Jim Carpenter, Lepas Mimpi Jadi Dokter Demi Burung

Entrepreneurship / 29 April 2010

Kalangan Sendiri

Jim Carpenter, Lepas Mimpi Jadi Dokter Demi Burung

Budhi Marpaung Official Writer
2861

Mungkin Jim Carpenter bukanlah seorang yang terlalu terkenal di Indonesia, tetapi jika Anda pergi ke Amerika Serikat dan Kanada sudah lain ceritanya. Ia adalah pemilik toko waralaba makanan burung, Wild Birds Unlimited yang sudah memiliki 270 cabang yang tersebar di dua negara benua Amerika tersebut.

Jim muda adalah seorang yang sangat menyukai alam dan bidang holtikultura. Latar belakang dari keluarga dokter, membuatnya ingin juga untuk menjadi seorang dokter di sebuah rumah sakit ternama atau profesor. Satu langkah untuk tergenapi mimpinya ketika ia masuk ke Fakultas kedokteran Indiana University.

Namun, ini tidak berjalan dengan lancar setelah Jim berteman dengan mahasiswa yang tergabung dalam Lembaga Nasional Audubon (LNA). LNA merupakan organisasi non-profit di Amerika Serikat yang berdedikasi untuk konservasi. Seperti mendapat pencerahan dari temannya di organisasi tersebut, Jim pun memilih untuk pindah jurusan ke departemen Hortikultura.

Ia sempat tidak terlalu yakin dengan keputusannya ketika itu, namun karena terlanjur cinta dengan dunia konservasi dan burung-burung, ia tetap melanjutkan pilihannya.

"Profesi yang paling mungkin saya jalani adalah menjadi pemilik bisnis. Saya bukanlah salah satu dari orang-orang yang sudah mulai mencari uang pada waktu sekolah dulu," kata Jim.

"Untungnya, saya berada di departemen hortikultura, yang ilmunya adalah untuk bisnis," katanya. "Ini seperti, 'Bagaimana saya menumbuhkan tanaman ini lebih baik? Bagaimana cara menumbuhkan tomat dan stroberi atau apel, dan kemudian bagaimana cara menjualnya?’"

Setelah mendapat gelar pendidikan sarjana dan diikuti gelar master pada tahun 1979, Jim mulai mempelajari dasar-dasar bisnis ritel. Selain itu, ia juga mengembangkan diri dengan membeli tanah 10 hektar dan menanami areal tersebut dengan jagung dan tomat.

Pada tahun 1981, Jim membuka toko pertama Wild Birds Unlimited. "Saya menemukan sebuah tempat kecil, sekitar 700 meter persegi yang $ 400 per bulan," katanya. "Saya mulai menghitung dan berpikir bagaimana caranya membayar sewa satu tahun jika tidak ada yang membeli produk-produk."

Usaha yang ia buat awalnya berjalan lambat, tetapi Jim mulai berbicara kepada klub taman dan kelompok masyarakat. Pada masa itu, makanan burung adalah hal yang tidak terlalu dipentingkan masyarakat. Dua tahun berjalan ternyata ia berhasil menjual toko walaraba pertamanya. Di tahun yang sama, ia menikah dengan istrinya, Nancy.

Namun, jalan yang awalnya mulus ini terlihat melambat. Empat tahun sesudah ia menjual toko waralabanya, barulah ada orang yang ingin membeli waralabanya atau dengan kata lain dalam waktu enam tahun hanya dua toko waralaba yang laku.

Tidak peduli dengan hasil ia capai saat itu, Jim tetap terus melanjutkan usahanya karena memang ia memiliki visi dan apa yang diperlukan untuk sukses: pengetahuan dan gairah berwaralaba. "Berada di bisnis hobi berbeda dari bisnis lainnya," katanya. "Apa yang membuat usahanya istimewa adalah baik ia dan para stafnya – semuanya sama-sama memiliki gairah yang besar terhadap burung. Jika seorang pemilik tidak memahami anatomi burung dan tidak memiliki semangat berusaha, ia benar-benar tidak bisa memimpin toko sukses yang terbesar."

Toko Wild Birds Unlimited sekarang ada di 43 negara bagian AS dan empat kota di Kanada. Produk-produk yang berkualitas dan terbaik menjadikan Wild Birds Unlimited kerap mendapat penghargaan dari berbagai organisasi seperti U.S. Fish and Wildlife Service, the National Fish and Wildlife Foundation, the National Wildlife Federation dan the National Audubon Society.

Sumber : successmagazine
Halaman :
1

Ikuti Kami