Pergolakan yang Semakin Memanas di Mesir II

Nasional / 31 January 2011

Kalangan Sendiri

Pergolakan yang Semakin Memanas di Mesir II

Lois Official Writer
2524

Pada hari kelima yaitu hari Sabtu yang lalu (29/1), warga Mesir melakukan aksi unjuk rasa besar. Ribuan orang tumpah di Lapangan Tahrir Square, yang terletak di pusat kota Kairo. Kehadiran beberapa tank militer di lapangan ternyata bukan untuk menghalau para demonstran tersebut. Para demonstran justru boleh beramai-ramai menaiki tank-tank tadi. Bahkan terlihat pengunjuk rasa bersahabat dengan tentara yang menawarkan jeruk, rokok, ataupun botol minuman. “Kami, bersama rakyat”, begitu ungkap salah satu tentara bernama Ahmed seperti yang dikutip dari Washington Post. Mereka semakin yakin bahwa ini adalah saat kemenangan rakyat Mesir. “Ini adalah saatnya kebebasan,” kata Abdel Nasser-Awad, seorang pengusaha Mesir yang berusia 40 tahun. “Kini Mubarak akan pergi. Namun, pertanyaannya adalah kapan?” katanya.

Setelah enam hari berjalan, unjuk rasa rakyat Mesir ini telah memakan lebih dari 100 korban jiwa. Pemerintah Mesir sendiri berupaya untuk membungkam kaum oposisi dengan memblokir jejaring sosial Facebook, Twitter, bahkan akses internet dan SMS. Hari ini merupakan hari ketujuh aksi demonstrasi berlangsung di Mesir.

Kian hari kondisi kian memanas. Kekacauan menyebar ke berbagai kota, pembakaran gedung dan penjarahan di mana-mana. Bahkan kerusuhan di beberapa penjara memicu ribuan tahanan kabur entah kemana. Amerika sudah memerintahkan warganya di Mesir untuk meninggalkan negara itu secepatnya. Jumat lalu AS telah mengeluarkan travel warning. Langkah yang sama juga ditempuh oleh pemerintah Inggris dan India, kendati pemerintah Indonesia belum melakukan hal serupa.

Masyarakat Mesir boleh memiliki harapan yang tinggi untuk segera melengserkan Mubarak. Namun mengingat kepiawaiannya dalam memimpin selama puluhan tahun, bisa dipastikan ia tak akan menyerahkan tampuk kekuasaannya dengan begitu mudahnya. Apalagi hingga kini, negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Israel masih tidak secara tegas menyatakan posisi mereka untuk mendukung aspirasi masyarakat Mesir yang hendak menumbangkan rezim diktator ini.

Kabarnya, Kedubes AS untuk Mesir menasihati Menlu Hilary Clinton agar sama sekali tidak menyebut-nyebut bagaimana Mubarak memenjarakan dan menyiksa Ayman Nour, bekas kandidat presiden penantangnya di pemilu sebelumnya. Kendati ribuan pengunjuk rasa di Chicago telah meminta agar Presiden Obama bersikap tegas untuk meminta Mubarak mundur, namun Obama hanya minta agar Mubarak tidak mengambil langkah-langkah kekerasan terhadap masyarakat tak bersenjata.

“Anda semua telah mengambil kembali hak Anda dan apa yang telah kita awali ini tidak bisa mundur lagi… Kita hanya punya satu permintaan, berakhirnya rezim lama dan awal dari sebuah fase, yakni Mesir yang baru,” kata Mohamad ElBaradai, seorang penerima penghargaan Nobel di antara lebih dari 20 ribu demonstran. ElBaradai sendiri telah diberi mandat oleh lima kelompok besar oposisi untuk bernegosiasi seputar pembentukan ‘pemerintahan penyelamatan nasional’.

Itulah yang terjadi jika pemerintah tidak lagi menjadi perpanjangan tangan Tuhan dan tidak memerintah demi kepentingan rakyat. Pemerintahan itu jadi tidak seimbang dan merusak tatanan yang benar, rakyat menjadi marah.

Sumber : vivanews/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami