Pemimpin Kristen Kembali Menyerukan Penolakan Rencana Pembakaran Qur'an

Nasional / 7 September 2010

Kalangan Sendiri

Pemimpin Kristen Kembali Menyerukan Penolakan Rencana Pembakaran Qur'an

Lestari99 Official Writer
3963

Sebuah sekte kecil di Florida, Amerika Serikat, terus menerima kecaman dari berbagai pihak atas rencana aksi kontroversial mereka membakar Al Qur’an, kitab suci agama Islam, dalam peringatan tragedi 11 September. Rencana aksi ini dianggap sebagai sebuah langkah yang ngawur dan tidak berdasar sama sekali.

Aksi yang dinamakan “International Burn The Qur’an Day” atau “Hari Pembakaran Al Qur’an Sedunia” mendapat kecaman tidak hanya dari umat muslim di dunia tapi juga dari para pemimpin umat kristen, baik yang berlatar belakang liberal maupun konservatif.

Pendeta Michael Kinnamon, Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Amerika Serikat mengatakan, pihaknya kembali menegaskan sikap penentangan aksi pembakaran tersebut. Bahkan ia berani untuk mengatakan bahwa pernyataannya ini mewakili jutaan warga AS yang menolak ekspresi anti-muslim yang ditunjukkan sekte itu. Tindakan membakar Qur’an di mata Michael adalah reaksi orang yang ketakutan sekaligus salah paham terhadap sifat sejati ajaran Islam yang damai.

“Salah paham, tidak mampu dan bingung untuk mencintai saudara muslim kita seperti yang diteladankan Kristus, adalah sikap yang ditunjukkan oleh sekte tersebut ketika melecehkan umat muslim dengan merencanakan ‘International Burn The Qur’an Day’,” ujar Michael seperti dilansir situr CSmonitor, 6 September 2010.

“Tindakan penuh kebencian tersebut bukan merupakan kesaksian atas iman Kristiani,” tegas Michael.

Sikap senada juga ditunjukkan organisasi National Association of Evangelical yang berbasis di AS.

“Rencana untuk membakar Al Qur’an pada 11 September menunjukkan sikap tidak hormat kepada saudara muslim dan justru akan meningkatkan ketegangan antara umat Kristen dan Islam di seluruh dunia,” kata organisasi itu dalam pernyataannya. “Kami menuntut rencana pembakaran itu dibatalkan.”

Sementara itu, pendeta senior di Orlando, Florida, mengatakan tindakan itu hanya akan memicu masalah. Melawan terorisme bukanlah dengan mengobarkan kemarahan.

“Melawan api dengan api hanya akan mengobarkan api kebencian. Cinta kasih adalah air yang akan memadamkan kehancuran.”

Sementara itu umat muslim di seluruh dunia juga telah bergerak. Mereka menentang dan memprotes rencana pembakaran Al Qur’an. Senin lalu ratusan warga Afghanistan berkumpul di ibukota Kabul untuk mengecam pembakaran Al Qur’an. Mereka berteriak, “Hidup Islam” dan “Matilah Amerika”.

Aksi protes serupa juga terjadi di Indonesia. Pada Sabtu (4/9) lalu, ratusan massa yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sulawesi Selatan melakukan aksi protes.

“Kami memiliki misi untuk menyelamatkan Al Qur’an. Jika Al Qur’an ini betul-betul dibakar, maka kami akan marah besar,” tegas Hasanuddin Rasyid, sambil mengacungkan Al Qur’an ke udara diiringi teriakan takbir berkali-kali.

HTI mendesak pemerintah AS maupun umat Kristen termasuk di Indonesia untuk menggagalkan rencana pembakaran tersebut. Jika pembakaran tetap dilakukan, maka hal itu akan memancing umat Islam untuk bereaksi dan marah.

Protes serupa juga disampaikan para pemeluk agama lain di Indonesia. Mereka meminta agar pemerintah AS bertindak tegas untuk menghentikan aksi pembakaran tersebut.

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta umat Islam di Indonesia untuk tidak terprovokasi dengan gerakan tersebut. MUI menegaskan tidak akan mengeluarkan fatwa atau kecaman apapun sebab ekspresi kemarahan membakar Qur’an itu hanya berasal dari sekelompok kecil orang. MUI menyerukan perlawanan atas aksi itu dilakukan secara damai.

Kebencian dan kemarahan dalam bentuk apapun sejatinya tidak akan pernah menyelesaikan masalah selain menyulut kemarahan dan kebencian yang lebih besar. Alangkah indahnya jika kerukunan antar umat beragama itu boleh tercipta di seluruh dunia. Damainya bumi ini akan menjadi sebuah kehidupan yang indah dan lebih baik bagi segenap umat manusia.

Sumber : vivanews
Halaman :
1

Ikuti Kami