Menguji Toleransi Beragama di Indonesia

Nasional / 13 September 2010

Kalangan Sendiri

Menguji Toleransi Beragama di Indonesia

daniel.tanamal Official Writer
3808

 

Insiden penganiayaan yang menimpa Penatua HKBP Bekasi, Hasean Lumbantoruan Sihombing dan Pendeta Luspida Simanjuntak pada Minggu pagi (12/9/2010) oleh sekelompok orang yang tidak dikenal saat menuju tempat ibadah menambah panjang daftar kelam kehidupan beragama di Indonesia.

Walau kepolisian baru memeriksa sembilan orang yang terkait dalam peristiwa tersebut dan belum menetapkan tersangka, tapi penganiayaan ini sulit dilepaskan dari kejadian sebelumnya, yaitu ketegangan antara jemaat HKBP dan masyarakat sekitar menyangkut pendirian gedung gereja. Masyarakat HKBP dilarang melakukan ibadah di lokasi gereja. Setiap kali ibadah dilaksanakan, sekelompok orang berkerumun di sekitar lokasi gereja. Sebelumnya juga, pernah terjadi bentrok antara masyarakat sekitar dan jemaat.

Respon pun silang bermunculan dari berbagai pihak. Banyak dari respon tersebut menyimpulkan perlindungan dan proteksi pemerintah khususnya terhadap kebebasan beragama dan kelompok minoritas agama mengalami penurunan drastis beberapa tahun belakangan ini, sikap inilah yang mendorong berkembangnya intoleransi oleh kelompok tertentu di berbagai daerah di Indonesia.

Pentingnya masyarakat memahami nilai toleransi beragama merupakan hal yang krusial, setidaknya hal itu yang disampaikan oleh Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Franz Magnis Suseno seperti dilansir kompas.com, menurutnya masyarakat Indonesia masih harus banyak belajar tentang arti toleransi terhadap sesama. Belajar toleransi sangat penting karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Tanpa memahami toleransi, energi bangsa ini hanya akan terkuras oleh konflik horizontal yang tidak perlu.

Dengan peristiwa ini, masyarakat sudah seharusnya dapat lebih dewasa memandang keberagaman berbangsa. Para pemuka dan tokoh agama juga ditantang untuk mengarahkan umatnya menghormati perbedaan dalam masyarakat Indonesia yang sangat beragam. "Karena selalu ada kesulitan jika orang tidak mau menerima kelompok yang berbeda," katanya.

Sikap menghargai dan memahami toleransi secara utuh adalah wujud kasih nyata kita sebagai bangsa yang besar dan menjunjung tinggi nilai pluralisme.

 

Untuk mendoakan pengusutan masalah ini dan saudara-saudara kita di HKBP Pondok Timur, silahkan anda klik disini

 

Sumber : kompas.com/dpt
Halaman :
1

Ikuti Kami