Pengakuan Seorang Pengamen Atas Kebaikan Soeharto

Nasional / 12 June 2011

Kalangan Sendiri

Pengakuan Seorang Pengamen Atas Kebaikan Soeharto

Lois Official Writer
10101

Selama ini mungkin Anda mengenal Soeharto sebagai sosok yang kurang baik karena korupsi atau KKN. Namun, ada kisah luar biasa bagaimana seorang presiden dapat dekat dengan rakyatnya. Kisah ini bermula pada seorang pemuda bernama Munari Ari. Ia bukan menteri, ajudan, atau orang dekat Presiden RI kedua ini. Kisah ini dituturkan dalam buku “Pak Harto, The Untold Stories” yang diluncurkan pada 8 Juni 2011 lalu.

Tahun 1980-an dia hanyalah seorang tukang ngamen. Kawasan operasinya mulai dari perempatan Megaria hingga depan kampus Universitas Indonesia di Salemba. Jika malam tiba, ia kerap menumpang tidur di depan kamar mayat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Lalu, apa hubungannya dengan Soeharto?

Saat sedang bekerja, ia kerap memperhatikan mobil-mobil yang melintas. Yang menarik perhatiannya adalah iring-iringan mobil yang rutin melintas di hari Rabu dan Jumat pada jam yang sama. Iringan mobil ini membawa Pak Harto ke lapangan golf Rawamangun. Ari dan sahabatnya Herman Obos sudah berkali-kali mendekat ke bibir jalan untuk melihat rombongan lebih jelas. Ia kerap diusir, bahkan pernah nyaris ditempeleng.

Jumat di pertengahan 1986, Arid an Obos berhasil lolos dari pantauan aparat. Di seberang Restoran Sasa kawasan Salemba, mereka berdua berbaris tegak rapat sejajar. Masih memegang gitar dan biola, dengan sikap sempurna mereka mengangkat tangan untuk memberi hormat begitu mobil Pak Harto melintas. Hal ini rutin dilakukannya setiap kali rombongan Presiden melintas. Setelah dua bulan berlalu, terjadi hal yang tidak terduga. Mobil dengan plat RI 1 berjalan makin pelan dan bahkan mendekat kepada kedua orang yang sedang memberi hormat ini. Kaca hitam jendela belakang mobil diturunkan perlahan dan muncullah senyuman khas Soeharto. “Seketika itu jgua, saya dan Obos memberi hormat dan berseru ‘Selamat Siang Pak!’” Sejak kejadian itu, Ari dan Obos tidak pernah lagi diusir polisi.

Siapa mengira kegiatan dua remaja ini mengubah hidup mereka. Terkesan dengan aksi dua pengamen ini, Pak Harto mengutus putri sulungnya Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut mencari dua remaja itu. Bukan main senangnya Ari dan Obos saat itu, mereka diajak ke Cendana, bahkan ikut menyumbangkan dua lagu di hari ulang tahun pernikahan Pak Harto dan Bu Tien. Dia juga dikontrakkan rumh di kawasan Kramat, Jakarta Pusat dan sandang pangan tercukupi. Sampai akhirnya dia melamar pekerjaan di salah satu perusahaan milik Tutut. Tahun 2000 ia memutuskan keluar dan kini dia sukses menjalankan usaha biro jasa miliknya sendiri.

Jika selama ini yang Anda lihat adalah keburukan seseorang, cobalah lihat kebaikannya. Memang terkadang kebaikan itu tersembunyi, namun jangan pernah langsung menghakimi seseorang. Soeharto pernah menjadi presiden di negara ini, mungkin dia punya banyak kekurangan, tapi jangan sampai kekurangan itu menutupi kebaikannya di mata Anda. Juga setiap orang lain di sekitar Anda. Mulailah lihat kebaikan mereka.

Sumber : vivanews/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami