Psikolog : Teknologi, Workaholic, dan Posesif Rusak Rumah Tangga

Nasional / 1 September 2011

Kalangan Sendiri

Psikolog : Teknologi, Workaholic, dan Posesif Rusak Rumah Tangga

Lois Official Writer
4434

Pernikahan adalah momen membangun kehidupan baru bersama pasangan. Suka duka dihadapi berdua dan ini artinya tidak melibatkan pihak lain untuk menyelesaikan masalah. Namun, masalah rumah tangga tidak lagi sesederhana yang dihadapi ketika masih pacaran. Komitmen dibutuhkan dalam pernikahan agar tetap utuh dan tidak dicampuri oleh pihak ketiga.

Menurut psikolog Prof Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, cinta bukanlah pengikat pernikahan. Cinta hanyalah faktor yang bisa menarik seseorang untuk memutuskan berpasangan. “Cinta paling lama bertahan tiga tahun, lalu hilang. Sisanya adalah komitmen, kesetiaan, dan tanggung jawab,” ujar Prof Sarlito.

Salah satu penyebab retaknya rumah tangga menurutnya adalah perselingkuhan. Perselingkuhan itu sendiri biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti kemajuan teknologi, workaholic, dan sifat posesif. Kenapa bisa ketiga hal tersebut? Profesor Sarlito menjelaskannya secara terinci.

Teknologi bukan hal yang menjadi asal usul perselingkuhan namun bisa memicu perselingkuhan. Ketakutan bahwa kemajuan teknologi bisa membuat pasangan selingkuh, bisa membuat seseorang melanggar privasi pasangannya. Misalnya, membuka email, SMS, atau situs jejaring sosial pasangan, bahkan minta password segala. Kebiasaan inilah yang menurut Prof Sarlito kerap memicu pertengkaran. “Beri kepercayaan pada pasangan untuk wilayah privasinya sendiri. Kalau ternyata dia selingkuh, itu bisa diurus belakangan. Intinya, jangan cari-cari masalah,” jelas Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia yang mendalami Psikologi Sosial ini.

Selain itu, jika salah satu atau kedua pihak terlalu asyik dengan pekerjaan masing-masing, perlahan-lahan bisa menghilangkan kesetiaan. Jika tidak diselingi dengan kencan berdua, misalnya, akan sulit bagi pasangan untuk bertahan. Rasa hambar akan muncul dan ini berujung pada keinginan untuk mencari selingan, menurut Sarlito.

Yang terakhir adalah orang yang menginginkan pasangan berperilaku sesuai dengan keinginannya cenderung membuat pasangan menjadi bosan. Kehidupan rumah tangga pun menjadi kaku karena pasangan selalu merasa diawasi dan akhirnya merasa terkekang. “Jangan bermimpi mengubah seseorang, tapi ubah dulu diri Anda, maka pasangan akan mengikuti,” tukas psikolog yang baru-baru ini meluncurkan buku tentang Mencegah Selingkuh dan Cerai karya sosiolog Dra Hartati Nurwijaya di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta ini.

Ketiga hal di atas dapat menjadi penyebab hancurnya sebuah rumah tangga. Tapi kalau kita bangun rumah tangga itu di atas karang yang kokoh, yaitu Yesus, maka kita percaya bahwa rumah tangga yang kita bangun akan kokoh juga.

Sumber : yahoo.com/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami