saya dipeluk, disayang-sayang dan dikatakan ‘I love you’, jujur, saya yang tidak pernah merasakan kasih seorang ibu namun saat itu saya benar-benar dapat merasakan kasih seorang ibu yang sangat berbeda. Ibu saya tidak pernah memperlakukan saya seperti ini. Bahkan papa saya apalagi, belum pernah sekalipun ia memeluk saya,” ujar Debby dengan penuh keharuan.

Debby pun teringat akan mimpinya ketika ia bertemu dengan seoran pribadi yang pernah menawarkan jalan kehidupan baginya.

“Ada seorang Manusia yang datang kepada saya dan Ia mengulurkan tangan. Dalam mimpi itu Ia bilang, ‘Anak-Ku, datanglah kepada-Ku. Akulah jalan dan kebenaran dan hidup dan tidak seorang pun yang dapat diselamatkan kecuali datang kepada-Ku’. Saya pun semakin percaya kepada Yesus dan bahwa Yesus akan memulihkan saya dan keluarga saya,” ujar Debby.

Pemulihan yang Debby alami seakan membuka pintu-pintu kebahagiaan yang selama ini ia cari. Bahkan ia tak pernah menyangka bahwa ia akan diterima bekerja di sebuah tempat kursus terkemuka sebagai asisten pengajar di sana. Bagaimana tidak, secara kualifikasi sebenarnya Debby jauh dari kualifikasi yang diminta. Tempat kursus tersebut hanya menerima staff minimal SMA sedangkan Debby hanya lulusan SMP. Namun pengelola tempat kursus tersebut merasa entah bagaimana bahwa jalan hidup Debby memang ada di tempat tersebut sehingga iapun tak dapat menolak Debby untuk bekerja di sana.

“Saya hanyalah seorang anak yang tidak ada artinya, anak yang tidak berharga, tetapi Tuhan rela datang buat saya. Hal itu benar-benar merupakan suatu penghargaan yang sangat tinggi buat saya. Kalau secara dunia saya sudah ditolak, bahkan tidak dianggap, tapi Tuhan mau datang ke dalam hidup saya untuk menyelamatkan saya. Sungguh merupakan sebuah harga yang sangat mahal, bahkan melebihi berlian paling berharga sekalipun, sangat berarti buat saya,” ujar Debby sambil tersenyum menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 18 Mei 2011 dalam acara Solusi Life di O’Channel)

Sumber Kesaksian :
Debby Elivie
Sumber : V100921110658
Halaman :
1

Ikuti Kami