Gagal Atasi Pemabuk, Gereja Minta Maaf Pada Tuhan

Internasional / 12 January 2011

Kalangan Sendiri

Gagal Atasi Pemabuk, Gereja Minta Maaf Pada Tuhan

Lois Official Writer
4271

Sadarkah Anda akan pengaruh iblis dalam pikiran Anda sehingga suatu dosa yang sangat luar biasa, sepertinya tidak dianggap dosa lagi, sehingga kita melakukan dosa itu dengan perasaan bebas? Seperti yang dialami oleh Gereja Katolik Keuskupan Timika, Papua. Mereka merasa telah gagal dalam mengubah perilaku mabuk sebagian masyarakat suku Amungme dan Kamoro di wilayah itu. Mungkin mereka menganggap bahwa mabuk-mabukan itu bukanlah dosa.

Perilaku masyarakat di sana bahkan menyebabkan lima warga Kampung Nayaro ini tewas gara-gara mengkonsumsi minuman keras (miras) racikan spritus, kuku bima, dan air kelapa. Ada juga empat mahasiswa asal Mimika yang tewas usai pesta miras di Bandung pekan lalu. Ini menjadi tamparan keras bagi gereja setempat.

“Selama kurang lebih 100 tahun gereja ada di tanah Mimika-Amungsa, pastor, tim pastoral dan gereja buat apa sehingga masyarakat tetap minum, mabuk, dan mati gara-gara miras. Itu artinya, kami telah gagal membina mentalitas dan moral umat,” ujar Romo Amandus Rahadat Pr, pastor Paroki Katedral Tiga Raja Timika.

Pastor yang sudah enam tahun bertugas di Gereja Katedral Timika itu sempat menitikkan air mata saat memberikan khotbah pada perayaan misa Minggu (9/1). “Atas nama seluruh misionaris yang berkarya di tanah Mimika dan Amungsa mulai dari Pastor Tillemans (yang juga mantan Uskup Agung Merauke) hingga Pastor Franke Mollen, atas nama uskup dan atas nama Gereja Katolik, kami mohon ampun dari Tuhan karena kami telah gagal,” tuturnya.

Ia juga mengatakan dalam arus modernisasi saat ini, akan ditawarkan kepada manusia baik sisi positif maupun negatif. Tapi semua itu terpulang kembali kepada kesadaran masing-masing orang untuk memilih. Selama ini Gereja Katolik di Mimika bersama elemen lainnya sudah berjuang keras untuk mengerahkan umat agar tidak mengkonsumsi miras dan berperilaku mabuk-mabukan. Namun upaya itu sia-sia karena sebagian orang Katolik setempat masih menjadi ‘hamba miras’.

Pertama kali melakukan suatu dosa, suara hati kita menentang keras hal itu. Namun, setelah jadi kebiasaan, maka dosa itu dianggap bukanlah dosa. Kira-kira, dosa apa yang ada di dalam kehidupan kita masing-masing? Sudah saatnya kita melepaskan hidup kita dari dosa. Anda bisa mengkonsultasikannya dengan orang-orang yang Anda anggap kerohaniannya lebih maju, seperti pastor Anda. Lepaskan semua akar kepahitan yang membelenggu, hiduplah merdeka di dalam Yesus.

Sumber : antaranews/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami