Kesalahan Disiplin yang Banyak di Lakukan Orangtua

Parenting / 30 January 2010

Kalangan Sendiri

Kesalahan Disiplin yang Banyak di Lakukan Orangtua

Tammy Official Writer
3491
Apakah Anda melihat diri Anda menjadi penggertak, mengulang-ulang instruksi Anda, atau menaikkan suara Anda agar anak Anda menurut kepada Anda? Apakah Anda frustrasi karena tak ada satupun yang bekerja? Itu bisa saja dikarenakan metode pelatihan anak Anda yang menjerat jalan pikiran Anda.

Sogokan yang cepat atau paksaan halus terlihat menjadi kebiasaan orang-tua untuk mengontrol anak, terutama dalam situasi tergesa-gesa. Begitu terus yang kita lakukan untuk mengontrol anak kita. Semakin lama kita akan menyadari bahwa kita terperangkap dalam jaringan mengikat akan pola asuh orang-tua yang tidak efektif.

Kita harus mengingat bahwa tujuan kita tidaklah hanya sekedar agar anak kita mematuhi kita, tetapi untuk mencapai hati mereka akan Injil Kristus. Ketika kita mengadopsi metode pelatihan anak yang salah yang hanya menjangkau perubahan perilaku, kita kehilangan isu pada hati dan disiplin Alkitabiah. Berikut adalah titik kejatuhan yang mesti kita jaga:

Menyuap. Untuk menyuap seorang anak untuk memotivasi dia adalah sesuatu yang salah. Menyuap mengajak anak kepada egoisme, sebagaimana motif mereka untuk penundukan adalah untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Menyuap itu seperti, "Jika kamu membersihkan kamar kamu, kamu bisa menonton film malam ini" atau "Kalau kamu tidak mengambek di supermarket nanti, kami bisa memilih permen di konter nanti." Anak-anak mesti diajari untuk menurut karena itu adalah benar dan karena itu menyenangkan Tuhan, bukan untuk mendapatkan imbalan. Alkitab berkata, "Hai anak-anak, turutilah orang-tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan." (Kolose 3: 20). Kita cukup menunjukkan standar dan mengikuti konsekuensinya ketika standar itu dilewati.

Menghitung sampai tiga. Sebagaimana kita melatih anak kita untuk menuruti kita, sebenarnya kita melatih mereka untuk menuruti Yesus. Apakah kita menginginkan anak kita untuk menurut Tuhan pertama kalinya, atau kedua, atau ketiga? Ketika kita menghitung sampai tiga, kita menyebabkan anak kita untuk terjerat kebiasaan menunda ketaatan. Menunda ketaatan adalah ketidak-taatan. Menghitung sampai tiga mengajak mereka untuk menanggalkan ketaatan hingga terlihat perlu. Kita ingin anak kita untuk melihat ketaatan sebagai pilihan terbaik mereka, bukan sebuah pilihan yang ditanggalkan hingga menit terakhir.

Effective ParentingMengancam. Ini adalah salah satu perjuangan saya sebagai orang-tua. Saya selalu tergoda untuk mengatakan, "Jika kamu tidak melakukan ini, maka ini akan menjadi konsekuensinya." Sebenarnya ketika kita mengatakan kepada mereka bahwa akan ada konsekuensi maka itu artinya ada yang lebih baik. Selain itu, kita menyebabkan mereka mempertanyakan perkataan kita. Wanita berintegritas mengatakan apa yang ia maksudkan dan menjalankan apa yang ia katakan. Jika kita terlalu sering mengancam, pada akhirnya kita akan kehilangan keefektifan kita begitu juga respek dari anak kita. Anak kita butuh untuk memiliki keyakinan bahwa perkataan kita adalah benar adanya.

Pengasuhan yang efektif
Langkah pertama untuk parenting yang efektif adalah menyadari bahwa ketaatan Alkitabiah itu lengkap, segera, dan tampak dengan sukacita yaitu menyenangkan. Anda perlu untuk mengajarkan konsep ini kepada anak-anak yang lebih muda dengan menjelaskan bahwa ketaatan adalah sepanjang jalan, segera, dan dengan hati penuh sukacita.

Langkah kedua dari parenting yang efektif adalah dengan tidak mengharapkan apa-apa selain ketaatan Alkitabiah. Janganlah plin-plan atau Anda akan membesarkan seorang anak-anak yang plin-plan yang akan sulit memutuskan kapan untuk dan kapan tidak untuk tunduk kepada otoritas. Tentukan "peraturan keluarga" dan dirikan sebuah identitas keluarga yang kuat dalam Kristus dengan mengharapkan anak Anda untuk menuruti otoritas.

Langkah ketiga adalah dengan setia mengelola konsekuensi-konsekuensi ketika anak tidak menurut. Ketika ketidak-taatan bertemu dengan konsekuensi-konsekuensi maka anak akan belajar hukum dari penuaian. Mereka belajar bahwa Tuhan telah membangun prinsipil dari menabur dan menuai ke dalam dunia mereka.

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami