Kartu Kredit, Kini Jadi Momok Nasional

Nasional / 6 April 2011

Kalangan Sendiri

Kartu Kredit, Kini Jadi Momok Nasional

Puji Astuti Official Writer
4002

Kematian Sekjen Partai Pemersatu Bangsa (PBB), Irzen Okta akibat di interogasi oleh debt collector yang merupakan penagih utang outsourcing dari Citibank membuat masalah kartu kredit menjadi perhatian nasional. Ulah penagih hutang yang seringkali bertindak kelewatan bukanlah rahasia lagi, namun kali ini sepertinya berbeda karena korban hingga meninggal dan bukan orang sembarangan.

Namun masalah hutang kartu kredit ini sebenarnya tidak hanya bersumber dari penerbit kartu kredit atau pihak bank, namun para nasabah juga ambil andil saat menggunakan kartu kredit dengan tidak bertanggung jawab.

Harus disadari benar bahwa kartu kredit bukanlah alat untuk berhutang atau tambahan uang, karena fungsi utama kartu kredit adalah mempermudah transaksi. Jadi setiap kali menggunakannya, nasabah harus menyadari bahwa ada tanggung jawab untuk melunasinya, jika tidak segera melakukan pembayaran atau pelunasan tagihan, harus diingat bahwa ada bunga yang akan terus bertambah sehingga hutang akan membengkak.

Mengenai insiden meninggalnya nasabah kartu kredit Citibank, Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah pada Senin (4/4/2011)  lalu menyatakan bahwa pihaknya akan meninjau kembali pelaksanaan aturan penggunaan jasa pihak ketiga, dan mengharapkan perbankan yang ada saat ini untuk meningkatkan perlindungan nasabah juga selain mengejar target pencapaian.

"Yang kami harapkan dari perbankan itu seimbang. Marketing iya, perlindungan nasabah iya. Sekarang masih belum seimbang" demikian ungkap Difi seperti dikutip Vivanews.com.

Di lain pihak, anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang pada Selasa (5/4/2011) lalu memanggil pihak Citibank menyatakan protes dan kekecewaannya dengan cara mengembalikan kartu kredit Citibank yang mereka miliki. Beberapa anggota DPR yang menyatakan siap untuk mengembalikan kartu kreditnya adalah Arif Budimanta dari PDI Perjuangan, politisi partai Golkar Meutya Hafid, Sadar Subagya dari Gerindra, dan Laurent Bahandama dari Partai Amanat Nasional.

Sumber : Berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami