Pemerintah Libya : Kami Rela Mati dan Membunuh Demi Minyak

Nasional / 16 July 2011

Kalangan Sendiri

Pemerintah Libya : Kami Rela Mati dan Membunuh Demi Minyak

Lois Official Writer
1814

Pemerintah Libya bersumpah tidak akan gentar dan rela mati demi mempertahankan minyak mereka msekipun pasukan NATO dan pemberontak bekerja sama menguasai sebuah kota yang kaya minyak di negara tersebut. Hal ini disampaikan oleh juru bicara pemerintahan Libya, Musa Ibrahim. Dia mengatakan serangan NATO dan pemberontak terhadap kota Brega yang terletak di utara Libya sangat dashyat dan mengejutkan.

“Kami rela mati demi minyak. Kami rela membunuh demi minyak. Kami akan membunuh siapapun yang mendekati minyak kami. Pemberontak atau NATO, kami tidak peduli. Kami akan mempertahankan minyak kami sampai tetes darah penghabisan,” kata Ibrahim. Ibrahim mengatakan serangan baru-baru ini dilakukan untuk kembali menguasai Brega yang berhasil direbut tentara pemerintah dari pemberontak pada April lalu. Brega memang merupakan salah satu kota penghasil minyak terbesar di Libya, di kota ini terdapat pabrik kilang minyak.

Hal serupa sebelumnya juga disampaikan oleh pemimpin Libya, Moammar Khadafy. Pria yang telah memimpin selama 42 tahun ini menyatakan akan tetap berkuasa sampai dia mati. “Saya akan tetap bersama rakyat dan senjata sampai saya mati. Kami akan memenangkan peperangan ini. Kami akan menang melawan kolonialisme, melawan kampanye kebencian,” kata Khadafy. “Kami siap hidup tanpa listrik, bensin, bangunan, dan penyejuk udara. Tapi senjata kami akan tetap di tangan, siap bertarung sampai akhir,” tegasnya.

Perang saudara di Libya dimulai saat demonstrasi menuntut Khadafy turun digelar Februari lalu. Khadafy diduga menggunakan pasukannya untuk menyerang para demonstran. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi tahun 1973 yang mengatur zona larangan terbang di Libya. Dengan resolusi ini, pasukan NATO dan koalisi bebas menggempur tentara Khadafy dari udara. Hingga saat ini, Khadafy maish menolak turun.

Kekerasan terus terjadi di Libya dan tetap saja rakyat yang menjadi korban. Mungkin itulah yang menjadi penyebab mengapa mereka menjadi pemberontak, karena mereka menginginkan pemerintahan Khadafy turun. Apalagi jika pemerintahan itu menggunakan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaannya, padahal pemerintahan yang sesungguhnya ada berfungsi untuk kepentingan rakyat, bukannya untuk kepentingan perorangan.

Sumber : vivanews/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami