Mengontrol Kemarahan Dalam Diri Anak Remaja Anda

Parenting / 16 February 2011

Kalangan Sendiri

Mengontrol Kemarahan Dalam Diri Anak Remaja Anda

Lestari99 Official Writer
4166

Dalam hal apapun, kemarahan remaja harus ditangani dengan baik atau kemarahan itu akan bertumbuh. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Bisa dengan cara panas, fisik, dan dendam atau bisa juga ditangani dengan cara dingin, mengisolasi dan menghitung. Apapun bentuk penanganan kemarahan yang diambil, menghadapinya harus dimulai dengan pemahaman akan apa kemarahan itu dan apa yang menyebabkannya.

Bagi para remaja, kemarahan biasanya merupakan respon emosional karena tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, atau kehilangan sesuatu yang mereka sayangi. Saya tidak bicara mengenai kemarahan kaena tidak mendapatkan hal-hal materi. Yang saya bicarakan adalah kemarahan yang lebih dalam karena tidak terpenuhinya kebutuhan dan keinginan, yang bisanya terjadi ketika sesuatu yang berharga itu hilang. Misalnya saja anak gadis yang menjadi marah karena dimanfaatkan secara fisik, sehinga ia kehilangan harga diri dan kepercayaan diri dalam proses kemarahannya. Contoh lainnya adalah situasi umum dimana seorang anak marah kepada salah satu maupun kedua orangtua biologisnya karena perceraian maupun perpecahan di keluarga.

Remaja sangat peka dengan ketidakadilan – baik yang nyata maupun sekedar perasaan. Beberapa bisa menjadi kemarahan hanya karena mereka mulai menghadapi kenyataan bahwa hidup tidak selalu dapat memberikan semua yang mereka inginkan.

Kemarahan adalah gejala yang diungkapkan melalui perilaku, bukan masalah itu sendiri. Remaja Anda mungkin tidak tahu mengapa mereka marah, namun mencari tahu apa yang hilang dalam hidup mereka merupakan kunci untuk berurusan dengan kemarahan itu. Saat Anda meluangkan waktu untuk mengupas masalah dan sampai ke intinya, Anda dapat menemukan masalah yang sebenarnya yang menyebabkan kemarahan ini muncul ke permukaan. Terkadang hal ini bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan orangtua dengan efektif karena orangtua entah bagaimana seringkali terlibat dengan inti masalahnya, jadi konselor terlatih mungkin dibutuhkan. Dan ngomong-ngomong, tidak akan pernah membantu bagi orangtua untuk marah pada diri mereka sendiri, dan hal itu sangat kontra-produktif untuk membantu remaja mengatasi kemarahan mereka.

Konselor bagi para orangtua yang bijaksana akan menghabiskan waktu untuk berbicara dan mengulik untuk mencari tahu apa yang membuat remaja marah. Menanyakan pertanyaan seperti, “Apa yang kamu pikirkan saat kamu sedang marah?” adalah jauh lebih baik daripada bertanya “Kenapa kamu selalu marah setiap saat?” Pertanyaan ini mengubah interaksi dari menyalahkan kepada membangkitkan minat. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang menghasilkan solusi, yang membuat anak merasa diterima dan memastikan mereka tidak takut untuk mengekspresikan emosi mereka yang sebenarnya dengan cara yang dapat diterima.

Tidak salah untuk marah. Bahkan Alkitab berkata, “jadilah marah...”, tapi Alkitab juga mengatakan, “... tapi jangan berbuat dosa.” (Efesus 4:26). Jadi, sangat penting untuk mengelola sisi perilaku kemarahan seorang remaja ketika berhadapan dengan sisi emosional. Remaja bisa menjadi sangat meledak-ledak, bahkan terkadang melakukan kekerasan; tapi mengungkapkan kemarahan melalui tindakan fisik dan sikap yang tidak sopan tidak diizinkan. Orangtua harus menarik dan mempertahankan garis tegas perilaku mana yang boleh dan perilaku mana yang tidak dapat ditoleransi. Orangtua mungkin dapat berkata, “Jika kamu marah, saya bisa menerimanya. Tapi jika kamu menjadi tidak sopan, kita akan mengakhiri perbincangan ini sampai kamu tenang. Jika kamu main fisik, saya akan meminta kamu untuk ditangkap.” Perasaan mereka yang menderita akan tampak dengan nyata, tapi tidak berarti mereka memiliki izin untuk menyerang.

Kemarahan Dalam Kehidupan Nyata

Kami pernah didatangi seorang wanita muda di Heartlight yang bermasalah dengan kemarahan yang tidak terkontrol. Saat ia berusia enam tahun, ayahnya yang bekerja sebagai seorang polisi, harus lembur. Karena terlambat untuk menghadiri pesta ulang tahunnya, ia pulang dengan terburu-buru dan mengalami kecelakaan mobil yang fatal. Ibunya kemudian menikah kembali dan kehidupan terus berlanjut, namun beberapa tahun kemudian ketika Sarah menjadi seorang remaja ia mulai membenci ayah tirinya dan menjadi seorang gadis muda yang sangat pemarah.

Dia menyatakan kemarahannya kepada ayah tirinya melalui kata-kata yang penuh dengan permusuhan dan memberontak terhadap otoritas ayah tirinya. Bukan karena ayah tirinya adalah seorang ayah yang jahat, tapi ketidak-hadiran ayah kandung dari hidupnya membuat Sarah marah kepada pria yang berada di posisi ayahnya. Saat ia mulai benar-benar memahami kematian sebagai seorang remaja, ia tidak tahu bagaimana menangani kematian ayahnya dengan cara yang tepat – ia juga menyalahkan dirinya sendiri karena ayahnya pulang ke rumah dengan terburu-buru untuk menghadiri pesta ulang tahunnya ketika kecelakaan itu terjadi. Rasa kehilangan akan ayahnya akan selalu ada, tapi Sarah harus belajar bagaimana menghadapi emosi yang dirasakannya karena kejadian tersebut dengan cara yang tepat.

Kami juga harus menghadapi banyak anak muda lainnya di Heartlight selama bertahun-tahun yang mengekspresikan kemarahan mereka dengan melarikan diri. Sangat penting untuk membedakan apakah mereka melarikan diri dari sesuatu atau melarikan diri pada sesuatu. Remaja yang melarikan diri dari rumah biasanya melakukannya karena frustrasi. Memang berat, tapi orangtua yang anaknya lari dari rumah harus melihat ke belakang dan melihat bagaimana mereka merespon saat remaja mereka mengumbar kemarahan. Fokusnya tidak hanya mengurangi ekspresi kemarahan – gejala yang ada – atau masalah yang sebenarnya tidak akan pernah selesai. Amarah yang tersisa masih aktif dan tekanan pun meningkat. Pada kenyataanya, mereka mungkin merasa akan meledak secara fisik serta emosional. Satu-satunya cara yang mereka tahu untuk menangani kemarahan dan melepaskan tekanan adalah dengan pergi ke tempat lain untuk menenangkan emosi.

Membiarkan Emosi Mereda

Sangatlah tidak produktif untuk meminta kemarahan berhenti begitu saja. Jika Anda melakukannya, kemarahan itu akan memanifestasikan diri dalam bentuk lain. Selama masalah yang mendasarinya tidak terselesaikan, emosi itu harus dihadapi dengan cara tertentu. Ketika ayah saya mengatakan, “Singkirkan sikap itu keluar dari kepalamu sekarang,” sangatlah mustahil bagi saya untuk melakukannya. Saya belajar untuk tersenyum dan berkata “OK”, tapi kemarahan itu tetap di sana... dan emosi itu selalu keluar di area lain dari kehidupan saya.

Bantulah remaja Anda untuk memahami perilaku seperti apa yang dapat diterima saat ia mengekspresikan kemarahannya. Dan bantu mereka menemukan cara yang tepat untuk menghadapi emosi mereka, memberikan mereka cara untuk meredakan emosi. Kami pernah menghadapi seorang pria muda di Heartlight yang memiliki masalah kemarahan yang serius. Saya memberikan tongkat golf tua kepadanya dan memintanya untuk pergi keluar serta memukuli pohon saat ia merasa tidak dapat mengontrol kemarahannya lagi. Hal itu memberinya cara untuk mengusir kemarahannya tanpa menyakiti dirinya sendiri maupun orang lain saat kami berusaha memahami dan memproses hal-hal yang benar-benar mengerikan yang telah menimpanya.

Jangan Abaikan Tanda Peringatan Kemarahan

Orangtua yang bijaksana melihat kemarahan sebagai suatu tanda peringatan. Jika Anda melihat kemarahan di tempat yang tidak Anda harapkan, hal ini mengindikasikan telah terjadi sesuatu yang tidak Anda ketahui dan perlu untuk ditangani. Galilah sampai Anda menemukannya. Jangan biarkan, karena hal ini akan terus menimbulkan masalah perilaku sampai masalah yang mendasari kemarahan ini teratasi.

Ingatlah, perilaku dapat dikelola dengan konsekuensi, namun perasaan jauh lebih dalam dari itu. Saat Anda memberitahu seorang anak untuk tidak memiliki perasaan tertentu, seperti mengatakan, “Berhentilah untuk bertingkah sangat marah setiap saat”, mereka tidak dapat melihat bagaimana hal itu menjadi mungkin. Namun ketika Anda membantu mereka untuk menghadapi masalah sebenarnya yang menyebabkan kemarahan, hal itu akan menanamkan harapan bagi mereka. Mendapati akar masalah dan menemukan strategi untuk berusaha melalui hal itu akan memberikan jalan kepada mereka untuk diikuti, dan sebuah cara untuk melanjutkan hidup... menjadikan kemarahan sebagai masa lalu.

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami