Berbagai Upaya Terus Dilakukan Menghalangi Pembakaran Al Qur'an

Nasional / 9 September 2010

Kalangan Sendiri

Berbagai Upaya Terus Dilakukan Menghalangi Pembakaran Al Qur'an

Lestari99 Official Writer
3718

Berbagai upaya terus dilakukan berbagai pihak untuk menghalangi berlangsungnya aksi pembakaran Al Qur'an pada 11 september mendatang oleh Dove World Outreach Center. Terry Jones, pendeta senior di balik rencana pembakaran mengatakan sementara ini ketua WEA (World Evangelist Alliance), Dr. Geoff Tunnicliffe, mungkin tidak dapat mengubah pikirannya, namun ia juga akan berdoa mengenai situasi yang ada dan menunjukkan masih adanya harapan ia akan membatalkan aksi pembakaran tersebut.

“Saya sampaikan kepadanya jika ia tetap melanjutkan rencananya dan kekerasan terjadi diikuti dengan hilangnya nyawa, apakah ia bersedia duduk dengan janda para penginjil dan menjelaskan kepada mereka kenapa gerejanya merasa perlu untuk melakukan aksi seperti itu,” ujar Tunnicliffe kepada Christian Post. “Atau duduk menenangkan para jemaatnya yang telah terbakar dan menjelaskan kepada mereka mengapa ia merasa perlu untuk membatalkan apa yang akan mereka lakukan.”

Departemen Luar Negeri, Gedung Putih dan anggota WEA di seluruh dunia telah meminta WEA untuk campur tangan dan mencoba meyakinkan Jones dan gerejanya untuk membatalkan pembakaran.

“Aku memohon kepadanya atas nama gereja dunia untuk meninggalkan idenya,” lapor Tunnicliffe.

Baru-baru ini, para pemimpin Kristen baik konservatif maupun liberal secara terang-terangan telah mengutuk rencana tersebut.

Asosiasi Penginjil Nasional mendesak gereja tersebut untuk membatalkan pembakaran, dan berkata tindakan seperti itu “akan memperburuk ketegangan antara Kristen dan muslim di seluruh dunia”. Dr. Michael Kinnamon, Sekjen Dewan Nasional Gereja-Gereja menyebut pemimpin Dove World Outreach Center itu “sesat”.

Di tengah kecaman yang diterimanya, Jones mengatakan gerejanya ingin bergerak maju dengan membakar Qur’an untuk memperingatkan Amerika tentang bahaya Islam, yang ia gambarkan sebagai setan tetapi menyamar sebagai agama yang damai.

Dalam wawancaranya dengan CNN dalam program AC360 pada hari Selasa (7/9) lalu, Jones mengatakan ia masih berencana untuk melanjutkan pembakaran Qur’an tapi akan memikirkan keprihatinan Jenderal David Petraeus dengan “sangat serius”.

Petraeus, komandan tertingg AS di Afghanistan mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Selasa bahwa aksi pembakaran itu “bisa membayakan pasukan AS dan bisa membahayakan seluruh upaya di Afghanistan”.

“Justru tindakan seperti inilah yang akan dimanfaatkan oleh Taliban dan dapat menimbulkan masalah yang signifikan. Tidak hanya di Afghanistan, tapi di semua tempat di dunia ini kita terkait dengan komunitas Islam,” ujar jenderal.

Namun Jones, bahkan ketika ditekan oleh reporter CNN, Anderson Cooper, menolak untuk mengatakan bahwa tanggapannya yang serius terhadap keprihatinan Petraeus berarti “mempertimbangkan untuk membatalkan aksi tersebut”. Sebaliknya, Jones meminta Amerika untuk tidak “mundur” dan berkata pada Islam radikal bahwa Amerika tidak bisa dipermainkan lagi.

Pendeta kontroversial ini, yang mengaku tidak mengetahui satupun nama dari hampir 3.000 korban tewas dalam serangan teroris 11 September, juga berpendapat bahwa gerejanya hanya membakar buku dan tidak membunuh siapapun.

“Sang jenderal (Petraeus) perlu untuk menunjuk jarinya ke arah Islam radikal dan menyuruh mereka tutup mulut, menyuruh mereka berhenti dan memberitahu mereka bahwa kami tidak akan berlutut kepada mereka,” ujar Jones dalam program AC360.

Pendeta Rob Schenk, presiden dari Faith and Action in the Nation’s Capital, mengatakan aksi pembakaran itu seperti tindakan yang dilakukan oleh kelompok seperti Ku Klux Klan, Nazi dan teroris.

“Sangat mustahil bagi saya untuk menyebutkan satu contoh dari kehidupan maupun ajaran Yesus Kristus yang bisa membenarkan tindakan tersebut,” ujar Schenck.

Demikian pula Carl Moeller, presiden dari Open Doors USA, mencela tindakan tersebut yang dinilai tidak Kristiani. Moeller, yang pelayanannya bersama-sama dengan orang-orang Kristen yang dianiaya, mengatakan ada kemungkinan timbulnya reaksi atas pembakaran tersebut dan berdampak pada umat Kristen yang tinggal di negara yang didominasi muslim.

“Rencana pembakaran Qur’an adalah bencana di dua  pihak: melanggar perintah Yesus untuk mengasihi sesama dan mungkin akan menyebabkan orang Kristen di seluruh dunia untuk lebih difitnah dan dianiaya,” ujar Moeller pada hari Selasa (7/9).

“Saya mendesak Dove World Outreach Center dan pendeta seniornya, Terry Jones, untuk membatalkan acara tersebut. Kebencian itu tidak alkitabiah dan bertentangan dengan pesan Yesus.”

Akhir pekan lalu, umat Islam sudah terlihat gusar dengan rencana Dove World Outreach Center dan ancaman terhadap umat Kristen diterbitkan.

Ratusan warga Afghanistan berdemonstrasi di luar sebuah mesjid Kabul pada hari Senin (6/9), membakar bendera Amerika dan meneriakkan “Matilah Amerika” dan “Hidup Islam”. Para demonstran juga membakar sebuah patung Jones, menurut The Associated Press.

Di Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak, ribuan muslim berkumpul di luar Kedutaan besar AS di Jakarta pada hari Sabtu (4/9) menentang rencana pembakaran Qur’an. Hari pembakaran Qur’an juga dilaporkan memicu protes dari 100 muslim Indonesia di Jakarta pada 30 Agustus lalu.

Rencana pembakaran Qur’an dijadwalkan akan berlangsung dari pukul 6-9 sore waktu setempat pada hari Sabtu mendatang. Sekitar 200 Al Qur-an rencananya akan dibakar.

Sumber : christianpost.com
Halaman :
1

Ikuti Kami