Libya, Mesir Kedua yang Bersikap Keji Kepada Demonstran

Nasional / 23 February 2011

Kalangan Sendiri

Libya, Mesir Kedua yang Bersikap Keji Kepada Demonstran

Lois Official Writer
2823

Dunia internasional dikejutkan dengan kekejaman yang dilakukan oleh rezim Khadafy. Para analis dan aktivis meramalkan, kejatuhan Muammar Khadafy nampaknya hanya soal waktu. Pemboman demonstran sipil di Libya oleh militer Khadafy menyebabkan sedikitnya 173 orang tewas. Mereka disebut sebagai ‘tumbal revolusi’ demi menurunkan Presiden Libya sejak Selasa (15/2) lalu.

“Ada 173 orang yang tewas,” kata juru bicara Human Rights Watch (HRW), Tom Porteous, kemarin (22/2). Angka tersebut berdasarkan laporan sumber-sumber rumah sakit di Libya timur, Benghazi, dan tiga tempat lain. “Menurut sumber-sumber medis di Libya, luka-luka korban menunjukkan penggunaan senjata berat terhadap demonstran,” kata Porteous.

Bahkan utusan tetap Libya untuk Liga Arab, Abdel Moneim al-Honi, melepaskan jabatannya untuk ‘ikut dalam revolusi’ yang sedang terjadi di negaranya. “Saya mengajukan pengunduran diri saya sebagai protes atas aksi penindasan dan kekerasan terhadap demonstran dan saya bergabung dalam revolusi,” kata Honi. Untuk itu juga, sejumlah diplomat Libya di PBB pun mendukung gerakan revolusioner rakyat untuk menjungkalkan Presiden Khadafy.

Wakil Duta Besar Libya untuk PBB Ibrahim Dabbashi mengatakan kepada CNN (21/2), Khadafy telah ‘mendeklarasikan perang’ dengan rakyat Libya. “Khadafy harus turun sesegera mungkin,” kata Dabbashi. “Ia harus berhenti membunuh orang Libya.” Libya semakin panas setelah massa demonstran merampas stasiun televisi dan radio pemerintah serta membakar beberapa gedung di Tripoli. Tripoli, ibu kota negara, mencekam dilanda aksi protes massal.

Di lain sisi, Saif al-Islam, putra Muammar Khadafy, memperingatkan bahwa Libya bisa terlibat perang saudara jika ayahnya tumbang. Ia menuduh kubu oposisi mengobarkan kekerasan. Jika aksi protes massal berujung pada kejatuhan ayahnya, Libya bakal berubah menjadi ‘banjir darah’.

Libya semakin memanas dengan adanya pemblokiran teknologi informasi. Namun sejumlah aktivis maya membagikan tips untuk tetap dapat mengakses internet termasuk Facebook dan Twitter. “Kekuasaan Khadafy sudah terlalu lama dan dukungan Barat atas demonstrasi massa di Libya membuka peluang bagi kejatuhannya,” kata seorang diplomat Arab di Kairo. Bertekad untuk mendapatkan pemerintahan yang baik, rakyat Libya ada yang menjadi korban. Namun, sampai kapan rakyat harus dikorbankan?

Sumber : inilah/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami