Pemimpin Cina Yang Dicekal Kirim Salam Ke Kongres Lausanne

Internasional / 20 October 2010

Kalangan Sendiri

Pemimpin Cina Yang Dicekal Kirim Salam Ke Kongres Lausanne

Lestari99 Official Writer
3308

Pada malam yang emosional, peserta Kongres Lausanne mendengarkan lagu yang rencananya akan dinyanyikan para pemimpin Cina yang dicekal di bandara saat hendak menghadiri kongres. Selain itu mereka juga mendengarkan pembacaan ayat yang rencananya akan dibawakan di dalam presentasi para pemimpin Kristen Cina tersebut.

Doug Birdsall, ketua Eklsekutif dari Gerakan Lausanne, mengungkapkan kekecewaannya karena Cina yang juga merupakan negara dengan populasi evangelis terbesar kedua setelah Afrika, tidak terwakili di Kongres. Cina dan Afrika dijadwalkan terlibat dalam banyak dialog yang diselenggarakan pada Senin malam namun dibatalkan setelah para anggota dari gereja rumah ini dicekal saat hendak meninggalkan Cina untuk menghadiri Lausanne III.

Dalam ucapannya, para pemimpin gereja rumah mengambil ayat dari Filipi 1:29 tentang menderita bagi Kristus, dan Yakobus 1:19 tentang menjadi lambat untuk marah. Mereka juga mengirimkan terjemahan lirik dari lagu Cina yang berjudul “Lord’s Love for China”, lagu yang tadinya mereka rencanakan hendak dinyanyikan malam itu.

“Kasih Tuhan di Cina menerangi harapan akan kekekalan. Kasih Tuhan di Cina menghidupkan jiwa yang setia dan diberkati,” sebagaimana terbaca dari chorus lagu tersebut.

Pemerintah Cina memblokir pemimpin gereja rumah di Cina untuk beperian ke luar negeri dan mencekal penerbangan mereka pada minggu-minggu menjelang kongres.

Paspor para pemimpin gereja rumah disita di bandara dan setidaknya seorang pemimpin ditahan setelah mencoba terbang ke luar negeri dari Beijing International Airport.

Uskup Agung Henry Lue Orombi dari Uganda, dewan kehormatan dari African Host Committee di Lausanne III, berkomentar bahwa mengadakan konferensi misi dunia tanpa Cina bagaikan melangsungkan Piala Dunia tanpa Brasil.

“Hal ini sungguh tak terbayangkan,” ujarnya kepada wartawan, Senin.

Ketika ditanyakan apakah para pemimpin di Lausanne III dapat melakukan hal yang lebih baik saat memberikan undangan kongres kepada Cina, Birdsall menjawab bahwa penyelenggara konferensi telah berkonsultasi dengan para pemimpin Cina dan memungkinkan para pemimpin gereja rumah Cina menghadiri undangan. Birdsall menekankan bahwa meskipun situasi yang terjadi terhadap para pemimpin gereja rumah sangat disesalkan, pertanyaan “bagaimana jika” justru hanya akan menimbulkan spekulasi saat ini.

“Kriteria penyeleksian dan proses yang digunakan oleh para pemimpin Cina sama dengan yang digunakan oleh tim seleksi regional dan nasional lainnya di seluruh dunia,” ujar Birdsall dalam pernyataannya.

"Kami sangat menyesal karena niat dan proses undangan desentralisasi kepada saudara-saudari Cina kita telah salah dipersepsi,” ujarnya.

Birdsall menambahkan bawa Lausanne tidak bermaksud menentang prinsip-prinsip pemerintahan Cina terhadap “gereja-gereja independen, otonom dan mengatur dirinya sendiri”.

Pemerintah Cina tersinggung karena para pemimpin gereja negara dari Three-Self Patriotic Movement dan China Christian Council (TSPM/CCC) tidak secara resmi diundang untuk mewakili orang-orang Kristen di Cina sebagaimana para pemimpin gereja rumah Cina.

Para pemimpin TSPM/CCC diminta untuk menghadiri Lausanne, dan penyelenggaranya pun setuju. Namun TSPM/CCC tidak bisa menegaskan Perjanjian Lausanne dan berkomitmen kepada visi Lausanne, yang menjadi tuntutan bagi semua peserta.

Gereja Negara Cina mematuhi aturan pemerintah yang hanya menyetujui penginjilan di negara-negara yang menyetujui keberadaan agama bersangkutan dan diatur secara pribadi. Penginjilan di tempat umum dilarang. Selain itu, TSPM/CCC tunduk dan menempatkan otoritas negara pada tingkat yang sama, dan bukannya tunduk pada otoritas Kristus.

Karena para pemimpin TSPM/CCC tidak dapat menegaskan perjanjian Lausanne beserta visinya, mereka diundang lebih sebagai pengamat daripada peserta. Perwakilan katolik dan gereja-gereja ortodoks juga berpartisipasi dalam konferensi sebagai pengamat. Para pemimpin TSPM/CCC bagaimanapun juga menolak undangan untuk menjadi pengamat di Kongres Lausanne.

Sementara kebanyakan media yang meliput mengkritik pemerintah Cina atas larangannya terhadap para pemimpin gereja rumah untuk menghadiri konferensi bersejarah, para wartawan saat konferensi pers mengkritik para pemimpin Lausanne yang tidak sensitif terhadap dinamika gereja-gereja di Cina.

Gerakan Lausanne dimulai pada tahun 1974 ketika penginjil Billy Graham menyelenggarakan Kongres Lausanne untuk pertama kalinya di Lausanne, Swiss. Kongres Lausanne memfokuskan dirinya pada bagaimana tubuh Kristus dari segala denominasi dapat bersatu dalam penginjilan dunia. Kongres Lausanne III di Cape Town dimulai sejak 17 Oktober dan akan berakhir pada 24 Oktober mendatang.

Sumber : christianpost.com
Halaman :
1

Ikuti Kami