190 Orang Lebih Ditangkap Pasca Kerusuhan SARA di Mesir

Internasional / 11 May 2011

Kalangan Sendiri

190 Orang Lebih Ditangkap Pasca Kerusuhan SARA di Mesir

Lois Official Writer
3549

Kerusuhan bernuansa SARA yang terjadi di Mesir dan menewaskan 12 orang itu membuat pemerintahan sementara di bawah pimpinan Perdana Menteri Essam Sharaf mengadakan rapat kabinet mendadak pada hari Minggu kemarin (8/5). Sejumlah 190 orang lebih kemudian ditangkap dan akan diadili di pengadilan militer. Pemerintah juga menegaskan akan melindungi semua rumah peribadatan.

“Kami akan menghajar mereka dengan tangan besi dan peraturan tak pandang bulu kepada mereka yang mencoba merusak keamanan nasional. Dan, semua rumah peribadatan akan kami lindungi, tak terkecuali,” kata Abdel al-Gindi, Menteri Kehakiman Mesir, usai rapat kabinet mendadak. Ia mengatakan, rapat kabinet mendadak ini diperlukan untuk meredam ketegangan negara, usai tergulingnya Presiden Hosni Mubarak. Ia membatalkan perjalanannya ke sejumlah negara Teluk penghasil minyak untuk meminta bantuan yang disebutnya ‘sangat mendesak’.

Pendeta Hermania, salah satu pimpinan gereja Koptik menyebutkan sedikitnya ada 5 orang Kristen yang terbunuh dalam peristiwa kekerasan dua hari itu. Buntut kerusuhan ini, pemuka Islam dan Kristen Koptik menyerukan warga untuk tenang dan menghindari fitnah yang kemungkinan disebarkan kelompok tertentu. Pemimpin kedua umat menilai, ada isu yang sengaja diembuskan pihak tertentu untuk menciptakan kerusuhan di Mesir.

“Semua pihak hendaknya tenang demi persatuan bangsa dan negara, jangan terhasut oleh fitnah yang keji yang dapat merusak kita semua,” kata Syeikh Agung Al Azhar, Prof Dr. Ahmed Al Tayeb yang diamini Pemimpin Tertinggi Gereja Koptik Baba Shenouda III seperti ditayangkan Nile TV. “Mari kita semua menyadari untuk tidak berbuat anarkis yang pada akhirnya merugikan kita semua,” kata Baba Shenouda.

Gereja Saint Mina yang didatangi ratusan massa Salafiah dan melemparkan bom molotov ke gereja. Akibatnya, gereja itu hangus. Di dalam gereja, darah masih menggenang. Di dekat altar, para majelis meletakkan jenazah korban tewas, menutupnya dengan kain putih, dan menaruh alkitab di dada mereka. Tentara yang datang terlambat gagal membujuk para umat Kristen pergi dari depan gereja. Mereka berkeras mengamankan gereja dengan menamengkan diri mereka sendiri.

Kerusuhan menjalar ke kota terdekat. Toko-toko dan perusahaan milik jemaat Kristen Koptik menjadi sasaran perusakan. Sebaliknya, umat Muslim mengatakan pihak Kristenlah yang pertama kali memulai serangan. Berita simpang siur, tapi yang menjadi korban adalah umat minoritas. Pemerintah setempat harus benar-benar serius menegakkan peraturan, agar tak ada lagi yang harus menderita.

Sumber : sinarharapan/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami