Pelampung Peringatan Tsunami Ini Mestinya Berbunyi

Nasional / 5 November 2010

Kalangan Sendiri

Pelampung Peringatan Tsunami Ini Mestinya Berbunyi

Lois Official Writer
2654

“Senin, ratusan orang Indonesia tewas oleh gelombang tsunami karena peringatan dini tidak sampai ke warga,” lapor der Spiegel, sebuah media di Jerman. Yang menjadi masalah adalah sistem peringatan dini tsunami yang dibuat oleh Jerman itu tidak berfungsi. Karena itu, muncul pertanyaan di Indonesia mengenai keampuhan sistem peringatan dini yang sepenuhnya dirancang insinyur Jerman ini sehingga membuat ratusan nyawa melayang gara-gara tsunami yang tinggi gelombangnya bisa sampai delapan meter dan menghancurkan 25 ribu rumah.

Alat bernilai 300 ribu euro itu dilaporkan tak berfungsi, sementara warga Mentawai menyebut sirene peringatan tsunami tak berbunyi dan gelombang tsunami datang amat mengejutkan. Para teknisi Jerman telah berupaya memitigasi masalah-masalah ini yang biasa disebut sebagai ‘kilometer terakhir’ di sepanjang tiga wilayah pantai. mereka mengeluhkan ada kesenjangan standar pemasangan alat antara teknisi Indonesia dengan teknisi Jerman. Misalnya, kabel-kabel malah direntangkan di antara pohon-pohon kelapa dan bukan ditanam di tanah seperti diinstruksikan lagi di seluruh daerah.

Di sisi lain, ada sejumlah dokumen pihak otoritas Indonesia menunjukkan justru manusialah yang menjadi penyebabnya. Menurut data itu, sistem peringatan dini tsunami berfungsi baik. Pada 9.47 malam, hanya lima menit setelah alat pencatat gempa menyebutkan ada gempa, sistem peringatan dini yang berbasis di Jakarta itu mengirimkan peringatan bahaya tsunami. Masalahnya, peringatan itu keluar hanya beberapa saat setelah gelombang tsunami menghantam Kepulauan Mentawai. “Peringatan tidak bisa dikomunikasikan secepat itu,” kata Peter Koltermann, staf pada divisi tsunami di kantor UNESCO.

Sensor gempa dan sistem peringatan dini dipasang selama lima tahun terakhir di Indonesia di bawah tanggung jawab ilmuwan Jerman bernama Jorn Latuerjung dari Pusat Penelitian Geosains Jerman (GFZ) di Postdam, dekat Berlin.

Selain masalah alat, warga Mentawai juga mengaku tidak menyadari ada gempa karena saat itu hujan lebat turun. Untungnya saat gelombang tsunami pertama tiba, banyak orang yang berhasil mencapai tempat lebih tinggi.

Dalam membangun sistem peringatan dini tsunami segera setelah gelombang dahsyat tsunami menewaskan 210 ribu orang di Asia Tenggara pada 2004, Berlin menanamkan dana senilai 62.2 juta dolar AS (Rp 553 miliar). Sayangnya, kebanyakan pelampung peringatan tsunami di Samudera Hindia sudah tidak layak pakai, ada satu yang rusak karena ditumbuhi ganggang laut, sedangkan yang lain ada yang dilabrak kapal penangkap ikan. Lima dari enam pelampung peringatan tsunami hilang dicuri perampok.

Sumber : antaranews/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami