Jika 'Pintu' Satu Ditutup, Carilah 'Pintu' Lain yang Terbuka

Nasional / 26 November 2010

Kalangan Sendiri

Jika 'Pintu' Satu Ditutup, Carilah 'Pintu' Lain yang Terbuka

Lois Official Writer
3967

Sejak tahun 2009, Richard Shakespeare tak kenal lelah mencari kerja. Mantan penasihat pelanggan di suatu internet bank itu sudah melayangkan 1.923 lamaran kerja atau mencari kerja namun tak kunjung dapat juga. Rata-rata enam lamaran setiap hari dia layangkan ke berbagai tempat dari rumahnya di Sinfin, Derbyshire, Inggris.

Bukannya pekerjaan yang dia dapatkan, tapi dia malah harus menghabiskan uangnya 1.000 pound (sekitar Rp 16 juta) hanya untuk melakukan ratusan wawancara kerja yang dia jalani maupun ongkos menuju ke tempat lamaran dan juga sebagian besar dipakai untuk membeli perangko.

“Saya sudah melamar ke semua lowongan yang saya bisa kerjakan tapi tetap saja menganggur. Hampir setahun belum juga ada tawaran kerja, saya jadi mulai depresi dan sepertinya semakin sedikit pekerjaan yang sesuai dengan harapanku.” katanya berkisah. Di tengah keputusasaannya tersebut, setelah 12 bulan lamanya dia melamar dan ditolak terus, akhirnya Shakespeare berhenti mencari kerja. Bukan karena dia menyerah, tapi dia mengambil langkah iman selanjutnya.

Dia menemukan ide untuk merintis suatu profesi sebagai ‘consultant advising businesses on disability issues”. Dia pun mulai menceritakan, “Selama ini para pewawancara merasa tak nyaman, tegang dan tak yakin tentang cara menghadapi orang cacat. Saya jadi sadar ada ratusan bisnis yang tak punya pengalaman berhadapan dengan orang cacat. Ada manfaatnya jika mereka mencari tahu dari orang yang punya titik pandang dari kehidupan sebenarnya.” Begitulah ide pemikirannya itu. Shakespeare pun lalu menghadiri berbagai acara networking untuk memperkenalkan idenya kepada para tokoh bisnis tingkat lokal.

Setelah idenya bisa diterima, Shakespeare mendirikan kantor sederhana di Derby. “Sekarang saya berdikari, jadi semuanya tergantung saya dan saya sudah bertekad untuk berhasil. Saya yakin akan hal itu.” Sejauh ini memang bisnisnya sukses, para calon pengguna jasanya antre. Salah satu pengguna jasa pertamanya adalah suatu jaringan hotel di wilayah tersebut. Dia menyusun laporan untuk manajer dan memberitahu karyawan tentang cara meningkatkan pelayanan di hotel tersebut.

“Selama ini kami banyak melakukan pelatihan soal kepekaan terhadap penyandang cacat, tetapi saya ingin penyegaran tentang cara kami menangani tamu yang cacat. Richard membawa isu ini menjadi kenyataan, dan ini sangat berharga,” kata manajer hotel tersebut, Mike Colman.

Yakinlah, di balik segala masalah yang Anda hadapi, sebenarnya Tuhan sudah sediakan jalan keluar yang lebih baik lagi. Ketika satu pintu ditutup, Anda harus mencari pintu lain yang sudah terbuka. Jangan cari jauh-jauh, karena pintu itu biasanya terletak di dekat Anda. Sama seperti Richard Shakespeare, yang mungkin mempunyai kekurangan fisik, yang mungkin hampir 2000 kali lamarannya ditolak, tapi tidak menyerah dengan membuka pintu yang lain dalam hidupnya.

Sumber : republika/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami