Piala Afrika, Dari Hujan Peluru Hingga Sorak Kemenangan

Nasional / 7 February 2010

Kalangan Sendiri

Piala Afrika, Dari Hujan Peluru Hingga Sorak Kemenangan

Puji Astuti Official Writer
2736

Dimulai dengan hujan peluru dan diakhiri dengan sorak kemenangan, itulah kisah dari Piala Afrika yang diselenggarakan di ibukota Anggola, Luanda.

Mesir kembali memecahkan rekor dengan merebut Piala Afrika untuk ketiga kalinya secara berturut-turut dengan mengalahkan Ghana 1-0. Gambaran kemenangan terpancar di wajahn penjaga gawang Mesir Essam El Hadary yang duduk diatas gawangnya seperti ia pernah lakukan dua tahun lalu. Namun kemenangan tersebut tidak bisa menghapus ingatan akan suramnya konflik sipil yang terjadi tiga minggu lalu.

Tiga anggota tim nasional Togo tewas oleh pemberontak Angola di Cabinda - daerah konflik yang kaya minya yang diperebutkan dengan pemberontak separatis selama beberapa dekade - yang menyerang kendaraan tim tersebut. 

Tergambar kegalauan di wajah kapten tim Togo, Emmanuel Adebayor ke seluruh dunia melalui sebuah siaran TV. Presiden Togo bersikeras untuk menarik timnya segera pulang ke negaranya, namun turnamen tersebut terus berlangsung.

Bercermin pada apa yang terjadi di Anggola saat Piala Afrika ini, Phil Brown, pelatih Liga Premier Inggris Hull City mempertanyakan secara serius keamanan saat nanti dilangsungkannya Piala Dunia di Afrika Selatan.

"Aku terkejut. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar terhadap Piala Dunia pada musim panas nanti," demikian ungkapnya setelah terjadinya penyerangan terhadap tim Togo. "Anda tidak dapat menempatkan para pemain, pelatih dan fans dalam situasi yang beresiko. Hal ini sangat tidak bisa diterima."

Tapi mau bagaimana lagi? Panggung sepakbola dunia sudah disiapkan. Yang paling penting adalah bagaimana Afrika Selatan mengambil pelajaran dari peristiwa ini dan mempersiapkan lebih baik lagi untuk Piala Dunia yang dilangsungkan untuk pertama kalinya di benua Afrika tersebut pada Juni nanti.

Sumber : CNN
Halaman :
1

Ikuti Kami