Pemimpin Kristen-Islam Berkumpul Membangun Masa Depan Bersama

Internasional / 3 November 2010

Kalangan Sendiri

Pemimpin Kristen-Islam Berkumpul Membangun Masa Depan Bersama

Lestari99 Official Writer
4426

Para pemimpin Kristen dan Islam berkumpul di Jenewa dalam dialog antar umat beragama tingkat tinggi untuk membicarakan bagaimana membangun sebuah hubungan yang kuat dan berkelanjutan antar kedua kelompok agama ini dan bagaimana komunitas-komunitas keagamaan dapat menggunakan sumber daya mereka untuk mengubah komunitas dimana mereka tinggal agar menjadi lebih baik.

Event yang berlangsung selama empat hari ini diberi tajuk “Transformasi Komunitas: Kristen dan Muslim Membangun Masa Depan Bersama”. Event ini diinspirasi oleh surat yang sangat bersejarah pada tahun 2007 oleh 138 sarjana Muslim yang disebut “A Common Word”. Dr. Muhammad Ahmed Al-Sharif, Sekretaris Jenderal dari World Islamic Call Society, dan Yang Mulia Pangeran Ghazi bin Muhammad bin Talal dari Yordania, yang menjadi inisiator dari surat tersebut menghadiri event yang diselenggarakan oleh Pusat Dewan Gereja Oikumene Sedunia.

“Tema sentral dari konferensi ini menegaskan bahwa dialog adalah penting tetapi kita juga perlu mengatasi masalah-masalah yang menjadi perhatian kita bersama dan melakukan tindakan bersama-sama – menempatkan kepentingan umum sebagai pusat inisiatif bersama dan mempromosikan ‘dialog melalui aksi’,” ujar  Rev. Dr. Olav Fykse Tveit, Sekretaris Jenderal dari Dewan Gereja Oikumene Sedunia dalam sambutannya pada hari Senin lalu.

Empat tantangan utama yang dihadapi komunitas Muslim-Kristen adalah: bagaimana membangun rasa yang lebih luas dari pemahaman kata “kami” yang berfokus pada semua orang yang menjadi bagian dari umat manusia daripada berfokus pada golongan, bagaimana membangun hubungan yang kuat dan berkelanjutan antara para pemimpin Muslim dan Kristen yang dapat mencegah krisis dan menghadapi tantangan bersama-sama, bagaimana mentransformasi komunitas secara bijak dalam menggunakan sumber spiritual dan agama, dan bagaimana membangun hubungan yang baik dan damai antara Kristen dan Muslim.

“Saya sangat yakin bahwa kita dipanggil bersama untuk menjadi pembawa damai, menghormati kehendak Sang Pencipta dan kasih Pencipta kita terhadap seluruh ciptaan,” ujar ketua Dewan Gereja. “Hal ini merupakan tugas kita untuk memastikan bahwa agama bukanlah sinonim dari konflik dalam pandangan orang, melainkan sebuah sinonim dari keadilan dan perdamaian.”

Sementara itu, Pangeran Ghazi bin Muhammad bin Talal dari Yordania mencatat bahwa Muslim dan Kristen tidak berbagi teologi yang sama, namun mereka semua ‘berada dalam perahu yang sama’ alias tinggal di bumi yang sama. Pangeran, yang juga berfungsi sebagai utusan pribadi dan penasehat khusus Raja yordania Abdullah II, mengatakan bahwa orang beriman menghadapi masalah dan kesempatan yang sama. Ia menyorot sebagaimana yang tertulis dalam dokumen ‘Common Word’, bahwa orang Kristen dan Muslim berbagi komitmen bersama untuk mengasihi Tuhan dan juga mengasihi sesama.

Dalam sambutannya pada Senin lalu, Pangeran Ghazi berkata “Kedua agama kita yang merugikan agama minoritas yang berada di antara kita dengan bersifat jahat, mutlak dilarang dan pada akhirnya justru merupakan penolakan terhadap kasih Tuhan dan kejahatan terhadap Tuhan sendiri.”

Pangeran Yordania menunjukkan bahwa sementara orang Kristen “jelas sangat tertindas” oleh umat Islam di negara-negara seperti Pakistan, Irak dan Sudan, ada beberapa tempat dimana umat Islam ditindas oleh orang Kristen seperti di Filipina. Ada juga tempat di mana tidak jelas siapa yang menindas siapa seperti yang terjadi di sepanjang ‘garis patahan’ Muslim-Kristen di Sub-Sahara Afrika.

“Dalam kebanyakan kasus tersebut, mungkin perlu untuk mengetahui dan menyetujui apa dan siapa yang salah, dan apa yang harus dikatakan dan dilakukan,” ujar Ghazi. “Hal ini, Insya Allah, akan menjadi substansi yang dibicarakan di sini selama tiga hari ke depan.”

Yang tergabung dalam “Transformasi Komunitas” ini termasuk perwakilan dari komuni dunia Kristen, seperti Roma Katolik, Ortodoks, Anglikan, Protestan Injili dan tradisi Pantekosta.

Sebuah pernyataan bersama akan dikeluarkan pada akhir dialog ini tepatnya tanggal 4 November besok.

Mari dukung gerakan ini agar perdamaian dunia dapat tercapai tanpa terjadinya konflik agama berkepanjangan di berbagai belahan dunia.

Sumber : christianpost.com
Halaman :
1

Ikuti Kami