Gereja Membantu Pengungsi Seiring Semakin Memburuknya Situasi Pantai Gading

Nasional / 6 March 2011

Kalangan Sendiri

Gereja Membantu Pengungsi Seiring Semakin Memburuknya Situasi Pantai Gading

Lestari99 Official Writer
3501

Pekerja bantuan Kristen menyediakan bantuan kesehatan kepada ribuan orang yang melarikan diri dari kerusuhan di Pantai Gading.

Negara ini telah dilanda kerusuhan selama berbulan-bulan karena Presiden Laurent Gbagbo menolak untuk menyerahkan kekuasaan kepada rivalnya Alassane Ouattara, pemenang yang diakui secara internasional dalam pemilihan presiden bulan November lalu.

Ketidakstabilan telah beralih ke konflik kekerasan dalam beberapa pekan terakhir karena kekuatan kedua kelompok yang bersaing bentrok di ibukota komersial pantai Gading, Abidjan.

Kekerasan tersebut telah memicu lebih dari 70.000 orang untuk mengungsi, sekitar separuh dari mereka telah menyeberangi perbatasan ke Liberia.

Sebagian besar pengungsi di Liberia terkonsentrasi di desa perbatasan Butuo, dimana anggota aliansi ACT Finn Church Aid menyediakan klinik dengan obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya sejak Desember lalu.

Banyak dari mereka yang mendatangi klinik menderita malaria, diare, penyakit pernafasan dan radang paru-paru.

Paivi Muma, koordinator FCA Afrika Barat yang baru kembali dari Butuo melaporkan bahwa beberapa dari mereka yang mencari perawatan medis menderita luka-luka akibat usaha mereka mencoba merangkak ke tempat yang aman.

FCA mengatakan desa perbatasan tidak memiliki fasilitas air bersih, hanya dua dari empat sumur yang masih dapat bekerja meskipun dengan kondisi air yang tidak terlalu bersih.

Hal ini membuat para relawan mulai bekerja untuk memperbaiki sumur dan jembatan di wilayah perbatasan dan melancarkan transportasi orang untuk datang ke rumah sakit.

“Kami juga membutuhkan pengaturan ambulans yang mendesak, karena tidak ada dokter di klinik, hanya perawat,” ujar Muma.

Muma juga melaporkan tidak ada bantuan makanan yang tiba di Butuo maupun di salah satu dari banyak desa perbatasan lainnya dimana pengungsi ditampung di rumah.

Dengan hanya beberapa ratus pengungsi yang dibawa ke kamp pengungsi yang dibangun di kota terdekat dari Bahn, penyebaran pengungsi di sepanjang perbatasan telah membuat mereka sulit untuk dijangkau.

Muma mengatakan banyak anak-anak yang ia temui mengalami trauma.

“Menjadi saksi mata dari banyak penembakan dan mengharuskan mereka untuk meninggalkan daerah asal telah membuat anak-anak sangat marah. Banyak anak-anak yang masih dalam kondisi kepanikan total,” ujarnya.

Komisi tinggi PBB yang menangani pengungsi mengatakan bahwa jumlah pengungsi di Abidjan telah melebihi 200.000, sebagian besar dari mereka bergerak dari pinggiran utara Abobo, dimana pertempuran terjadi secara intens minggu lalu, untuk tinggal di tempat teman maupun kerabat di bagian lain kota.

PBB mengatakan bahwa “sejumlah besar” pengungsi terpaksa tinggal sementara di gereja-gereja dan bangunan umum lainnya di sekitar kota.

Juru bicara UNHCR Melissa Fleming mengatakan banyak dari para pengungsi di tempat penampungan sementara sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Komite PBB yang menangani penghapusan diskriminasi rasial mendesak pemerintah Pantai Gading untuk mengakhiri kekerasan antar etnis dan menyerukan penyelidikan langsung ke beberapa kejahatan yang dilaporkan.

Fleming menyatakan keprihatinannya akan kondisi sekelompok keluarga yang terperangkap di dalam sebuah gereja di Abobo.

Beliau berkata, “Kami masih sangat memprihatinkan kondisi 60 keluarga yang terperangkap di dalam gereja tanpa makanan, air maupun sanitasi yang baik, dan kami telah mengirim orang yang akan memperjuangkan agar orang-orang ini dapat keluar dari sana.”

Komite penghapusan diskriminasi rasial menyuarakan keprihatinannya atas laporan adanya pelanggaran hak asasi manusia dan situasi kemanusiaan yang serius di Cote d’Ivoire, termasuk ketegangan etnis, hasutan untuk melakukan kekerasan etnis, xenophobia, diskriminasi agama dan etnis.

Sumber : christiantoday
Halaman :
1

Ikuti Kami