Jugun Ianfu, Pelacur Resmi Penjajahan Jepang Dulu Kala

News / 15 August 2010

Kalangan Sendiri

Jugun Ianfu, Pelacur Resmi Penjajahan Jepang Dulu Kala

Contasia Christie Official Writer
336

Dua hari lagi, kita akan memasuki Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-65. Saat itu, kita mengenang bagaimana bangsa Indonesia ini bisa lepas dari penjajahan. Ironisnya, ada dua orang dari Belanda yang ingin mengabadikan salah satu kenangan tentang hal itu, meski yang mereka gelar adalah pameran foto ‘Jugun Ianfu’ yaitu para perempuan Nusantara yang dijadikan budak seks para tentara Jepang semasa Perang Dunia II.

Mereka adalah seorang wartawan bernama Hilde Janssen dan fotografer Jan Banning. “Saya dan Banning pada tahun 2007 memutuskan untuk merekam pengalaman pribadi para perempuan penghibur di Indonesia melalui potret, gambar, dan tulisan untuk mematahkan kebisuan korban,” kata Janssen kepada Pers di Jakarta.

Dapat terlihat pada pameran ini, para mantan jugun ianfu mengalami perlakuan sangat tidak manusiawi di tangsi-tangsi militer tentara pendudukan Jepang yang berubah jadi bordil militer. Belanda berkepentingan mewadahi pameran ini karena mereka juga korban kekejaman Jepang. Saat bangsa Jepang itu datang, jutaan warga Belanda, baik sipil maupun militer, dipenjarakan tanpa peradilan dengan kondisi mengenaskan.

Menurut Janssen, riset sejarah di Indonesia hampir tidak menaruh perhatian para korban pendudukan Jepang di Indonesia, terutama para korban. Para jugun ianfu tersebut selama 65 tahun bertahan dengan menyimpan rasa malu, stigma, dan rasa bersalah. Sementara para korban menghadapi dampak fisik dan emosional, para pelaku Jepang bisa bebas begitu saja.

Bordil militer ini menjadi cara efektif untuk meningkatkan semangat pasukan, memelihara hukum dan tatanan, serta menghindari pemerkosaan serta penyakit kelamin. Diperkirakan 50.000 sampai 200.000 jugun ianfu termasuk 5.000 sampai 20.000 perempuan Indonesia telah dipaksa masuk bordil militer. Banyak di antara mereka yang masih di bawah umur, demikianlah ulasan yang diterima.

Janssen mengungkapkan, menemukan para mantan jugun ianfu di Indonesia tidaklah mudah. “Kami telah menjelajahi Pulau Jawa, Maluku, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, dan Timor Barat dan total mewawancarai serta memotret sekitar 50 perempuan,” ungkap Janssen. Para mantan jugun ianfu tidak hanya butuh permohonan maaf, tetapi juga kompensasi finansial yang telah bertahun-tahun dijanjikan oleh kelompok-kelompok advokasi.

Acara pameran foto jugun ianfu ini digelar di kantor Erasmus Huis kawasan Kuningan, Jakarta dengan menampilkan foto 18 mantan jugun ianfu dan menceritakan masa lalu yang disertai tabu yang melingkupi mereka selama ini. Erasmus Huis, diambil dari nama sarjana agung abad ke-16, adalah gedung milik Kerajaan Belanda di Jakarta.

Sumber : kompas/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami