Radio Dan Alkitab Menundukkan Bom Dan Peluru Di Kolombia

Nasional / 16 May 2011

Kalangan Sendiri

Radio Dan Alkitab Menundukkan Bom Dan Peluru Di Kolombia

Lestari99 Official Writer
3618

Perang gerilya Kolombia dimulai pada tahun 1960, diilhami oleh ideologi Marxis dan dipicu oleh penculikan serta perdagangan narkoba ilegal.

Tapi hari ini gerakan itu menyusut. Banyak gerilyawan yang saat ini tuning untuk mendengarkan pesan damai, berkat serangan berani yang menggunakan radio dan Alkitab, bukan bom dan peluru.

Di wilayah yang dikuasai gerilyawan Kolombia itu, terlalu berbahaya bagi para pengiku Kristus untuk berkumpul bersama.

“Penduduk sipil terjebak dalam konflik antara kaum gerilyawan dan tentara Kolombia,” jelas Alex, salah seorang warga Kolombia. Alex dan keluarganya tinggal di pusat daerah yang dikuasai pemberontak.

“Ketika tentara datang dan tidak dapat menemukan para gerilyawan, mereka akan datang ke rumah kami untuk merampok dan mencoba menemukan seseorang yang dapat dibunuh,” ujarnya.

Di tengah semua kekacauan itu, Alex, yang selalu mengatakan ia percaya kepada Tuhan, memasuki suatu hubungan yang baru dengan Yesus Kristus.

“Melalui radio, kita mulai mendengar pesan yang jelas tentang bagaimana mengikuti Tuhan dan siapa Tuhan itu sebenarnya,” ujarnya.

Alex mengatakan dampak dari stasiun radio telah membuat perbedaan yang luar biasa, dan itulah sebabnya dia melibatkan diri di dalamnya.

“Saya tahu ada perubahan besar dari perilaku masyarakat di sini karena ketika stasiun radio pertama kali masuk ke Kolombia, banyak orang yang tidak setuju,” ujarnya.

“Ada banyak oposisi dan ancaman. Saat ini kebanyakan orang berada di dalam perjanjian,” ujarnya.

Direktur dari Colombia Para Cristo, Russel Stendal, yang diculik dan disekap selama lima bulan oleh gerilyawan FARC di tahun 1983, mengatakan kesempatan untuk memasang transmitter di ketinggian 13.500 dari kaki gunung muncul sebagai hasil membantu beberapa pejuang pemberontak yang luka parah.

“Dan Tuhan memungkinkan kami untuk membantu menyelamatkan nyawa mereka. Dari satu orang berlanjut ke yang lain sampai akhirnya kami diundang ke daerah ini,” ujar Stendal. “kemudian sedikit demi sedikit dengan bantuan Voice Of Martyrs, kami mampu memberikan ransel yang berisi barang-barang bantuan bagi semua anak-anak di daerah ini dan hal itu cukup membantu.”

“Kemudian kami mulai menjangkau setiap keluarga, memberikan kepada mereka sebuah radio yang menggunakan tenaga surya,” lanjutnya. “Dan saat ini kami mampu mendirikan instalasi radio tepat di tengah jantung salah satu daerah paling berbahaya di negara ini.”

Stendal dan timnya harus melakukan perjalanan pada malam hari ke daerah-daerah untuk menghindari aktivitas penculikan. Mereka menyembunyikan kendaraan lalu naik gunung dengan menggunakan kuda untuk sampai ke lokasi pemancar.

“Daerah ini terkenal karena kasus penculikannya. Daerah ini adalah ibukota para penculik di Kolombia, yang juga menjadi ibukota para penculik di dunia,” ujarnya. “Jadi banyak dari mereka yang datang pada Tuhan merupakan mantan penculik.”

Voice of Martyrs Kanada menyediakan dana untuk memperluas area cakupan siaran radio di Kolombia dan negara-negara terdekat lainnya, termasuk Venezuela, yang semakin memusuhi kekristenan.

Corey Odden yang merupakan salah satu kru Voice of Martyrs Kanada mengatakan ia sangat senang untuk menjadi bagian dari proyek ini.

“Perluasan area ini memungkinkan kami untuk mencapai daerah-daerah yang dikuasai oleh gerilyawan Marxis, dan memberi kami kesempatan besar untuk memenangkan mereka bagi Kristus,” ujar Odden.

Dari gunung sampai ke hutan-hutan di Kolombia, Injil sedang diperdengarkan di Galcom radio buatan Kanada. Perangkat radio, beserta dengan buku-buku Kristen, terkadang tiba dengan parasut.

Gabriela merupakan salah satu orang yang menerima Yesus karena pelayanan radio dan buku-buku pelayanan dari Colombia Para Cristo. Saat ini ia membantu pelayanan yang sama yang terhubung dengan para pejuang di zona perang berbahaya.

“Para gerilyawan dan simpatisan gerilyawan datang dan mengambil radio serta Alkitab lalu pergi lagi keluar sana untuk mempelajari Alkitab dan mendengarkan radio,” ujarnya.

Baik Gabriela maupun Alex berdoa agar Injil yang telah mengubah kehidupan mereka suatu hari akan membawa perdamainan ke salah satu zona tempur paling berbahaya di Kolombia.

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami