Opini : Wawancara imajiner dengan Patih Gajah Mada (1)

Nasional / 25 November 2011

Kalangan Sendiri

Opini : Wawancara imajiner dengan Patih Gajah Mada (1)

daniel.tanamal Official Writer
3617

Dalam keusilan saya berpikir dan berangan-angan, tergelitik untuk bisa mewancarai tokoh terkenal di negeri ini. Nama dan gelarnya adalah “Paduka Yang Mulia Maha Patih Gajah Mada”

Saya sudah menyiapkan CV saya sebagai seorang jurnalis dan saya bubuhkan beberapa referensi kalau saya pernah mewawancarai beberapa tokoh terkenal di pemerintahan ini. Namun tantangan tidak sesederhana yang dibayangkan. Namun ada waktu yang harus diseberangi.

Singkatnya saya dapat pinjaman alat berupa Pesawat Mesin Waktu. Dengan alat ini saya bisa bepergian menyeberangi waktu lampau maupun yang akan datang. Saya masuk ke Pesawat Mesin Waktu dan saya kendarai, sekarang saya setel tahun tujuan kurang lebih 550  tahun sebelum hari ini dan, wussssss ....

Saya tiba di sebuah ruangan dimana banyak hulu balang kerajaan Majapahit yang mengantar saya melewati beberapa protokoler, kepada seseorang berpangkat dan sangat berwibawa yang ternyata adalah seorang asisten dari Yang Mulia Maha Patih.

Oleh asisten, saya disiapkan sebuah ruangan yang nantinya akan dipakai oleh Yang Mulia dengan saya. Sementara saya duduk menunggu sendirian di ruangan tersebut, saya mengamati suasana ruangan tersebut. Ada foto resmi Sang Maharaja Hayam Wuruk yang dilukiskan seperti Dewa Wisnu mengendarai Burung Garuda bertuliskan “Tan Hana Mangrawa Bhineka Tunggal Ika” dan disebelahnya foto resmi Kerajaan Majapahit berlatar belakang bendera Gula Kelapa (Merah Putih) adalah Sang Maha Patih yang sudah terkenal berdiri gagah dan menghunus sebilah keris di tangan kanan. Tangan kirinya memegang jumbai bendera ...wuaaaahhhhh keren sekali. Hebat juga ya foto resmi pejabat pemerintah jaman dulu.

“Selamat pagi, selamat pagi, maaf menunggu ya , ayo ayo silahkan saja !” suara yang ramah namun penuh semangat dan berwibawa datang dari Paduka Yang Mulia Mahapatih Gajah Mada (untuk selanjutnya akan saya singkat saja dengan tulisan GM)  saya terkesiap dan sertamerta berdiri tegap penuh hormat kepada beliau.

Saya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan (ini sebenarnya kesalahan, seharusnya aku menunggu beliau mengulurkan tangan terlebih dulu. Menggerakan tangan di depan pejabat bisa dipahami sebagai usaha penyerangan ke pejabat yang sangat dihormati waktu itu ). Namun beliau mengulurkan tangan dan memegang kedua pundak saya  dan menepuk nepuk, ahh saya tahu beliau memberi Isyarat kepada para pengawal yang siap menyergap saya, seolah Beliau berbicara.. “its ok everything ok, aman ..tenang saja kalian.”

Setelah beliau mempersilahkan para pengawal meninggalkan ruangan tersebut, tinggal kami berdua dengan beliau seorang yang sangat terkenal dan berkuasa ini Sang Mahapatih dari Kerajaan Besar Majapahit.

Tiba tiba bunyi dungggggg srenggg   ...bunyi genta terdengar bergema tanda ada pejabat sedang menerima tamu penting (rupanya saya dianggap sebagai seorang duta) saya kaget, seluruh insting saya sebagai seorang jurnalis berantakan ditimbun rasa kagum terhadap kharisma belia dan tatacara kerajaan ini.

(Ingin ikuti kelanjutan wawancara imajiner dengan Gajah Mada berikutnya? Simak bagian kedua besok Sabtu (26/11))

 

 

Sumber : Jawaban.com - niel
Halaman :
1

Ikuti Kami