LUPUS : Insipirasi yang Datang dari Hilman Hariwijaya

Entrepreneurship / 20 August 2010

Kalangan Sendiri

LUPUS : Insipirasi yang Datang dari Hilman Hariwijaya

Lois Official Writer
7792

Anda tentunya pernah membaca buku LUPUS dan berbagai seri lainnya. Anda tahu kan siapa yang mengarang buku tersebut? Namanya Hilman Hariwijaya. Hilman lahir di Jakarta pada tanggal 25 Agustus 1964 dan merupakan keturunan Jawa Sunda. Sejak masih muda tahun 1986, Hilman sudah mengarang dan membuat serial Lupus di majalah HAI.

Kiprah Hilman bermula dari kesukaannya pada majalah dan rasa ingin tahu ‘isi’ dapur redaksi. Ketertarikan dan rasa ingin tahu tersebut berlanjut dengan kenekatan mendatangi kantor redaksi majalah HAI. Setiap pulang sekolah, masih bercelana pendek seragam SMP, Hilman menghabiskan sebagian waktunya di kantor redaksi majalah tersebut. “Saya kayak anak hilang saja. Cuma ngeliatin mereka kerja. Pokoknya enggak dianggaplah,” tutur Hilman mengenang.

Sedikit demi sedikit ia mulai terliibat dalam keredaksian majalah tersebut. Lama-lama dia menjadi wartawan paruh waktu di majalah tersebut. “Kalau dari tulisan panjang yang saya buat dimuat di-headline, meski hanya dikutip dua baris saja, saya sudah sangat senang,” kenangnya kemudian.

Hilman kuliah di Sastra Inggris, Universitas Nasional (sebelum berubah menjadi Universitas Indonesia), Jakarta. Karya pertamanya yaitu sebuah cerpen berjudul Bian, Adiiku yang Tak Pernah Ada (1978) yang memenangkan Sayembara mengarang majalah Hai. Sejak saat itulah, Hilman aktif di Hai sebagai penulis cerpen, cerber, artikel musik, dan remaja.

Kisah Lupus menggambarkan gaya hidup remaja. Sarat dengan humor orisinal, terutama unik dalam gaya bahasa dan pilihan kata yang seenaknya. Tapi justru dengan gaya bahasa seperti itulah, gaya bahasa yang dianggap merusak bahasa Indonesia, Lupus menjadi produk yang khas, disukai, dan akrab di mata pembaca.

Seri Lupus sudah difilmkan, baik di layar lebar maupun dalam bentuk sinetron. Selain Lupus, Hilman juga menulis seri Lulu, Olga, Vanya, dan Vladd serta beberapa cerita lepas lainnya. Hingga saat ini sekitar 82 judul buku telah dikarangnya.

Kini setelah tidak produktif lagi menulis novel, laki-laki yang mengagumi sosok penulis Arsweno Atmowiloto dan Astrid Lindgren ini merambah dunia pertelevisian dengan menulis scenario seperti sinetron Cinta Fitri, Melati untuk Marvel, dan lain-lain.

Bidang remaja memang tidak pernah jenuh ia tekuni. Ia menyatakan kunci tetap mampu menulis cerita remaja tidak lain harus bergaul dengan mereka. Itulah pengakuan yang diungkapkannya dalam media koran.

Pelajaran menulis yang dapat dipetik dari pengalaman Hilman yaitu bahwa pergaulan dapat mendorong atas tumbuhnya motivasi menulis, mengenal lebih dini media massa akan mendorong menyatunya naluri menulis, menulis itu sebuah proses, dan kompetisi merupakan batu loncatan penting dalam mengukir dunia menulis.

Jadi, jika Anda memiliki suatu passion dalam suatu hal tertentu, yang benar-benar membuat Anda terobsesi, tekunilah sungguh-sungguh. Jalani segala cara yang dapat Anda lakukan. Jika Anda belum tahu bidang apa, mulailah mencari. Kalau bisa seawal mungkin, sehingga pengalaman yang Anda dapatkan semakin banyak dan semakin mengasah Anda.

Sumber : berbagai sumber/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami