Eksodus Korban Banjir Wasior Tak Terbendung

Nasional / 11 October 2010

Kalangan Sendiri

Eksodus Korban Banjir Wasior Tak Terbendung

daniel.tanamal Official Writer
3031

Imbauan pemerintah agar korban banjir longsor di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, tetap bertahan dan berusaha membangun kembali kehidupan di tempat tersebut tidak efektif. Gelombang eksodus warga, terutama kaum ibu dan anak-anak, tak terbendung. Mereka memilih mengungsi keluar dari Wasior, menuju Manokwari, ibu kota Papua Barat, dan daerah lain.

Alasan mereka mengungsi, antara lain, karena trauma akan bencana yang telah meluluhlantakkan tempat tinggal serta tempat usaha mereka selama ini. Selain itu, warga juga masih dihantui ketakutan akan terjadi banjir bandang susulan karena cuaca di Wasior sepanjang Minggu (10/10/2010) berkabut tebal dan hujan.

Komandan Satuan Koordinator Penanggulangan Bencana Wasior Letnan Kolonel Edward Sitorus mengatakan telah berusaha mengumumkan bahwa tidak ada banjir susulan. Ia pun meminta warga bertahan. ”Warga bersikeras mengungsi karena trauma dan tidak bisa berbuat apa-apa karena kota sudah lumpuh,” ujarnya.

Kemarin, Wasior terasa semakin sepi di tengah upaya pencarian dan evakuasi korban. ”Rumah-rumah mereka masih rusak. Air bersih sangat terbatas. Belum lagi hujan (terus) turun dalam beberapa hari terakhir ini,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah Velix Wanggai, saat menceritakan kondisi terakhir Wasior.

Ia menambahkan, jumlah warga yang mengungsi mencapai 4.373 jiwa—dari sekitar 7.000 penduduk. Sebanyak 2.283 pengungsi berada di Kabupaten Teluk Wondama, 1.859 orang di Manokwari, dan 233 orang menuju Nabire. ”Minggu (kemarin) ini KM Ngapulu yang bersandar di Pelabuhan Wasior mengangkut sekitar 2.000 penumpang yang mengungsi dari Wasior ke Manokwari,” ujarnya.

Evakuasi jenazah korban banjir longsor kemarin tidak dapat dilakukan karena cuaca buruk. Hujan seharian menyebabkan pencarian yang hanya mengandalkan kekuatan manusia tak menghasilkan sesuatu yang berarti. Alat berat yang tersedia dikerahkan untuk membersihkan jembatan Kali Anggris dari batang-batang kayu berukuran besar.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, jumlah korban tewas 144 jiwa, korban hilang 123 orang, dan luka-luka berat 2.000-an warga. Sebanyak 181 orang dirujuk ke rumah sakit di Manokwari, Nabire, Makassar, dan Jakarta.

 

Sumber : kompas.com/dpt
Halaman :
1

Ikuti Kami