Ketika Gemuk Tak Lagi Membanggakan

Psikologi / 16 July 2010

Kalangan Sendiri

Ketika Gemuk Tak Lagi Membanggakan

Lestari99 Official Writer
4693

Menjadi kurus merupakan bagian dari salah satu impian anak muda zaman sekarang, terutama pada wanita. Memiliki badan yang gemuk dan berisi bukan lagi menjadi tubuh idaman manusia zaman sekarang. Gemuk malah identik dengan penyakit. Bahkan orang yang menderita kegemukan atau obesitas saat ini telah dipandang sebagai penyakit yang sama kedudukannya seperti penyakit lain.

Tak heran bila saat ini pusat kebugaran dan majalah kesehatan menjamur di mana-mana. Program diet yang ditawarkan menjanjikan mereka yang mengikutinya akan mendapatkan berat badan yang ideal.

Iklan susu pelansing, teh pelangsing, minuman sehat berenergi, dan iklan komersial lainnya terus membombardir tayangan televisi dan membuat remaja memimpikan untuk memiliki tubuh bak model. Berbagai hal pun dilakukan mereka untuk mewujudkannya. Namun terkadang, impian menjadi kurus akhirnya harus dicapai dengan cara-cara yang tidak lazim.

Membatasi makan secara ekstrim atau mengeluarkan kembali makanan yang telah dikonsumsi seringkali menjadi pilihan dan akibatnya menimbulkan pola gangguan makan yang pada akhirnya menjadi penyakit. Dalam dunia kedokteran, gangguan makan yang paling sering dialami oleh individu adalah anorexia nervosa dan bulimia nervosa.

Anorexia Nervosa

Mereka yang menderita gangguan ini akan berupaya sekuat tenaga untuk mengurangi berat badan secara berlebihan. Mereka sangat takut bila berat badannya bertambah walaupun pada kenyataannya hal itu tidak terjadi. Mereka sangat ketat memasukkan makanan ke dalam tubuh. Beberapa di antaranya malah berolahraga secara berlebihan. Gangguan terhadap citra tubuh merupakan biang keladi dari masalah ini.

Seseorang yang menderita anorexia akan selalu memandang dirinya lebih gemuk dari yang sebenarnya, bahkan bila sebenarnya berat badannya sudah di bawah normal. Gangguan untuk melihat secara obyektif bentuk dan berat badannya dapat disertai dengan penolakan terhadap ide bahwa dirinya sudah berada di dalam rentang berat badan yang kurang (underweight).

Pada beberapa wanita yang sudah mengalami menstruasi, bisa saja menstruasinya akan berhenti secara permanen (amenorrhea) karena disebabkan massa lemak tubuh yang sangat berkurang. Gangguan ini bisa dibagi menjadi dua tipe. Pertama, yaitu tipe pembatasan dengan membatasi makanan yang masuk tanpa adanya saat untuk makan berlebih. Itupun masih dibarengi dengan usaha mengeluarkan makanan lewat muntah.

Kedua, yaitu tipe pesta makan (binge eating), makan berlebih diikuti usaha mengeluarkan makanan dengan merangsang agar muntah atau menggunakan obat pencahar atau diuretik.

Para penderita anorexia dapat terlihat dengan jelas karena bentuk badannya yang sangat kurus (cachexia). Selain itu mereka sering mengeluhkan gangguan pencernaan seperti nyeri lambung, sulit buang air besar, perut kembung dan terasa penuh.

Bulimia Nervosa

Mereka yang menderita gangguan ini akan makan secara berlebih di luar kebiasaan kebanyakan orang pada umumnya namun kemudian mengeluarkan kembali makanan tersebut.

Secara spesifik ada dua cara yang ditempuh untuk menghasilkan berat badan yang diinginkan yaitu dengan merangsang muntah serta menggunakan pencahar (diuretik). Cara yang kedua adalah dengan berpuasa atau olahraga secara berlebihan.

Berbeda dengan anorexia yang semua penderitanya mengalami penurunan berat badan yang drastis, para penderita bulimia nervosa bisa mengalami beberapa kemungkinan. Berat badan mereka bisa normal, mengalami penurunan atau bahkan kegemukan karena pesta makan yang dilakukannya.

Gangguan terhadap citra tubuh dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan gangguan makan ini. Kelainan ini tidak terjadi begitu saja tapi berangsur-angsur dari masa kecil yang mungkin dipenuhi oleh ejekan tentang bentuk tubuh yang kegemukan. Apalagi ditambah dengan citra sosial yang dibangun masyarakat lewat iklan-iklan produk kecantikan bahwa wanita yang cantik adalah wanita yang bentuk tubuhnya seperti model, kurus dan langsing.

Tidak heran jika sebagian besar dari penderita gangguan makan ini adalah wanita. Data yang ada bahkan menunjukkan wanita mengalami 20 kali lebih banyak dibandingkan pria. Selain itu kebanyakan awal gangguan ini diderita oleh mereka yang berusia remaja dari rentang umur 14 sampai 18 tahun.

Tindakan pertolongan pertama yang diberikan kepada para penderita ini adalah dengan mengembalikan status nutrisi ke batas normal. Hal ini dapat ditempuh dengan pengaturan pola makan dan rehidrasi tubuh yang kekurangan cairan. Tidak ada obat yang dianggap paling tepat untuk mengatasi gangguan makan ini kecuali dengan terapi perilaku dan kognitif. Pemberian obat-obatan biasanya dilakukan bila terdapat kecenderungan adanya gangguan lain yang mendasari seperti depresi dan gangguan cemas.  

Sumber : suara pembaruan
Halaman :
1

Ikuti Kami