Kisah G 30 : Dulu Jadi Algojo, Sekarang Dipasung 38 Tahun

Nasional / 5 October 2011

Kalangan Sendiri

Kisah G 30 : Dulu Jadi Algojo, Sekarang Dipasung 38 Tahun

Lois Official Writer
7534

Pada era sejarah kelam G30 S, Supardi alias Adi (66), seorang tokoh masyarakat yang disegani. Dia dikenal sebagai algojo penumpas yang tegas. Usai menjalankan tugas sebagai algojo pelenyap kehidupan orang-orang yang dianggap sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), Adi merantau ke Palembang, Sumatera Selatan.Di sana dia membersihkan semak, onak, dan duri yang dianggap menghalangi untuk menyiapkan lahan luas yang dipakai sebagai perkebunan kopi. Rencananya dia akan menetap di sana sebagai pengusaha kopi.

Gejala aneh mulai terlihat ketika Adi mengeluh jika dirinya diikuti bulan. “Itu yang membuatnya gelisah dan selalu mondar mandir setiap malam. Katanya dia tengah menghindari bulan yang terus mengikutinya,” terang Kusnoto (46), sahabat Adi. Pada saat bersamaan malaria tropis menyerang. Selain Adi, dua orang rekannya yang ikut membabat hutan juga menderita penyakit yang sama. Satu orang meninggal, satu orang lainnya tidak diketahui rimbanya. Adi langsung dibawa pulang ke kampung halaman.

“Dibawa pulang sekitar tahun 1973. Pada saat pertama, emosinya tidak terkendali. Selain ngoceh sendiri, masih sering mengamuk,” ujar Mansyur, keponakan Adi. Entah apa yang membuat perubahan Adi menjadi beringas, namun akhirnya warga Desa Podorejo, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur itu harus dipasung. Selama 38 tahun, Adi kini berada di sebuah gubuk kecil yang tak jauh di belakang rumah yang ditempati keluarganya.

Pihak keluarga sengaja menempatkan Adi di sana. Sengaja disembunyikan agar orang lain yang bertandang tidak mudah mengetahuinya. “Tentunya penyakit seperti ini sama dengan aib,” terang Kusnoto. Kondisi Adi lebih tepat disebut tragis daripada memprihatinkan. Sebuah rantai besi membelenggu pergelangan sebelah kakinya kuat-kuat. Begitu eratnya ikatan sampai-sampai bentuk rantai membekas merah di permukaan kulitnya. Sementara ujung rantai yang lain terikat pada pasak besi yang tertanam di lantai gubuk. Panjang rantai sebesar ibu jari itu sekitar 5 meter, praktis gerak hidup Adi hanya sebatas panjang rantai tersebut.

Karena alasan ekonomi, Adi tidak dapat memperoleh kesehatan yang layak agar bisa sembuh. Adi, contoh seorang yang disegani namun berakhir tragis. Inilah salah satu kisah hidup orang yang terlibat di dalam kejadian G 30 S yang berlangsung 46 tahun yang lalu. Dari sini kita bisa menarik pelajaran bahwa dunia ini terus berputar, karena itu setiap orang perlu kita hormati.

Sumber : okezone/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami