Mengubah Anak Egois Menjadi Tidak Mementingkan Diri Sendiri

Parenting / 10 November 2010

Kalangan Sendiri

Mengubah Anak Egois Menjadi Tidak Mementingkan Diri Sendiri

Lestari99 Official Writer
6807

Sebagaimana anak-anak bertumbuh menjadi dewasa, ada fase dalam kehidupan mereka dimana anak-anak menjadi fokus pada dirinya sendiri. Fase ini masuk akal jika dilihat dari segi pertumbuhan, karena sebagai anak-anak mereka mulai menyadari diri mereka sebagai seorang individu dan mendapatkan pengalaman baru dari dinamika sosial dan budaya. Secara umum, anak-anak tidak ingin menonjol di tengah orang banyak, sehingga mereka mulai fokus pada penampilan dan perilaku mereka dalam rangka untuk menyesuaikan diri. Ahli dalam tumbuh kembang remaja sering melihat fenomena bagaimana anak-anak melalui fase “penonton imajiner”, yaitu ketika para anak remaja percaya bahwa orang lain sedang mengawasi mereka. Biarkan saya meyakinkan Anda, fokus pada diri sendiiri ini adalah hal normal, dan belum tentu salah. Namun sikap ini menjadi salah ketika anak-anak kita menunjukkan perilaku egois.

Semua remaja pada akhirnya masuk ke sebuah persimpangan jalan akan fokus pada diri sendiri ini. Banyak dari mereka yang bergerak melewati obsesi terhadap dirinya sendiri dan mendapatkan keseimbangan diri yang pada akhirnya menempatkan prioritas yang tinggi terhadap orang lain. Namun beberapa dari mereka tidak pernah berhasil melalui transisi ini dan pada akhirnya menjadi orang dewasa yang egois. Jadi, remaja yang fokus pada diri sendiri adalah normal, dan kita sebagai orangtua harus waspada terhadap ancaman egois yang bisa tertanam dalam kehidupan anak-anak kita. Pendekatan terbaik yang saya percayai adalah orangtua yang proaktif: memberikan teladan bagi anak-anak kita, membantu mereka untuk bertumbuh dari egois menjadi tidak mementingkan diri sendiri. Berikut adalah tiga ide tentang bagaimana Anda dapat mencapai tujuan yang mulia ini.

Menunjukkan Iman Yang Nyata Melalui Perbuatan

Ketika datang kepada iman Kristen, saya percaya bahwa panggilan Kristus adalah panggilan untuk melayani. Tentu saja kita perlu tahu akan kebenaran dari iman kita, tapi kita juga dipanggil untuk menghidupinya. Bagian dari menghidupi iman itu adalah melayani orang lain. Sayangnya, secara tidak sengaja kita mengajari anak-anak kita untuk menjadi egois ketika kita tidak terlibat untuk melayani orang lain.

Salah satu tokoh agama dan politik yang ternama di dunia ini adalah Mahatma Gandhi. Ketika Gandhi belajar hukum di Afrika Selatan, ia menghadiri sebuah gereja Kristen. Gandhi terkesan dengan Yesus, dan berpikir bahwa Khotbah Yesus di bukit merupakan salah satu literatur terbesar yang pernah dituliskan di atas kertas... tapi Gandhi tidak terkesan dengan orang Kristen. Gandhi mencaci Kristen ketika ia mengatakan, dalam penghakimannya, bahwa iman Kristen tidak membuat orang Kristen berkhotbah dan bersaksi. Padahal, Gandhi berpikir, kekristenan terbaik dapat disebarkan dengan menghidupi dan menerapkan iman itu secara nyata.

Mengajarkan Bahwa Melayani Itu Mudah

Komunikasikan kepada anak Anda bahwa seseorang tidak harus memberikan banyak uang untuk menjadi orang yang tidak mementingkan diri sendiri – dan untuk membuat sebuah perbedaan bagi Tuhan. Tuhan ingin agar setiap kita melayani Dia di manapun kita berada dan dengan apa yang kita miliki. Ingatkah akan perkataan Kristus dalam Matius 25:37-40? Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Ketika berbicara untuk tidak mementingkan diri sendiri, Yesus menyebutkan kebutuhan dasar dari kehidupan manusia: makanan, pakaian dan kesehatan. Yesus tidak berbicara tentang tanggung jawab yang lebih besar daripada kehidupan. Sekali lagi, menunjukkan kepada anak-anak Anda bagaimana Anda melayani orang lain dengan cara yang sederhana merupakan cara terampuh untuk mengembangkan pengertian mereka tentang apa artinya untuk tidak mementingkan diri sendiri!

Menolong Anak Belajar Bahwa Memberi Yang Sesungguhnya Tidak Mengharapkan Balasan

Begitu banyak orang pada hari-hari ini yang memandang pemberian kepada orang lain dengan mengharapkan sesuatu sebagai imbalannya. Pemberian seperti ini berfokus pada diri sendiri. Tidak mementingkan diri sendiri, di sisi lain, berarti memberi tanpa pamrih. Apa yang Anda ajarkan kepada anak-anak melalui memberi? Tentu saja, bukan hal yang salah jika kita memiliki kepentingan saat memberi! Semua orang memiliki penyebab kenapa mereka memiliki kepedulian yang mendalam terhadap orang lain. Yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah pemberian Anda menunjukkan tujuan utama Anda dalam memberi adalah untuk mendapatkan imbalan? Jika ya, saatnya untuk mengevaluasi kembali akan bagaimana Anda memberi selama ini.

Apakah anak-anak kita akan bertumbuh menjadi orang dewasa yang egois atau tidak mementingkan diri sendiri? Seperti kebanyakan area dalam kehidupan kita, orangtua memiliki pengaruh langsung pada hasil pengasuhan melalui teladan. Pastikan bahwa Anda hidup dengan menghidupi cara hidup seperti yang Anda inginkan untuk anak-anak Anda pelajari! Jika Anda menyadari pentingnya tiga area yang telah saya sebutkan di atas, Anda akan secara proaktif mempengaruhi anak-anak Anda untuk menjadi orang dewasa yang tidak mementingkan diri sendiri sebagaimana panggilan Kristus atas hidup mereka!

Sumber : Jim Burns - cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami