Orangtua Angkat Dipaksa Kembalikan Anak Ke Orangtua Kandung

Nasional / 20 November 2010

Kalangan Sendiri

Orangtua Angkat Dipaksa Kembalikan Anak Ke Orangtua Kandung

Lestari99 Official Writer
3125

Apa yang terbaik bagi seorang anak: tinggal bersama dengan orantgtua angkat yang sudah membesarkannya sejak lahir atau diambil untuk tinggal dengan orangtua kandung yang hampir tidak pernah dikenalnya?

Itulah pertanyaan yang sedang dihadapi Mahkamah Agung Ohio.

Penduduk Indiana, Christy Vaughn, merupakan orang pertama yang memegang Grayson sejak ia lahir tiga tahun lalu dan menjadi satu-satunya ibu yang Grayson kenal.

Ibu kandung sang anak setuju untuk melakukan adopsi atas Grayson, tetapi hanya 17 hari setelah kelahiran Grayson, ayah kandungnya yang tinggal di Ohio mulai mengeluarkan petisi ke pengadilan untuk membatalkan adopsi tersebut.

Dan saat ini, tiga tahun kemudian, Mahkamah Agung Ohio berpihak pada ayah biologis sang anak.

“Hak alami orangtua untuk merawat dan menjaga anak-anaknya merupakan hal yang paling berharga dan mendasar dalam hukum,” perintah pengadilan.

Oleh karena itu, satu-satunya orangtua yang Grayson pernah kenal, harus menyerahkan Grayson ke tangan ayah kandungnya.

“Saya hanya berkata, ‘selamat tinggal sobat, bersenang-senanglah dengan papa Ben’,” ujar sang ayah adopsi, Jason Vaughn.

“Saya hanya dapat mencium dia dan mengatakan kepadanya betapa saya sangat mencintainya, dan saya berjalan keluar pintu bersamanya, itu saja,” ujar ibu angkatnya, Christy.

Pasangan Vaughn tidak bermimpi untuk pernah melihat Grayson lagi karena ayah kandungnya menolak kunjungan, panggilan telepon, dan sms, serta wawancara dengan pers.

“Klien saya percaya bahwa setiap publikasi yang melibatkan anaknya lebih lanjut akan mengganggu kehidupannya,” ujar pengacara dari sang ayah biologis, Alan Lehenbauer. “Klien saya telah meminta kembali anaknya tak lama setelah ia lahir dan tidak akan mengungkap hal ini kembali ke media.”

Sementara itu, pasangan Vaughn mengajukan petisi untuk adopsi kedua bagi Grayson. Petisi ini merupakan sesuatu yang bersama dengan dua orang anak lainnya, hanya dapat mereka serahkan ke dalam tangan Tuhan. Mereka juga mengatakan kepergian Grayson sangat berat untuk dihadapi anak mereka yang berusia tujuh tahun.

“Saya hanya memintanya berdoa tentang hal ini dan menyemangatinya bahwa kita akan dapat melihat Grayson lagi,” ujar Christy.

Melihat kasus seperti ini, ada baiknya jika setiap pihak memahami perasaan dan kebutuhan Grayson daripada mementingkan keinginan dan kepentingan pribadi. Karena bagaimanapun yang paling merasakan dampak dari keputusan Mahkamah Agung ini adalah Grayson sendiri. Bukan hal yang mudah bagi seorang anak untuk dicabut dari tengah-tengah orang yang mengasihinya dan masuk ke dalam suatu lingkungan baru yang belum pernah dikenalnya sama sekali.

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami