Bunuh Diri Menjadi Solusi Pilihan Korban Tsunami Jepang

Nasional / 22 August 2011

Kalangan Sendiri

Bunuh Diri Menjadi Solusi Pilihan Korban Tsunami Jepang

Lestari99 Official Writer
3887

Dampak bencana tsunami yang melanda Jepang 11 Maret silam ternyata belum berakhir. Saat ini pemerintah Jepang disibukkan dengan keinginan bunuh diri yang melanda penduduk Fukushima, Jepang.

Menurut stasiun berita Channel News Asia, 22 Agustus 2011, tren bunuh ini marak di kalangan korban tsunami yang merasa putus asa setelah merasa kehilangan segalanya. Ada yang tidak ingin merepotkan keluarga, ada yang takut terkena radiasi, dan ada yang merasa tersiksa karena harus bertahan hidup sementara orang-orang yang mereka cintai telah berpulang.

Seperti yang dilakukan oleh seorang petani bernama Hisashi Tarukawa dari Fukushima. Hisashi mengalami depresi karena harta bendanya tersapu tsunami dan kelewat takut dengan ancaman radiasi. Hisashi pun memutuskan gantung diri di sebuah pohon ketika jasadnya ditemukan oleh anaknya. Mitsuyo, istrinya, mengatakan bahwa suaminya adalah seorang pria yang kuat namun akhirnya menyerah pada ketakutannya akan radiasi. “Saya sangat sedih dan sangat menyesal. Namun bila ia sekarang sudah damai di surga, saya akan menerimanya,” ujar wanita berusia 61 tahun ini.

Dalam 13 tahun terakhir 30.000 orang tercatat telah tewas karena bunuh diri di negeri Sakura ini, sebagaimana dilansir dari berita Voice of Amerika. Angka ini pun menjadi angka kematian akibat bunuh diri tertinggi di dunia. Maraknya kasus bunuh diri ini juga mengherankan sekaligus memicu kekuatiran di antara para ahli. Seperti yang diungkapkan oleh Hisao Sato, kepala grup konseling dan pencegahan bunuh diri Kumo No Ito. “Seharusnya tidak banyak orang yang akan berpikir untuk bunuh diri setelah tertimpa musibah karena mereka seharusnya bersyukur masih bisa selamat,” ujarnya.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah Jepang untuk mengatasi hal ini termasuk melakukan kunjungan bulanan ke daerah korban tsunami di Kamaishi dan menyediakan tempat khusus untuk pemulihan mental korban tsunami. Meskipun langkah ini masih dianggap kuirang efektif jika tidak dibarengi dengan dukungan dari orang di sekitar korban.

Sangat disayangkan bahwa mereka memilih untuk bunuh diri di saat mereka seharusnya lebih menghargai apa yang masih mereka miliki, yaitu nafas kehidupan yang masih dianugerahkan Tuhan kepada mereka. Mengakhiri hidup dengan bunuh diri hanya akan membuat hidup seseorang berakhir dalam kebinasaan sedangkan dengan terus menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur dapat membawa kita kepada makna yang lebih dalam dari kehidupan itu sendiri.

Sumber : vivanews
Halaman :
1

Ikuti Kami