Diduga para pelaku penipuan melalui pesan singkat yang mulai meresahkan masyarakat itu bekerjasama dengan para pemilik konter ponsel. Pasalnya, para pelaku ini cenderung hanya ingin menyedot pulsa untuk kemudian dijual kembali. Hal ini diungkapkan oleh Kasubdit Cyber Crime Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hermawan, Rabu (5/10) di Mapolda Metro Jaya seperti yang dilansir laman Kompas.
Modus penipuan itu dilakukan dengan cara mengirimkan pesan singkat melalui nomor GSM atau CDMA secara acak. Isi pesan singkat itu biasanya bertuliskan pengumuman pemenang dengan hadiah tertentu. “Tetapi, untuk dapat hadiah itu dia harus klik misalnya *123 dan seterusnya. Kalau dia klik itu, korban pasti kaget pulsanya tiba-tiba berkurang banyak,” ucap Hermawan. Korban secara tak sadar karena dibilang memenangkan hadiah.
Selain cara itu, adalah dengan berlangganan konten atau SMS dengan tarif premium seperti kuis atau konten games. Dengan cara ini, para pengusaha konten terus menerus mengirimkan pesan singkat yang menyedot pulsa. “Misalnya kuis. Dia terus menerus dikirimi soal, awalnya dia balas dengan jawaban, tapi kelamaan bosen enggak menang-menang sementara pulsa terus kesedot karena dikirimin konten terus,” tuturnya.
Dua modus itu yang selama ini terdeteksi aparat Cyber Crime Polda Metro Jaya. Dia membantah pesan singkat seperti “Tolong uangnya ditransfer ke nomor…” atau “Tolong kirimin papa uang…” dapat menyedot pulsa secara berlebihan. “Walaupun SMS itu maksudnya nipu, tapi kalau kita balas itu nggak mungkin sedot pulsa. Kesedot hanya biaya sms balasannya saja,” katanya menjelaskan. Sebagaimana diberitakan, Cyber Crime Direktorat Reserse Polda Metro Jaya menemukan 1800 narapidana di LP kelas I Tanjung Gusta, Sumatera Utara, menjadi otak kasus penipuan pesan singkat dan telepon di berbagai daerah.
Langkah yang bisa diambil oleh masyarakat adalah dengan menyebarkan berita ini ke FB atau lainnya supaya operator selulernya malu. “Di Indonesia harus dipermalukan rame-rame baru tergerak.” demikian komentar salah seorang pembaca Kompas yang bernama Himawari. Bisa jadi, itu merupakan langkah yang efektif agar makin banyak orang yang tahu dan masyarakat tidak ada yang terperdaya.
Sumber : kompas/lh3