Indra Tamang : Anak Petani Miskin Jadi Milyuner US

Nasional / 4 June 2010

Kalangan Sendiri

Indra Tamang : Anak Petani Miskin Jadi Milyuner US

Lois Official Writer
8317

Indra Tamang dulunya adalah anak petani miskin di Nepal. Di desa tempat dia tinggal, pelayanan air bersih dan listrik tidak pernah dikenal warga. Di masa kecilnya, Indra hidup susah payah belajar menulis dan tidur beralaskan jerami di gubuk orang tuanya. Tak tahan terus hidup melarat, Indra memberanikan diri mengadu nasib ke Ibukota Katmandu dan diterima menjadi pramusaji di restoran sebuah hotel.

Dia kemudian bertemu dengan Charles Henri Ford, seorang miliuner Amerika Serikat, yang lalu merekrut Indra sebagai pembantu merangkap asisten pribadinya. Hampir 40 tahun kemudian, dia mendapat warisan dari Ruth Ford, seorang janda tua yang tak lain adalah adik majikannya. Harta yang diwarisinya adalah dua unit apartemen di sebuah kawasan bergengsi di New York bernilai US$ 4.5 juta (sekitar Rp 40 miliar), koleksi seni asal Rusia seharga US$ 1 jtua (Rp 9 miliar lebih), dan banyak yang lainnya.

Selama 36 tahun, kakak beradik Ford rupanya sangat menyayangi Indra, yang kini berusia 57 tahun. Ruth tidak meninggalkan harta apapun bagi putri kandung semata wayangnya (hubungan mereka dikenal tidak harmonis) ataupun buat kedua cucunya. Seluruh warisan Ruth diperuntukkan Indra.

Apa latar belakang Indra sehingga seorang anak kecil yang hanya bisa bicara bahasa Nepal menjadi milyarder baru Amerika? Charles Henri Ford terkesan dengan Indra saat melayaninya di restoran Katmandu itu. Awalnya, Indra diberi tugas membeli barang-barang kebutuhan pokok, memasak, dan mengantar surat.

Belakangan, Charles mengajari Indra cara menggunakan kamera, tugasnya bertambah menjadi asisten juru foto buat Charles. Charles lalu mengangkatnya sebagai anak. Indra dibawa serta melanglang buana ke banyak tempat.

Indra mengikuti Charles ke manapun, Istambul, Turki, Iran, Afganistan, Pakistan, India, di Paris Indra belajar bahasa Perancis atas tanggungan Charles, bahasa Yunani dipelajarinya dengan nelayan setempat saat mereka beristirahat di rumah Charles yang lain yang ada di Yunani, dan di New York.

Di New Yorklah Indra mengenal Ruth. Seperti Charles, Ruth pun langsung menyukai Indra. Mereka lalu mengajak Indra menghadiri pesta-pesta kaum jet set. Tugasnya di acara-acara itu adalah memfoto Charles dan Ruth dengan teman-teman mereka. Foto-foto jepretan Indra diabadikan dalam buku-buku fotografi karya Charles dan dipamerkan di sejumlah galeri di Manhattan.

Lama-kelamaan perhatian Indra condong kepada Ruth yang sering sakit-sakitan, walau akhirnya Charles yang meninggal lebih dulu pada tahun 2002. ruth menderita kebutaan dan gangguan pendengaran. Di tahun-tahun terakhir hidup Ruth, Indra selalu siaga di apartemen Ruth. Padahal, dia sudah punya tempat tinggal sendiri yang ia huni bersama istri dan anak-anaknya. Indra berkali-kali merelakan masa liburan bersama keluarganya hanya untuk membantu Ruth.

Indra sendiri sudah merasa Charles dan Ruth lebih dari sekedar majikan, hubungan mereka sudah seperti persahabatan. Itulah sebabnya ketika Charles dan Ruth wafat, Indra menggelar upacara kematian khusus bagi mereka berdua menurut prosesi agama Budha yang dia anut.

Kendati sudah menjadi orang berada, Indra mengaku tak pernah melupakan kampung halamannya. Dia selalu teringat sebuah prinsip hidup orang Nepal, “Bila kita bekerja jujur dan mendapat kepercayaan dari orang lain, maka nasib baik akan menghampiri kita.”

Hidup Indra patut ditiru dalam kehidupan kita. Dia bekerja dengan rajin, rendah hati, semangat, dan setia kepada majikan. Dia mampu menelurkan sifat-sifat yang dapat dikagumi oleh orang lain sekalipun tidak mengenal Yesus. Kita, sebagai orang yang percaya pada Yesus yang mempunyai sifat-sifat seperti itu, bisa mencontoh dan ikut menjadi terang bagi sekeliling kita. Kita punyai sikap rendah hati, menyenangkan orang lain, bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, dan segala kebaikan yang Tuhan inginkan dalam hidup kita, sehingga kita makin memuliakan Tuhan.

Sumber : vivanews/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami