Dukacita Siswa Jepang : Selamat Tinggal, Teman

Nasional / 22 March 2011

Kalangan Sendiri

Dukacita Siswa Jepang : Selamat Tinggal, Teman

Lois Official Writer
4436

Biasanya di waktu-waktu ini, murid-murid Jepang sedang merayakan kenaikan kelas dan menjalani kehidupan masa muda mereka. Namun di Sekolah Menengah Pertama Rikuzentakata No.1, semua siswa berdukacita karena kehilangan teman-teman mereka, setidaknya tiga di antara mereka yang diketahui telah meninggal dunia. Mereka berkumpul di sebuah mobil yang membawa tubuh teman mereka bernama Hiroki Sugawara.

Ini bukanlah pemakaman yang direncanakan, namun inilah yang bisa dilakukan orangtua siswa tersebut, mereka ingin teman-temannya melihat Sugawara untuk terakhir kali. Wajahnya penuh luka akibat hantaman tsunami. Ayahnya berkata ingin kesempatan kepada teman-temannya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada anaknya yang suka bermain bola.

Meskipun berdukacita, sang ayah malah  mampu memberikan semangat kepada teman-teman anaknya tersebut. “Jangan pernah menyerah,” ucapnya di depan dua puluhan anak-anak lainnya. “Tetaplah hidup untuk anak saya,” katanya lagi. Pada hari kejadian, Hiroki tidak masuk sekolah dan berada di rumah kakek-neneknya, duduk di lantai bawah. Dia tidak sempat menyelamatkan diri, sementara teman-temannya yang lain bisa duduk di tingkat teratas gedung sekolah. “Hiroki tidak seharusnya meninggal,” kata sahabat terbaiknya, Takuma Kinno. “Dia seharusnya bisa hidup lebih lama,” katanya lagi.

Kehancuran di Rikuzentakata begitu mengejutkan dan di luar perkiraan. Dimanapun Anda memandang, rumah-rumah seperti hanya reruntuhan kayu. Mainan anak-anak tersebar. Bagi anak-anak yang mampu bertahan hidup, sangat luar biasa, menurut salah satu organisasi bantuan. “Kami sudah berbicara dengan anak-anak yang mengalami trauma dan tidak bisa tidur. Mereka takut kepada laut karena mereka percaya bahwa tsunami akan datang lagi. Mereka takut berada di dalam gedung karena kekuatan gempa yang begitu keras mengguncang. Jadi mereka sulit sekali menerima apa yang telah menimpa mereka,” kata Andrew Wander, anggota Save the Children.

Keluarga Sugawara hanya 10 menit berada di sekolah. Beberapa teman kelas wanita, memeluk ibu Sugawara yang menangis tersedu-sedu. Tim bermain bola Sugawara hanya menangis berdiri, tidak bisa mendekati mobil, tempat mayat Sugawara berada. Adik Sugawara hanya menundukkan kepalanya. Kemudian orangtua Sugawara menunduk hormat buat teman-teman anak mereka, sebagai bentuk umum bagi pemakaman Jepang. Ayahnya menutupi wajah anaknya dan duduk di belakang mobil, sebelah anaknya.

Kehidupan di Jepang saat ini memang belum berjalan normal. Tangis pecah dimana-mana, orang-orang kehilangan. Mereka larut dalam duka, namun bagaimanapun mereka harus terus melangkah. Harus terus melangkah. Kita mungkin tidak mengerti bagaimana beratnya penderitaan yang harus mereka hadapi, kita hanya bisa melakukan bagian yang kita bisa. Kita doakan mereka, kita berikan sumbangsih kita. Tuhan, berikan kekuatan buat rakyat Jepang. Tuhan, berikan mereka keberanian dan kelegaan karena Tuhan begitu peduli pada mereka.

Sumber : cnn/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami