Jangkar yang Terbuat dari Harapan Pada Tuhan

Kata Alkitab / 8 September 2011

Kalangan Sendiri

Jangkar yang Terbuat dari Harapan Pada Tuhan

Lois Official Writer
4368

Pelaut tua itu memandang langit dan melihat bahwa badai akan segera datang. Laut menjadi ganas dan berombak, pelaut itu perlahan-lahan menurunkan jangkar, menutup pintu rapat-rapat dan pergi tidur. Dia tahu badai akan ganas. Tapi dia percaya pada jangkar. Dia tahu perahunya akan tetap di sana di pagi hari nanti.

Seperti pelaut itu, kita punya ‘jangkar’ di dalam hidup kita yang bisa menolong kita berdiri teguh menghadapi badai kehidupan. Jangkar itu dipanggil harapan. Secara alkitabiah, harapan erat kaitannya dengan iman. Penulis Ibrani mengatakan kepada kita “iman adalah dasar dari segala sesuatu” (Ibr 11:1). Bagi umat Kristen, harapan adalah pengetahuan bahwa kita diubahkan lebih baik lagi jika kita percaya kepada Tuhan (Roma 8:28). Itulah konsekuensi bahwa di dalam situasi apapun, rencana Tuhan untuk hidup kita adalah ‘untuk mendatangkan kebaikan dan bukan kecelakaan, untuk memberikan masa depan yang penuh harapan’. (Yer 29:11b)

Alkitab menceritakan banyak contoh dari pria maupun wanita yang berharap pada janji Tuhan. Abraham adalah contoh nyata. Ketika umurnya 75 tahun, Tuhan berjanji padanya untuk memberkati dia dan memberikannya banyak keturunan, sebanyak bintang di langit. Abraham mendengar janji itu dan percaya. Tapi meskipun dia percaya, dia harus menunggu 25 than kemudian untuk melihat pemenuhan atas harapannya. Harapan Abraham berakar di dalam kepercayaan, bahwa Tuhan tidak berubah, dan janji-Nya kekal.

Apa yang menyebabkan harapan kita jadi tawar? Seringkali, kita berharap pada hal yang salah. Sangat mudah bagi kita untuk menempatkan harapan itu di tempat yang salah seperti harta duniawi, menaruhnya pada apa yang kita lihat, rasakan, sentuh. Namun, Tuhan katakan kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yoh 18:36). Taruh harapanmu pada Yesus semata. Namun meskipun kita mempercayai Yesus sebagai Juru Selamat kita, kita tetap bisa kehilangan harapan. Karena itu, kita harus belajar dari Amsal bahwa ‘harapan yang tertunda menyedihkan hati’ (Ams 13:12). Ketika harapan kita tertunda, kita bisa menjadi sangat putus asa.

Jadi bagaimana Abraham melakukannya? Bagaimana dia tetap beriman lebih dari dua dekade? Lihat hubungan Abraham dengan Tuhan. Dia teman Tuhan (2 Taw 20:7), dia juga pelayan Tuhan (Kej 26:24), dan dia taat (Kej 22). Anda bisa melakukan hal yang sama. Tunduklah kepada Tuhan karena Dia sumber pengharapan. Perkuat iman Anda, percaya waktu Tuhan yang terbaik, dan berterima kasih kepada Tuhan tiap hari. Anda bisa mulai hari ini, sekarang juga.

Sumber : cbn/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami