Hidup Miskin Buatku Jadi Seorang Berandalan

Family / 15 February 2010

Kalangan Sendiri

Hidup Miskin Buatku Jadi Seorang Berandalan

Budhi Marpaung Official Writer
6624

Herman tumbuh besar di lingkungan yang sangat miskin dan keras. Ia dan sembilan orang saudara laki-lakinya sangat disegani karena aksi premanisme mereka.

"Jadi, kalau kita sekolah dulu jalan bareng-bareng dari sini. Bisa sepuluh, lima belas tiap hari. Separo di pintu depan, separo kumpul di pintu belakang. Tiap orang yang lewat harus kasih duit ketika melewati mereka. Seratus, seratus, seratus, kalo uang udah kumpul banyak, kita beli minuman," ungkap Herman membuka kesaksiannya.

Tak satupun guru berani menantang, Herman pun berani minum minuman keras di dalam keras. Orang tua kandung mereka sendiri pun tidak dihormatinya. Ia dan kedelapan saudaranya malah tiap kali mabuk-mabukkan dan menghisap ganja bersama-sama di dalam rumah. Awalnya, perbuatan mereka mendapat teguran dari ibunya, namun ketika nasihat tersebut mereka acuhkan akhirnya orang tua angkat tangan.

Di luar rumah, Herman terkenal sangat nekat dan tidak takut mati. Satu per satu musuh mereka lawan, tak pernah mundur melawan tebasan golok. Sikapnya ini bukanlah tanpa alasan. Ketidakterimaan dirinya terhadap kenyataan hidup yang pahit dan melarat membuatnya menjadi pribadi yang selalu ingin menang dalam segala hal. Emosinya selalu meledak-ledak bak api yang berkobar-kobar.

"gak boleh tuh di jalanan orang naik motor kenceng-kenceng. Kalo ada orang yang naik motor kenceng-kenceng, saya lebih kenceng lagi. Jadi berpikir, kalo nggak dia yang jatuh, saya yang jatuh," ujarnya.

Herman akhirnya menikah, namun hidupnya tidak juga berubah. Hidup ngebut-ngebutan terus dijalaninya sampai peristiwa tragis menimpanya. Dalam sebuah perjalananan, ketika sedang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, tanpa ia sadari dari arah yang berbeda muncul kendaraan lainnya yang mengakibatkan terjadinya tabrakan. Kondisi Herman pun begitu menyedihkan. Kepalanya bocor, dan beberapa organ tubuhnya terluka sehingga orang-orang sempat menganggap dia sudah tidak dapat terselamatkan alias mati.

Rasa bingung dan putus asa melanda keluarga besar Herman. Sebuah keputusan yang pahit harus diambil. Ketiadaan dana membuat mereka pasrah dengan kesembuhan Herman dan menyerahkan segalanya ke dalam tangan Tuhan.

Salah seorang saudara kemudian menuntun keluarga besar Herman kepada jalan Tuhan. Keajaiban pun terjadi di hari kedelapan. Herman akhirnya mulai sadar dari keadaannya yang koma. Namun, seperti layaknya orang yang terbangun dari tidurnya yang lama, pria itu pun sempat linglung ketika menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit.

Keluarga akhirnya membawa Herman keluar rumah sakit dengan perawatan yang seadanya di rumah. Secara bergantian, satu per satu anggota keluarga menjaga Herman yang sedang putus asa.

Kelumpuhan yang Herman alami membuatnya putus asa dan berkeinginan mengambil keputusan untuk bunuh diri. Berbagai percobaan bunuh diri kerap ia lakukan demi mengakhiri hidup di dunia, namun selalu dapat digagalkan oleh sang istri. Tanpa kenal putus asa, keluarga besar Herman tetap berdoa bagi kesembuhannya.

Dalam keputusasannya, Herman mendapat mimpi.

"Saya mimpi tempat yang indah, air bagus kayaknya belum pernah ada di bumi, boleh dibilang gambaran seperti surga, tetapi sepertinya masuk kesana itu sulit sekali," katanya.

Mimpi tersebut telah menyentuh hati Herman. Dengan penuh penyesalan, Herman berdoa dan mulai belajar untuk menyerahkan segala sesuatunya kepada Herman. Pengharapannya kepada Tuhan pun tidak sia-sia.

Berbulan-bulan Herman berjuang keras untuk bisa berjalan kembali dan hari yang dinantikan-nantikan itu tiba. Kesembuhan total akhirnya ia terima dari Tuhan dan segala dosa yang dahulu ia lakukan pun semua telah ia tinggalkan.

Keluarga yang dibangun Herman beserta istri saat ini pun begitu luar biasa. Keceriaan dan kegembiraan terpancar didalam keluarga kecil ini. Melihat kesembuhan yang ia dapatkan, Herman pun bersyukur dan meninggikan nama Tuhan.

"Dia adalah Dokter diatas segala dokter, asal kita mau berserah dan berharap kepada Kristus," ujar Herman menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 15 Februari 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:
Herman
Sumber : V100215192138
Halaman :
1

Ikuti Kami