Cicin, Pria Hanyalah Barang Mainanku

Family / 14 October 2010

Kalangan Sendiri

Cicin, Pria Hanyalah Barang Mainanku

Puji Astuti Official Writer
7097

Sakit hatinya kepada pria begitu mendalam, bagi Cicin jika ia menikahi suaminya itu agar terhindar dari omongan orang. Tidak hanya itu, dua anak laki-lakinya juga harus menanggung perlakuan kasar darinya. Karena kesal Cicin tega melemparkan anak keduanya yang masih bayi, untung saja suaminya berhasil menangkap bayi tak berdosa itu.

“Kalau kamu ngga mau ngurus, ngga papa. Tapi kamu jangan melempar anak, kalau anak mati gimana? Itukan anak kita,” demikian Benny Thosin, menasehati istrinya.

Dendam Cicin kepada laki-laki dimulai dari kisah cintanya dengan seorang pria yang merupakan cinta pertamanya. Bagi Cicin, pria tersebut adalah segalanya, namun suatu hari saat ia bekerja di toko, seorang teman memberitahu bahwa pacarnya tersebut adalah playboy kelas kakap yang sering pacaran dengan anak SMA, bahkan pria itu juga kumpul kebo dengan seorang janda.

“Sakit hati saya, karena saya dengan tulus mencintai dia tapi dia mempermainkan saya,” ungkap Cicin.

Dendam membakar hati Cicin, apa lagi dia sudah memiliki benih kebencian pada sang ayah yang sering memukulinya dan tidak menyekolahkannya.

“Karena saya sudah sakit hati, saya mau lakukan apapun juga.”

Demi mendapatkan ilmu pengasihan, Cicin rela menjalani ritual mandi kembang di tengah malam. Usai melakukan ritual itu, sesosok mahluk menemui Cicin di dalam mimpi.

“Waktu itu saya melihat istana yang semuanya berwarna hijau. Lalu muncul seorang wanita yang berpakaian hijau semua. Wanita itu memberi syarat bahwa saya harus berbuat jahat kepada semua laki-laki. Saya katakan saya mau.”

Sejak itu, banyak pria yang mengejar-ngejar Cicin. Ia pun menikmati permainan barunya itu, tetapi sayangnya tingkahnya yang suka merendahkan dan kasar terhadap laki-laki ini terbawa dalam pernikahannya. Hingga suatu hari, ketika pernikahan tersebut telah berjalan selama lima belas tahun, hati Cicin luluh menyaksikan anak-anaknya yang lucu dan suaminya yang penyayang.

“Saya sering ngalamun sambil berpikir: anak saya baik, kenapa ya saya ngga bisa menerima mereka? Saat itulah mulai timbul rasa cinta dalam hati saya.”

Namun Cicin lupa bahwa ia pernah mengikat perjanjian dengan setan untuk tidak mencintai laki-laki. Akibatnya sebuah penyakit aneh dialaminya.

“Pagi, siang, malam, saya tidak sadar, jerit-jerit. Tiga bulan kemudian saya jadi sakit gila, karena dulu yang saya pelihara ingin mencabut nyawa saya.”

Benny suaminya meminta pertolongan seorang hamba Tuhan untuk mendoakannya. Ketika Cicin diminta untuk melepaskan ilmu pengasihannya, Cicin ketakutan. Dalam bayangannya jika ilmu itu hilang, suaminya akan membuangnya. Tapi disuatu saat, dalam keadaan setengah sadar Cicin bertemu dengan dua sosok pribadi.

“Yang satu, di kedua telapak tangannya bolong dan rambutnya mengkilat. Dia bilang, ‘Saya yang empunya dunia ini.’ Dia mah baik, cuma ketawa aja, senyum dan rasanya ada kasih. Yang kedua adalah yang lima belas tahun sudah saya ikuti. Dulu saya ngga pernah lihat ada tanduknya, tapi hari itu saya ngeliat ada tanduknya. Dia bilang sama saya, ‘Kalau kamu memilih mengasihi, kamu bankrut dan ngga cuma itu, anak kamu juga harus jadi tumbal karena kamu sudah ada perjanjian dengan saya. Tapi kalau kamu milih saya, kamu akan kaya raya dan kamu bisa menikahi banyak laki-laki yang kamu suka.’”

Sekalipun dijanjikan kekayaan, Cicin memilih Yesus karena ia sudah lelah berada dalam kungkungan setan.

“Saya memanggil nama Tuhan Yesus. ‘Tuhan Yesus, saya memilih Tuhan Yesus. Saya memilih suami saya, saya tidak mau kehilangan suami dan anak-anak saya. Saya tidak mau harta, saya memilih Tuhan Yesus.”

Berkat keputusannya itu, Cicin dilepaskan dari cengkeraman setan. Kini ia bisa tersenyum dan menjadi pribadi yang riang kembali. Menyadari semua kesalahan yang telah ia lakukan selama belasan tahun, Cicin mendatangi suami dan anak-anaknya, ia meminta maaf kepada mereka. Bahkan kini pandangan Cicin mengenai laki-laki pun sudah berubah.  

“Ternyata laki-laki itu ada juga yang baik,” demikian ungkap Cicin sambil tersenyum.

(Kisah ini ditayangkan 14 Oktober 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:

Cicin & Benny Thosin

Sumber : V100419170246
Halaman :
1

Ikuti Kami