Kisah Bocah yang Ditolak Sekolah Karena Ayahnya HIV (2/2)

Nasional / 4 December 2011

Kalangan Sendiri

Kisah Bocah yang Ditolak Sekolah Karena Ayahnya HIV (2/2)

Lois Official Writer
2617

Menyangkut kasus salah seorang bocah yang berinisial Im, ditolak oleh sekolah tempatnya mendaftar gara-gara ayahnya menderita AIDS, salah satu guru Don Bosco, Yopi Indra Setiawan, mengatakan kalau ada calon siswa yang ditolak, biasanya dilakukan lewat prosedur resmi. Tidak mungkin pihak sekolah menyampaikan penolakan lewat pesan pendek. Yopi menduga isu yang beredar di twitter berasal dari saingan bisnis sekolah tersebut. “Bisa saja sekolah swasta lain yang berkelas internasional,” jelasnya.

Menanggapi berita itu, yayasan Don Bosco menolak tudingan diskriminasi terhadap calon siswa berinisial Im ini. Kepala Bidang Pendidikan Don Bosco, Paul Yosopandoyo, mengakui pihaknya memang telah berbuat salah terkait dengan SMS yang berisi penolakan itu. “Kita mengaku salah, dan kita sudah meminta maaf kepada orangtua,” ujarnya beberapa hari yang lalu.

Paul pun menyampaikan permohonan maafnya melalui media. “Loh ini kan saya sudah minta maaf di media. Pak Fajar saya minta maaf,” ucap Paul di hadapan wartawan. Mengenai SMS yang dikirimkan oleh kepala sekolah, Yayasan Don Bosco akan memberikan sanksi tegas, meskipun Paul enggan menyebutkan sanksi seperti apakah itu.

“Tapi bukan berarti kita tidak setuju bila Im sekolah di sini. Masalahnya, ketika kami meminta surat keterangan kesehatan dari anak ini, orangtuanya menganggap permintaan itu adalah penghinaan. “Dia (orangtua) mengatakan, kenapa hanya Im saja yang diminta surat kesehatan, dan yang lain tidak. Ini berarti diskriminasi,” ucap Paul mengulang perkataan Fajar.

Paul pun menjelaskan bahwa dalam proses penerimaan siswa, yayasan harus meminta surat keterangan dokter untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita siswa. Nah saat itu, si ayah mengaku mengidap penyakit HIV. Pihak sekolah sebenarnya tidak mempersalahkan. Permintaan surat kesehatan adalah upaya untuk mempertahankan Im agar tetap bisa bersekolah di Don Bosco. Tapi saat itu, orangtua Im malah marah dan mengundang perhatian orangtua murid yang lain, sehingga persoalan ini diketahui sejumlah orangtua calon siswa lainnya dan membuat mereka kuatir dan menolak Im.

Permohonan maaf sudah dilakukan sesuai yang diminta Fajar. Berharap persoalan ini dapat diselesaikan dengan damai. Tentu saja, salah mengerti dan penjelasan yang kurang, dapat menimbulkan persengketaan dan kesalahpahaman sehingga akhirnya kedua belah pihak saling ‘menyerang’. Setiap persoalan yang kita hadapi pun seringkali seperti itu. Kita perlu lamban untuk berkata-kata ataupun marah dan mencari permasalahan yang sebenarnya.

Sumber : vivanews/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami