Mariana Si Penebar Cinta Palsu

Family / 2 February 2011

Kalangan Sendiri

Mariana Si Penebar Cinta Palsu

Puji Astuti Official Writer
8450

Tidak pernah terbersit dalam hati Mariana, hidupnya akan hancur dalam sekejab mata. Pagi itu Mariana dan temannya telah siap untuk berangkat ke sekolah, namun tiba-tiba seorang teman pria yang sudah dianggapnya seperti seorang kakak, datang dan menyeretnya ke kamar lalu merenggut keperawanannya.

“Tangan saya dipegang, lalu dia bilang ‘Jangan kamu teriak, awas kamu!’ Saya mau memberontakpun tidak bisa,” tutur Mariana dengan sedih.

Setelah melakukan tindakan bejat itu, pria itu langsung meninggalkan Mariana begitu saja. Mariana terus menangis meratapi nasibnya, ia merasa dirinya sangat kotor.

Nasi sudah menjadi bubur, temannya yang melihat kondisi Mariana yang menyedihkan itu hanya bisa menghiburnya dan menasihatinya untuk menjauh dari pria tersebut. Namun Mariana dengan mudahnya luluh ketika pria itu berjanji akan bertanggung jawab dan akan menikahinya. Sejak itu, berulang kali Mariana melakukan hubungan seks dengan pria tersebut. Nasihat teman-temannya untuk menjauhi pria tersebut tidak digubrisnya.

“Saya mulai timbul rasa sayang sama dia. Sempat terpikir kalau saya akan membangun keluarga, akan membangun rumah tangga dengan dia. Dia itu akan menjadi suami saya, itu yang saya pikirkan.”

Namun semua impian itu tiba-tiba hancur ketika seorang teman membawa berita buruk kepadanya, “Mar, kamu udah dengar, cowok kamu itu menghamili perempuan lain..”

“Ngga, semua itu ngga benar..” Mariana terus saja menyangkal fakta yang ada didepannya.

Hati Mariana hancur, selama tiga hari ia tidak pergi sekolah dan hanya merenungi nasibnya di biliknya yang kecil. Masih terbayang dipikirannya bagaimana pria itu berjanji akan menikahinya.

“Karena sudah putus harapan saya, maka saya meracik racun sendiri. Saya racik dari jeruk, dari mecin, dari kopi dan dari isi baterai. Saya masukkan semua itu, saya aduk, dan saya akan minum. Tapi waktu saya akan minum, saya langsung berpikir : kalau saya minum, saya meninggal nanti, saya mau kemana? Kalau saya masuk neraka nanti, saya akan lebih menderita daripada apa yang saya alami di dunia. Maka saya buang lagi,” ungkap Mariana yang merasa lega karena tidak melakukan tindakan bodoh itu.

Sakit hati atas perlakuan pria yang hanya ingin tubuhnya, membuat Mariana memandang rendah dirinya sendiri. Sejak itu, Mariana mulai bergonta-ganti pacar untuk melampiaskan dendamnya.

“Saya pikir laki-laki pacaran hanya untuk mengejar seks, ngga ada yang beda, semuanya sama. Saya kemudian terus bergonta-ganti cowok namun tidak berhubungan seks dengan mereka. Sekitar ada lima cowok yang pacaran sama saya, saya putusin mereka. Saya hanya ingin mempermainkan perasaan mereka. Saya lihat sendiri waktu saya putusin yang satu, yang lain datang untuk memperebutkan saya. Saya sangat puas sekali waktu melihat saya bertengkar, saya sangat puas sekali, saya sangat senang sekali. Di depan saya pria itu sudah tidak ada harganya.”

Hingga tiba waktu Mariana berangkat ke Jakarta untuk mencoba peruntungannya. Namun disana ia harus menghadapi kenyataan pahit, ia mendapat perlakuan yang kasar dari kakak tirinya dimana ia menumpang. Hubungannya dengan sang kakak tiri semakin meruncing saat seorang famili kabur dari rumah itu. Pada akhirnya, kakak tirinya tega mengusirnya, padahal ia tidak ada sanak saudara lain, ataupun kenalan di Jakarta.

“Di taman itu saya nangis sendiri, saya ngobrol sendiri. Saya mengalami tekanan yang sangat kuat sekali. Saya jadi seperti orang yang ngga waras.”

Keputusaasaan merundung Mariana, hingga ia nekat akan bunuh diri, “Saya berpikir lebih baik saya bunuh diri saja, kalau saya sudah mati maka selesai sudah semuanya. Saya iris tangan saya sedikit dan terasa sakit, maka saya simpan lagi pisaunya.”

Akhirnya Mariana memutuskan untuk keluar dari rumah kakak tirinya. Malam itu, Mariana menuju rumah tetangganya dan memohon untuk diperbolehkan menumpang. Beruntung tetangganya tersebut dengan senang hati menerima Mariana, bahkan menawarkan kepadanya untuk tinggal dengan kerabatnya yang ada di Bandung. Disanalah Mariana mengalami titik balik kehidupannya, ketika itu ia ditawarkan untuk mengikuti sekolah pemulihan.

“Ada salah satu pengajar yang berkata, ‘Disaat kamu tidak mau mengampuni orang lain, maka Tuhan tidak mau mengampuni kamu. Sebesar apa kasih yang bisa kamu berikan pada orang lain, maka sebesar itulah kasih yang akan Tuhan berikan buat kamu.’ Pelajaran itu membuat saya hanya bisa menunduk, dan merasa Tuhan menjamah saya.”

Dengan kerendahan hati Mariana membuat pengakuan di hadapan Tuhan. Saat itulah Tuhan memperlihatkan kepada Mariana bagaimana Yesus Kristus menderita ketika disalibkan.

“Saat itu saya langsung minta maaf atas kesalahan saya dan dosa-dosa saya di hadapan Tuhan. Saya berkata, saya tidak ada apa-apanya dihadapan-Mu Tuhan. Saya hidup dalam kubangan dosa selama ini. Saya hidup dalam kepahitan, saya hidup dalam kebencian, saya hidup penuh dengan balas dendam. Saya minta ampun sama Tuhan. Saya bertanya, ‘Sebesar apa Tuhan mengampuni saya?’ Saat itu Tuhan berbicara buat saya, ‘Mari, seberapa besar kamu dapat mengasihi mereka, itu yang bisa Saya lakukan untuk kamu’”.

Setelah mengalami jamahan Tuhan itu, Mariana mulai terbuka dengan kakak-kakak pembinanya. Mereka membimbingnya dan mendoakannya hingga ia mengalami pemulihan dari luka-luka batin di masa lalunya.

Tidak hanya berhenti disana, Mariana pun memutuskan untuk memulihkan hubungannya dengan orangtuanya. Ia juga bertemu dengan pria-pria yang telah ia permainkan dan meminta maaf kepada mereka. Ia bahkan melepaskan pengampunan atas pria yang telah merenggut kegadisannya. Kini ia memutuskan untuk melayani anak-anak yang ditinggal oleh orangtuanya.

“Apa yang saya alami dulu itu hanyalah bagian dari proses hidup saya. Saya tidak akan ingat kepahitan yang dulu lagi. Saya mau lihat ke depan, saya mau lihat Tuhan Yesus. Dia berjanji tidak akan pernah meninggalkan saya,” demikian Mariana menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 2 Februari 2011 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:

Mariana Tompou
Sumber : V100323163727
Halaman :
1

Ikuti Kami