Pemimpin Anglikan Mencela Kampanye Pengesahan ‘Mercy Killings’

Internasional / 3 February 2010

Kalangan Sendiri

Pemimpin Anglikan Mencela Kampanye Pengesahan ‘Mercy Killings’

Lestari99 Official Writer
2989

Uskup Agung dari York mengutuk kampanye yang mengesahkan ‘mercy killings' (pembunuhan dengan belas kasihan) yang baginya merupakan dorongan dari kaum selebritis tanpa persetujuan parlemen ataupun keinginan dari masyarakat pada umumnya yang tidak mengeluarkan pendapatnya.

Komentar dari Dr. John Sentamu dikeluarkan hanya beberapa hari setelah jajak pendapat YouGov di The Telegraph mengungkapkan bahwa 4 dari 5 orang mempercayai bahwa hukum seharusnya diubah sehingga keluarga akan diizinkan untuk membantu anggota keluarganya yang sakit parah agar meninggal dunia tanpa menghadapi tuntutan. Jajak pendapat lain yang dilakukan oleh ComRes untuk program Panorama BBC1, menemukan bahwa 73 persen orang berpendapat bahwa keluarga atau teman seharusnya tidak menghadapi tuntutan jika mereka membantu orang yang mereka cintai untuk mati.

Uskup Agung sebagaimana dikutip oleh Daily Mail mengatakan, "Kaum mayoritas yang diam tidak pernah dimintai pendapatnya. Seribu orang dari sekitar 61 juta orang sebenarnya tidak dapat dijadikan patokan. Sekali Anda membuka pintu pengesahan ini, dalam waktu singkat Anda akan mulai melakukan pembunuhan dengan belas kasihan. Saya lebih suka mendengarkan suara dari para penyandang cacat daripada suara para selebriti atau suara dari 1000 orang yang terlibat dalam sebuah jajak pendapat."

Panduan akhir dari bantuan untuk melakukan bunuh diri diharapkan akan mengesampingkan penuntutan terhadap mereka yang membantu orang-orang yang dikasihinya meninggal akan diterbitkan oleh Direktur Penuntutan Umum Keir Starmer, QC, dalam lima minggu mendatang.

Sir Terry Pratchett mendukung mereka yang melakukan bunuh diri dengan bantuan. Penulis yang menderita penyakit Alzheimer ini mengatakan dalam sebuah ceramah bahwa harus ada ‘pengadilan' bantuan bunuh diri yang akan memberikan izin bagi mereka yang sakit parah untuk mengakhiri hidup mereka.

Orang Kristen telah mempertahankan oposisi yang kuat dalam undang-undang saat ini, dimana bagi mereka yang menolong seseorang untuk membunuh dirinya sendiri dianggap sebagai tindak kejahatan dengan hukuman penjara maksimum 14 tahun.

Direktur dari aliansi Christian Medical Fellowship and Care Not Killing, Dr Peter Saunders, mengatakan bahwa hasil jajak pendapat cenderung ‘dibumbui' oleh laporan media. Beliau mengatakan bahwa hukum itu ada untuk melindungi orang-orang yang rentan akan penyalahgunaan.

"Berargumen dengan mengatakan bahwa jika Anda menderita sakit yang parah maka Anda pantas mendapatkan perlindungan hukum yang kurang dan menyerahkan sisanya kepada kami merupakan hal yang berbahaya sebagaimana diskriminasi tingkat tinggi," ujarnya. "Banyak kasus penyalahgunaan melibatkan orang yang lebih tua, orang sakit, dan para penyandang cacat terjadi dalam konteks apa yang disebut sebagai ‘loving families' dan selimut perlindungan terhadap larangan pembunuhan yang disengaja ataupun bunuh diri dengan bantuan dihadirkan untuk memastikan bahwa orang yag rentan terhadap hal itu tidak menghadapi resikonya."

"Perlindungan terbaik terhadap penyalahgunaan adalah pengetahuan bahwa semua kasus yang berkaitan dengan pembunuhan disengaja ataupun membantu orang untuk bunuh diri, seharusnya diperiksa secara seksama dan biaya yang menyertainya kecuali jika ada keadaan mitigasi yang kuat," tegasnya.

"Ini adalah pandangan parlemen yang telah dua kali memutuskan permasalahan ini dalam empat tahun terakhir. Dan kami juga tidak berpikir untuk membuat pengecualian untuk perundangan-undangan kejahatan lain seperti penganiayaan, pemerkosaan atau pencurian dan kita tidak seharusnya melakukan pembunuhan yang disengaja atau membantu orang lain untuk melakukan bunuh diri."

Sumber : christianpost.com
Halaman :
1

Ikuti Kami