Complaints and Reasons

Kata Alkitab / 10 February 2010

Kalangan Sendiri

Complaints and Reasons

Lestari99 Official Writer
5899

Pernahkah Anda bicara dengan tembok? Semua saran yang Anda berikan dengan mudahnya dimentahkan dengan berbagai argumen dan alasan? Pernahkah Anda berbicara dengan orang yang merasa dirinya tahu segalanya? Pernahkah Anda dibawa berutar-putar dalam argumen dan masalah orang tersebut? Akhirnya Anda sadari kalau percakapan tersebut hanya sebuah percakapan kosong tanpa arti. This is going nowhere.....

Karena beberapa alasan, kita akhirnya kesal sendiri. Dan akhirnya mengakhiri percakapan dengan berkata seperti ini, "OK, ini hidupmu. Lakukan apa saja yang kamu mau, ya tentu saja kamu bisa. Lalu apa gunanya menceritakan semua permasalahanmu kepada saya?" Apa yang kamu cari? Kamu ingin saya mendengar keluhanmu, sudah kulakukan. Kamu menanyakan solusinya padaku, sudah kukatakan jawabannya ada di dalam dirimu. Lalu tiba-tiba kamu membela diri dengan semua keluhan dan alasan. Dan kita akhirnya bertengkar...

Saya bingung, apa yang sebenarnya kamu inginkan? Kamu membawa saya sampai pada batas kesabaran, dan apa yang kamu harapkan untuk saya lakukan? Kamu terlalu sibuk memikirkan masalahmu sendiri. Sudah kukatakan, solusi hanya datang ketika hatimu jernih dan tenang (Amsal 14:30a). Kamu bilang kamu lihat semuanya, tapi apakah kamu melihat apa yang saya lihat? Saya memang melihat bagaimana kamu bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Tapi seperti orang bodoh kamu tidak akan kemana-mana. Menganggap dirimu sebagai seorang yang jenius, kamu pikir kamu sudah tahu semuanya. Kamu pikir kamu lebih pintar. Sudah kukatakan, tak peduli sepintar apa dirimu, hidup tanpa doa adalah sia-sia. Kamu perlu Tuhan, bukan saya. Kamu bisa bilang kalau kamu dekat dengan-Nya. Jika memang demikian, lalu kenapa kamu mengeluh? Kenapa kamu selalu beralasan? Kenapa kamu kuatir? Jangan bohong padaku! Saya benci pembohong! Tidak perlu sok kuat, kita semua hanya manusia biasa.

Dan setelah itu, tiba-tiba saya sadar... Entah bagaimana, perasaan itu persis sama dengan apa yang Tuhan rasakan! Kita seringkali datang pada-Nya dengan permasalahan kita, kita sampaikan pada-Nya lalu kita tanyakan solusi dan jawabannya. Lalu kemudian... kita akhirnya meragukan semua yang telah dikatakan-Nya. Kita berbicara lagi kepada-Nya dan mulai membuat alasan.

Selalu mengeluh dan mencari-cari alasan membatasi kuasa Tuhan. Matius 13:58, "Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mukjizat yang diadakannya di situ." Jangan salahkah Tuhan bila tidak ada mukjizat di dalam hidup Anda. Semua karena keluhan-keluhan Anda, Anda selalu berpikir pesimis. Anda membuat-Nya setara dengan Anda karena meragukan semua jalan keluar yang Dia berikan. Tidak jarang pula karena Anda merasa lebih hebat dan lebih mengerti dari Dia. Yang lebih parah, beberapa orang justru menguliahi Tuhan saat berdoa. Memaksakan jalannya pada Tuhan (MY will be done!)... ketika Anda menarik Tuhan turun menjadi setara dengan level Anda, jangan berharap Dia bisa menarik Anda keluar dari masalah yang Anda hadapi saat ini. Jangan jadikan diri Anda tuhan atas hidup Anda. Saat Anda menjadikan diri Anda sebagai tuhan dalam hidup Anda, Anda telah membuat Dia tidak berkuasa dalam hidup Anda.

Mengeluh tidak akan membawa Anda kemana-mana, keluhan-keluhan Anda akan menggantikan rasa syukur, keluhan demi keluhan hanya menutup dan mematikan potensi Anda. Kita tahu Elia adalah nabi yang sangat luar biasa, dia dipenuhi dengan Roh. Tuhan pakai dia dengan sangat luar biasa. Di kitab 1 Raja-raja 17-18 kita lihat dia begitu berapi-api. Lalu bila kita bandingkan di 1 Raja-raja 19:3, "Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana." Baca juga ketika dia mulai mengeluh kepada Tuhan di 1 Raja-raja 19:4b, "Cukuplah itu! Sekarang ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku." Kita bertanya-tanya, kemanakah semangat yang berapi-api itu? Semuanya pupus begitu saja saat Elia takut dan mengeluh.

Selalu mencari alasan berarti Anda tahu lebih banyak dari lawan bicara Anda. Pecundang seringkali melakukan hal ini. Mereka senang mengatakan sesuatu untuk membenarkan diri mereka sendiri. Dengan beralasan berarti Anda sedang membatasi diri Anda sendiri. Alasan mereka berdasar asumsi, bukan karena mereka pernah mencobanya. Banyak di antara mereka beralasan sulit maju karena kurang modal, tidak ada waktu, kurang prospektif, tidak mengerti bidang yang dimaksud, saat ini sedang krisis, dll. Faktanya banyak orang kaya yang kebingungan mau buka usaha apa. Fakta lain semua orang diberi waktu yang sama 1 hari=24 jam tidak peduli siapa orangnya, masalahnya hanya dalam penggunaan dan pemaksimalan waktu. Soal prospek, apakah kita bisa tahu tanpa mencoba? Dan apakah resiko tidak bisa dihitung? Lalu soal tidak mengerti bidang yang ingin digeluti, apakah gunanya otak kita bila bukan untuk belajar? Soal krisis, saat banyak orang yang usahanya turun bukankah merupakan sebuah kesempatan yang sangat baik untuk naik ke atas? Pikirkanlah hal positif! Tidak ada hal positif saat Anda berpikir negatif. Dan selama Anda berpikir negatif tentang Tuhan, tidak akan pernah ada mukjizat dari Dia. Jangan berpikir Anda bisa tawar-menawar dengan Dia, Anda pikir Anda siapa? Mampukah Anda berbohong pada Dia? Dia tahu dasar semua alasan Anda. Kita pernah baca mengenai Musa, saat dia dipanggil oleh Tuhan untuk melaksanakan perintah-Nya, dia beralasan kalau dia tidak pandai berbicara (Keluaran 3:11 dan ayat 13). Apakah mukjizat Tuhan akan terjadi melalui dia, bila dia tetap teguh pada alasan-alasannya? Kita juga ingat Daud melawan Goliat, bila Daud beralasan kepada Tuhan seperti ini, "Ah, tubuhku kecil, pakai baju zirah saja aku tidak bisa bergerak." Apakah mungkin dia bisa menang?

Bayangkan pegawai Anda terus-menerus mengeluh akan pekerjaannya. Selalu menuntut kenaikan upah sementara kontribusi dan performa kerjanya tidak menunjang. Apakah Anda sebagai bos akan mengabulkan permintaannya? Tentu tidak! Apalagi Tuhan, Dia tidak akan memberikan berkat yang di luar kapasitas kekuatan dan kemampuan kita. Karena bila kita sadar, berkat yang tidak bisa dikelola dengan baik hanya akan membawa kutuk dan menjauhkan kita dari Tuhan. Tuhan tahu isi hati kita, Tuhan tahu kapasitas kita. Janganlah iri melihat mereka yang diberi kepercayaan mengelola berkat lebih dibanding Anda. Karena Tuhan tahu mereka mampu mengelolanya. Jangan lupa juga masih banyak orang yang kurang beruntung dibanding Anda.

1 Raja-raja 19:7, Tetapi malaikat Tuhan datang kedua kalinya dan menyentuh dia katanya: "Bangunlah makanlah! Sebab kalau tidak perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu." Saat Elia di padang gurun dan tertidur karena putus asa, Tuhan beri dia makanan dan minuman, roti adalah Firman dan air adalah Roh kudus. Bila hidup Anda tidak diisi oleh Firman dan Roh Kudus, maka dalam hidup Anda setiap masalah akan terasa begitu lama dan sukar dijalani. Firman dan Roh Kuduslah yang mampu menuntun Anda keluar dari padang gurun Anda dan mengembalikan semangat hidup Anda.

Jangan jadikan diri Anda tuhan atas hidup Anda. Saat Anda menjadikan diri Anda sebagai tuhan dalam hidup Anda, Anda telah membuat Dia tidak berkuasa dalam hidup Anda. Ya, tentu saja! Anda bisa terus beralasan dan mengeluh salahkan keadaan, sesama dan Tuhan atas semua hal yang tidak bisa Anda capai. Itu hak Anda sebagai satu-satunya tokoh utama dalam hidup Anda. Tapi ketahuilah kesalahan bukan pada Tuhan. Anda pikir dengan bicara di sana-sini bisa menemukan semua jawaban yang Anda butuhkan, padahal Anda tidak akanmendapatkan apa-apa. Jawabannya ada di dalam diri Anda (jika Tuhan di dalam Anda dan Anda di dalam Dia). Bila Anda anggap Anda bijak bahkan lebih bijak dari Tuhan sendiri, Yesaya 5:21 berkata, "Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang memandang dirinya pintar!"

Jadi, lanjutkan saja semua usaha Anda yang sia-sia, dan mari kita lihat apakah keluhan dan semua alasan Anda akan menjadikan hidup Anda lebih baik? Berhentilah berdebat dengan Tuhan, berdamailah dengan Dia. Ini adalah peperangan-Nya, bukan Anda. Pilihlah dengan bijak, terima dan akui kesalahan Anda, mulailah lagi dengan-Nya. Atau Anda terus saja lanjutkan cara-cara Anda, dan mari kita lihat berapa lama Anda dapat bertahan dengan kekuatan Anda sendiri. GBU.

Halaman :
1

Ikuti Kami