Gereja Model Baru Sedang Berkembang Di Cina

Internasional / 12 January 2011

Kalangan Sendiri

Gereja Model Baru Sedang Berkembang Di Cina

Lestari99 Official Writer
5015

Kekristen di Cina dimulai beberapa dekade lalu di daerah pedesaan, tetapi hari ini sebuah pergeseran yang dramatis sedang terjadi. Para profesional muda di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai telah mengganti wajah kekristenan Cina dimana orang percaya bergerak dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan.

Beberapa waktu lalu sekelompok pria dan wanita yang berusia 20-an bertemu di sebuah apartemen tak jauh dari pusat kota untuk membahas bagaimana mengembangkan diri di negara mereka yang sedang berubah dengan cepat.

Mereka yang hadir adalah anggota kelas keistimewaan Cina – berpendidikan tinggi, kosmopolitan, kaum menengah bahkan kelas atas dari profesional perkotaan. Dan mereka semua orang Kristen.

“Perekonomian kami tidak pernah begitu baik di Cina seperti saat ini,” ujar Jia Li Tian, salah seorang anggota grup, kepada CBN News. “Namun ada banyak hal lain dalam hidup selain uang dan materialisme.”

Jia bekerja di salah satu operator tur terbesar di Beijing. Seperti halnya profesional muda perkotaan di bagian bumi lainnya, Jia dan rekan-rekannya tinggal di gedung apartemen bertingkat tinggi. Mereka memiliki mobil – kadang-kadang sampai dua. Mereka menggunakan tekhnologi canggih dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bepergian. Mereka memiliki cukup banyak uang untuk dibelanjakan. Namun tekanan untuk sukses dan terus berkembang menjadi tuntutan mereka.

“Kompetisi untuk mendapatkan pekerjaan di kota-kota besar sangatlah ketat,” ujar Zhou Jie, seorang penerjemah Spanyol yang bekerja di Beijing.

“Status adalah segalanya,” ujar Liu Yi Zhuo yang berusia 23 tahun, seorang konsultan bisnis di salah satu perusahaan minyak terbesar di Cina. “Berapa besar gaji Anda. Seberapa besar apartemen Anda. Mobil apa yang Anda kendarai. Inilah yang menjadi fokus dari kaum profesional muda di daerah perkotaan.”

“Pemerintah memungkinkan kami untuk mendapatkan uang dan memiliki kehidupan yang baik,” tambah Jia. “Tapi bagaimana kami dapat menghadapi semua tekanan ini, pemerintah tidak memiliki jawabannya.”

Dan agama pada akhirnya mengisi kekosongan spiritual dalam masyarakat Cina yang sedang berubah dengan cepat ini.

“Saya orang yang berbeda saat ini,” ujar seorang desainer grafis Zhu Kun sambil minum kopi. Pria berusia 23 tahun ini merupakan salah satu dari banyaknya warga kota yang kini menjadi orang Kristen dan angka ini terus bertambah dengan cepat.

“Dua tahun terakhir ini menjadi sangat sulit bagi saya,” kata Zhu. “Saya sudah bergumul baik secara profesional maupun secara pribadi. Lalu seseorang memperkenalkan saya kepada Yesus dan saat ini saya memiliki pandangan yang berbeda akan hidup saya.”

Zhu beribadah di Shou Wang, salah satu gereja ‘bawah tanah’ terbesar di Beijing. Jin Tian Ming menjadi pemimpin gereja ini.

“Tuhan memanggil saya untuk memulai sebuah gereja dan menjangkau orang-orang muda dengan Injil,” ujar Jin.

Jin sendiri merupakan seorang lulusan dari universitas Cina yang paling bergengsi dan merintis gereja Shou Wang 18 tahun lalu dengan 10 orang jemaat. Saat ini hampir 1.000 jemaat yang menghadiri ibadah di gerejanya setiap minggu.

“Sebagian besar dari mereka telah lulus dari perguruan tinggi dan bekerja di kota,” jelasnya. “Jemaat kami ada yang berprofesi sebagai pengacara, profesor, dokter, dan orang-orang bisnis.”

Jin menambahkan bahwa pertemuan serupa bermunculan di kota-kota besar lainnya, menarik kaum profesional muda yang senantiasa mengenakan kemeja putih.

“Mereka sedang mencari cara untuk menangani perubahan drastis yang sedang terjadi di Cina dan mereka menemukan jawabannya di dalam Kristus,” ujarnya.

Jia Lin Tian menjalankan sebuah studi Alkitab bagi para petobat baru di kota. Ia mengatakan ini adalah wajah baru dari kekristenan di Cina. Para orang percaya ini merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai ‘Gereja Ketiga’.

Peter, bukan nama sebenarnya, telah bekerja di gereja-gereja bawah tanah selama beberapa dekade. CBN News sepakat untuk menyamarkan namanya demi keselamatannya.

“Mereka disebut ‘Gereja Ketiga’ karena kalangan ini sangat berbeda dari dua jenis gereja yang berkembang di Cina,” ujar Peter. “Gereja terdaftar – gereja yang terdaftar di pemerintah. Lalu kemudian gereja tak terdaftar, biasanya disebut gereja rumah (gereja bawah tanah) yang berkembang di pedesaan pada tahun 70-an dan 80-an.”

“Tapi kemudian setelah terjadinya demonstrasi Tiananmen pada tahun 1989, kaum perkotaan ini, mereka yang berpendidikan, orang-orang Kristen yang hidup dengan kondisi ekonomi baik ini mulai membentuk gereja-gereja perkotaan,” lanjut Peter.

Meskipun kekristenan terus berkembang di daerah pedesaan Cina, para ahli mengatakan di kota besar seperti Beijing dimana gereja berkembang dengan sangat cepat.

“Saat gereja pedesaan tidak dapat berdampak pada masyarakat secara keseluruhan, ‘Gereja Ketiga’ di daerah perkotaan mampu melakukan hal itu karena mereka terdiri para pemimpin yang memiliki dampak,” jelas Peter. “Mereka adalah para pengusaha, pejabat pemerintah, dosen, pemimpin di bidang tekhnik, dan setiap aspek kehidupan lainnya.”

Jemaat yang dipimpin Pastor Jin secara teknis dianggap ilegal karena ia tidak mendaftarkan gerejanya kpeada pemerintah, dan juga bukan bagian dari salah satu gereja yang direstui negara. Namun, bukannya bersembunyi dari pihak berwenang, Jin dan beberapa pastor lainnya yang memimpin jemaat perkotaan mengatakan mereka ingin bekerjasama dengan para pejabat pemerintah.

Pemerintah Cina selalu bertindak keras pada agama. Penyiksaan, penangkapan, penjara dan pemukulan terhadap orang-orang Kristen masih dipraktekkan di negara ini. Namun dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah membuat tawaran yang positif terhadap pemimpin gereja rumah – khususnya di daerah perkotaan.

“Gereja di Cina sedang bertumbuh dan kekristenan telah masuk ke kalangan masyarakat yang memegang peranan penting di negeri ini,” ujar Jin. “Pihak berwenang mengetahui hal ini dan mereka menunjukkan keinginan untuk bekerjasama dengan kami.”

Dan orang percaya perkotaan ini yang juga merupakan profesional muda menyambut tantangan ini dan mereka menggunakan iman mereka untuk menelusuri peluang dan tantangan yang mereka hadapi hari-hari ini.

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami