Di Kereta 5:33 Itulah Kami Kehilangan Anak Kami

Family / 6 September 2011

Kalangan Sendiri

Di Kereta 5:33 Itulah Kami Kehilangan Anak Kami

Lois Official Writer
4877

“Hati kami hancur melihat korban dari tragedi yang mengerikan ini kepada keluarga yang ditinggalkan. Pelaku kejahatan ini adalah binatang, yang mengubah sebuah kereta api menjadi tempat kematian.” kata berita di televisi. Amy Federici, yang merupakan salah satu korban, seharusnya tidak berada di dalam kereta api 5:33. Menurut salah satu koran lokal di sana, tempat kejadian yang berlangsung di Long Island ini, ada 4 orang yang terbunuh dan 13 orang yang terluka akibat tragedi tersebut.

“Dia menelepon dan mengatakan bahwa ia bisa menyelesaikan proyeknya lebih awal tapi kereta 5.32 tidak ada jadwal,” cerita ayah Amy, Jacob Locicero. Ketika Jacob sedang duduk di kursi malasnya sambil menyaksikan televisi, dia tidak punya bayangan ada sebuah drama yang mengerikan berlangsung beberapa mil jauhnya. Drama yang melibatkan anaknya.

Seorang pria gila menembakkan pistolnya sehingga mengubah keadaan sebuah kereta bawah tanah menjadi peti mati besi. Dan Jacob tidak menyadari bahwa anak perempuannya yang berusia 27 tahun ada di kereta itu dan dia ada dalam bahaya. Sangat kejam sekali atas apa yang terjadi hal yang buruk pada Amy ini. Baru saja setahun dia ditinggal pergi oleh suaminya yang baru tiga bulan menikah dengannya karena penyakit kanker. Dia sedang dalam proses pemulihan dan dia baru saja mendapat pekerjaan baru sebagai interior designer. Namun, dia harus diperhadapkan dengan situasi yang begitu membahayakan nyawanya, bahkan harus kehilangan karena itu. Pria itu menembakkan peluru di kereta bawah tanah kepada siapa saja yang melawan.

Ketenangan Jacob terganggu karena sebuah berita dan kemudian teman sekamar Amy juga meneleponnya mengatakan Amy tertembak tepat di dadanya saat sedang berada dalam perjalanan dari Long Island dengan kereta bawah tanah. “Temannya itu mengatakan bahwa memang benar ada kejadian di kereta bawah tanah dan benar bahwa Amy ada di sana dan saat ini Amy ada di ruang operasi rumah sakit.” cerita Jacob mengenang kejadian ketika itu.

Istri Jacob, yang bernama Amy Locicero, baru saja pulang dari berbelanja Natal ketika ia mendengar kabar bahwa anaknya sedang dioperasi. “Saat itu saya tahu, Amy kemungkinan tidak bisa bertahan.” cerita ibu satu ini.

“Ia kehilangan banyak sekali darah. Sembilan kantung darah telah ditransfusi.” lanjut ayah yang harus kehilangan anaknya ini.

“Lalu kami katakan padanya, ‘Yesus adalah Batu Karangku, kasih-Nya melingkupi kita. Saya mencium dia dan katakan selamat tinggal. Saya bilang kamu sudah di rumah.” kisah ibu Amy ini.

“Saya tidak mengucapkan selamat tinggal. Saya bilang sampai jumpa. Sampai ketemu nanti.” ucap papanya yang begitu sedih namun telah merelakan anaknya.

Beberapa lama setelah kematian Amy, keluarganya yang tabah menarik perhatian dunia dengan iman mereka. Mereka melewati fase kesedihan akibat kematian Amy dan mereka tidak menyadari bahwa mereka juga menyelamatkan hidup orang lain. Theresa Charmala menerima jantung Amy. Pemberian ginjal yang baru memberikan hidup yang baru buat orang lain. Pemakamannya mengubah hidup kepada kekekalan.

“Orang-orang yang setahu saya belum mengenal Tuhan, mereka menangis atas apa yang kami bicarakan, atas pengharapan yang begitu besar yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Malaikat Tuhan benar-benar menjemput Amy. Tuhan memampukan dia melalui kematian dan itu membawa kemuliaan bagi nama-Nya.” kata seorang saksi mata yang hadir di pemakaman Amy Federici.

“Kami tahu bahwa dia sudah bersama Tuhan. Kami akan berjumpa dengannya lagi.” ucap sang ayah dengan yakin. “Hal tersulit adalah menyadari bahwa ia tidak lagi berada di dekat kita saat kita membutuhkan kehadirannya…” tambahnya lagi.

“Kemenangan atas kematian oleh Juru Selamat kita Yesus Kristus, mengatakan bahwa hal ini cuma sementara. Suara yang tidak bisa kita dengar, akan terdengar lagi. Mata yang tidak bisa kita lihat, akan kita lihat lagi.” kata ibunya Amy dengan yakin. Amy membuat keluarganya mendapatkan publisitas dimana mereka menunjukkan kehidupan Kristen yang tidak mengenal kompromi. Namun, tantangan terbesar adalah ketika menghadapi pembunuh anaknya, Collin Ferguson.

“Kami tidak menyukai dia atas apa yang dilakukannya. Apa yang dilakukannya itu benar-benar jahat. Namun, hal itu tidak menghilangkan apa yang dikatakan Alkitab bahwa dia termasuk orang yang tidak boleh terhilang.” Cerita kedua orangtua Amy.

Pada bulan Februari 1995, Collin Ferguson dijatuhi hukuman seumur hidup karena telah menghilangkan enam nyawa. Dan pada saat pengadilan itulah, Jacob dan Amy Locicero mendapat kesempatan untuk bertemu dengan si pembunuh tersebut. “Amy tidak mengenal Anda, Pak Ferguson. Kami datang dengan persahabatan untuk menolong Anda keluar dari masalah Anda yang Anda tunjukkan dengan menyalahkan orang lain.” Kata Jacob di pengadilan itu. Lalu istrinya melanjutkan, “Kami berdoa untuk Anda dan begitu terbeban untuk Anda, untuk jiwa yang begitu tak terselami.” Senyum Amy seperti pada salah satu foto SMU-nya yang tersenyum, menggambarkan Roma 8:28 bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan, senyum itulah yang tersenyum kepada kita, juga kepada pembunuhnya. Kematian tidak menang dalam hal ini.

“Yesus hidup, Ia mengatakan bahwa bersama-Nya kita akan dapat menghadapi hari esok. Sungguh benar…Sungguh benar…” tutup mereka. Sungguh benar, segala sesuatu dapat kita tanggung bersama Yesus, betapapun beratnya beban masalah yang dihadapi, tidak ada yang terlalu berat. 

 

Sumber Kesaksian :

Amy dan Jacob Locicero

Halaman :
1

Ikuti Kami